MIFTAHUDIN
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TOKOH-TOKOH TASAWUF DAN AJARANNYA
Berikut ini beberapa tokoh tasawuf yang
terkenal beserta ajarannya, diantaranya:
a.
Hasan Al-Bashri
Hasan al-Basri adalah seorang sufi angkatan
tabi’in, seorang yang sangat taqwa, wara’ dan zahid. Nama lengkapnya adalah Abu
Sa’id al-Hasan ibn Abi al-Hasan. Lahir di Madinah pada tahun 21 H tetapi dibesarkan
di Wadi al-Qura. Setahun sesudah perang Shiffin dia pindah ke Bashrah dan
menetap di sana sampai ia meninggal tahun 110 H. setelah ia menjadi warga
Bashrah, ia membuka pengajian disana karena keprihatinannya melihat gaya hidup
dan kehidupan masyarakat yang telah terpengaruh oleh duniawi sebagai salah satu
ekses dari kemakmuran ekonomi yang dicapai negeri-negeri Islam pada masa itu.
Gerakan itulah yang menyebabkan Hasan Basri kelak menjadi orang yang sangat
berperan dalam pertumbuhan kehidupan sufi di bashrah. Diantara ajarannya yang
terpenting adalah zuhud serta khauf dan raja’.
Dasar pendiriannya yang paling utama adalah
zuhud terhadap kehidupan duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan
kenikmatan duniawi.
Prinsip kedua Hasan al-Bashri adalah
al-khouf dan raja’. Dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah karena
berbuat dosa dan sering melakukan perintah-Nya. Serta menyadari kekurang
sempurnaannya. Oleh karena itu, prinsip ajaran ini adalah mengandung sikap
kesiapan untuk melakukan mawas diri atau muhasabah agar selalu memikirkan
kehidupan yang akan datang yaitu kehidupan yang hakiki dan abadi.
b.
Rabiah Al-Adawiyah
Nama lengkapnya adalah Rabiah al-adawiyah
binti ismail al Adawiyah al Bashoriyah, juga digelari Ummu al-Khair. Ia lahir
di Bashrah tahun 95 H, disebut rabi’ah karena ia puteri ke empat dari anak-anak
Ismail. Dia adalah seorang zahidah, zahid perempuan yang dapat menghiasi
lembaran sejarah sufi dalam abad kedua hijriah. Dia termasyhur karena
mengemukakan dan membawa versi baru dalam hidup keruhanian, dimana tingkat
zuhud yang diciptakan Hasan al-Bashri yang bersifat khauf dan raja’ itu
dinaikkan oleh Rabi’ah ke tingkat zuhud yang bersifat hub (cinta) karena yang
suci murni tidak mengharapkan apa-apa.
Cinta murni kepada Tuhan adalah puncak
ajarannya dalam tasawuf yang pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan
kalimat-kalimat puitis. Dari syair-syair berikut ini dapat diungkap apa yang ia
maksud dengan al-mahabbah:
Kasihku, hanya Engkau yang kucinta,
Pintu hatiku telah tertutup bagi selain-Mu,
Walau mata jasadku tak mampu melihat
Engkau,
Namun mata hatiku memandang-Mu selalu.
Cinta kepada Allah adalah satu-satunya
cinta menurutnya sehingga ia tidak bersedia membagi cintanya untuk yang
lainnya. Seperti kata-katanya “Cintaku kepada Allah telah menutup hatiku untuk
mencintai selain Dia”. Bahkan sewaktu ia ditanyai tentang cintanya kepada
Rasulullah SAW, ia menjawab: “Sebenarnya aku sangat mencintai Rasulullah, namun
kecintaanku pada al-Khaliq telah melupakanku untuk mencintai siapa saja selain
Dia”. Pernyataan ini dipertegas lagi olehnya lagi melalui syair berikut ini:
“Daku tenggelam dalam merenung kekasih jiwa, Sirna segalanya selain Dia, Karena
kekasih, sirna rasa benci dan murka”.
Bisa dikatakan, dengan al-hubb ia ingin
memandang wajah Tuhan yang ia rindu, ingin dibukakan tabir yang memisahkan
dirinya dengan Tuhan.
c.
Al-Hallaj
Al-hallaj adalah seorang tokoh sufi yang
mengembangkan paham al-hulul. Nama lengkapnya adalah Husein Bin Mansyur
al-Hallaj. Dia dilahirkan pada tahun 244 H/858 M di negeri Baidha, salah satu
kota kecil yang terletak di Persia. Dia tinggal sampai dewasa di Waisith, dekat
Baghdad, dan dalam usia 16 tahun dia pergi belajar pada seorang sufi yang
terbesar dan terkenal bernama Sahl bin Abdullah al-Tustur di negeri Ahwaz.
Selanjutnya, ia berangkat ke Bashrah dan belajar pada seorang sufi bernama Amr
al-Makki. Pada tahun 264 H, ia masuk kota Baghdad dan belajar pada Junaid yang
juga seorang sufi. Al-Hallaj pernah menunaikan ibadah haji di Makkah selama
tiga hari. Dengan riwayat hidup singkat ini jelas bahwa ia memiliki dasar
pengetahuan tentang tasawuf yang cukup mendalam dan kuat.
Hulul merupakan salah satu konsep didalam
tasawuf falsafi yang meyakini terjadinya kesatuan antara kholiq dengan makhluk.
Hulul berimplikasi kepada bersemayamnya sifat-sifat ke-Tuhanan kedalam diri
manusia atau masuk suatu dzat kedalam dzat yang lainnya. Hulul adalah doktrin
yang sangat menyimpang. Hulul ini telah disalah artikan oleh manusia yang telah
mengaku bersatu dengan Tuhan. Sehingga dikatakan bahwa seorang budak tetaplah
seorang budak dan seorang raja tetaplah seorang raja. Tidak ada hubungan yang
satu dengan yang lainnya sehingga yang terjadi adalah hanyalah Allah yang
mengetahui Allah dan hanya Allah yang dapat melihat Allah dan hanya Allah yang
menyembah Allah.
d.
Al-Ghazali
Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid
Muhammad ibn al-Ghazali.Karena kedudukan tingginya dalam Islam, dia diberi
gelar Hujjatul Islam. Ayahnya, menurut sebagian penulis biografi, bekerja
sebagai pemintal wol. Dari itulah, tokoh sufi yang satu ini terkenal dengan
al-Ghazzali (yang pemintal wol), sekalipun dia terkenal pula dengan al-Ghazali,
sebagaimana diriwayatkan al-Sam’ani dalam karyanya, al-Ansab, yang dinisbatkan
pada suatu kawasan yang disebut Ghazalah. Al-Ghazali lahir di Thus, kawasan
Khurasan, tahun 1059 M. Ia pernah belajar kepada Imam al-Haramain al-Juwaini,
seorang guru besar di Madrasah al-Nizamiah Nisyafur. Setelah mempelajari ilmu
agama, al-Ghazali mempelajari teologi, pengetaauan alam, filsafat dan
lain-lain, tetapi akhirnya ia memilih tasawuf sebagai jalan hidupnya. Setelah
bertahun-tahun menggembara sebagai sufi, ia kembali ke Tus di tahun 1105 M dan
meninngal di sana tahun 1111 M.
Di bidang tasawuf, karya-karya Al-Ghazali
cukup banyak, yang paling penting adalah Ihya’ ‘Ulum al-Din. Dalam karyanya
tersebut, dia menguraikan secara terinci pendapatnya tentang tasawuf, serta
menghubungkannya dengan fiqh maupun moral agama. Juga karya-karya lainnya,
al-Munqidz min al-Dhalal, dimana ia menguraikan secara menarik kehidupan
rohaniahnya, Minhaj al-‘Abidin, Kimia’ al-Sa’adah, Misykat al-Anwar dan sebagainya.
e. Ibn Arabi
Muhyiddin Ibn Arabi lahir di Murcia,
Spanyol tahun 1165 M. setelah menempuh studi di Seville, ia pindah ke Tunis di
taun 1194 m, dan di sana ia masuk aliran sufi. Di tahun 1202 M ia pergi ke
Makkah dan meninggal di Damaskus tahun 1240 M.
Selain sebagai sufi, Ibn Arabi juga dikenal
sebagai penulis yang produktif. Jumlah buku yang dikarangnya kira-kira
berjumlah dua ratus lebih. Salah satu buku termasyhurnya adalah Fushush
al-Hikam yang merupakan wacana tentang tasawuf.
Inti ajaran tasawuf yang diperkenalkan Ibn
Arabi adalah wahdat al-wujud. Wahdat al-wujud terdiri dari dua kata, yaitu
wahdat dan al-wujud. Wahdat artinya sendiri, tunggal, atau kesatuan, sedangkan
al-wujud artinya ada. Dengan demikian, wahdat al-wujud berarti kesatuan wujud.
Dalam paham wahdat al-wujud ada dua hal yaitu khalq (makhluk) dan haq (tuhan).
Menurut paham ini setiap sesuatu punya dua aspek (aspek luar dan dalam). Aspek
luar merupakan khalq yang merupakan sifat kemakhlukan, aspek dalam adalah haq
yang mempunyai sifat ketuhanan. Dari sini kemudian muncul pemahaman bahwa
antara makhluk (manusia) dan al-haqq (Tuhan) sebenarnya satu kesatuan dari
wujud Tuhan, dan yang sebenarnya ada adalah wujud Tuhan itu, sedangkan wujud
makhluk hanya bayang-bayang atau fotokopi dari wujud Tuhan. Paham ini dibangun
dari suatu dasar pemikiran bahwa Allah sebagaimana diterangkan dalam al-hulul,
ingin melihat diri-Nya di luar diri-Nya, dan oleh karena itu Dia menjadikan
alam semesta ini. Dengan demikian, alam ini merupakan cermin bagi Allah. Pada
saat Allah ingin melihat diri-Nya, Dia cukup melihat alam ini. Pada benda-benda
yang ada di alam ini Allah dapat melihat diri-Nya, karena pada benda-benda alam
ini terdapat sifat-sifat Allah, dan dari sinilah timbul paham kesatuan. Paham
ini juga mengatakan bahwa yang ada di alam ini kelihatannya banyak tetapi
sebenarnya satu. Hal ini tak ubahnya seperti orang yang melihat dirinya dalam
beberapa cermin: ia melihat dirinya yang banyak, tetapi dirinya sebenarnya
hanya satu
B. Tokoh-tokoh Ilmu Tasawuf klasik :
Tokoh-tokoh ilmu tasawuf yang tersohor pada
zaman dahulu adalah :
1. Ibn Athaillah as Sakandary
Nama lengkapnya Ahmad ibn Muhammad Ibn
Athaillah as Sakandary (w. 1350M), dikenal seorang Sufi sekaligus muhadits yang
menjadi faqih dalam madzhab Maliki serta tokoh ketiga dalam tarikat al
Syadzili. Penguasaannya akan hadits dan fiqih membuat ajaran-ajaran tasawufnya
memiliki landasan nas dan akar syariat yang kuat. Karya-karyanya amat menyentuh
dan diminati semua kalangan, diantaranya Al Hikam, kitab ini ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran spiritual di kalangan murid-murid tasawuf. Kitab
lainnya, Miftah Falah Wa Wishbah Al Arwah (Kunci Kemenangan dan Cahaya
Spiritual), isinya mengenai dzikir, Kitab al Tanwir Fi Ishqat al Tadhbir
(Cahaya Pencerahan dan Petunjuk Diri Sendiri), yang disebut terakhir berisi
tentang metode madzhab Syadzili dalam menerapkan nilai Sufi, dan ada lagi kitab
tentang guru-guru pertama tarekat Syadziliyah - Kitab Lathaif Fi Manaqib Abil
Abbas al Mursi wa Syaikhibi Abil Hasan.
2. Al Muhasibi
Nama lengkapnya Abu Abdullah Haris Ibn Asad
(w. 857). Lahir di Basrah. Nama "Al Muhasibi" mengandung pengertian
"Orang yang telah menuangkan karya mengenai kesadarannya". Pada
mulanya ia tokoh muktazilah dan membela ajaran rasionalisme muktazilah. Namun
belakangan dia meninggalkannya dan beralih kepada dunia sufisme dimana dia
memadukan antara filsafat dan teologi. Sebagai guru Al Junaed, Al Muhasibi
adalah tokoh intelektual yang merupakan moyang dari Al Syadzili. Al Muhasibi
menulis sebuah karya "Ri'ayah Li Huquq Allah", sebuah karya mengenai
praktek kehidupan spiritual.
3. Abdul Qadir Al Jilani (1077-1166)
Beliau adalah seorang Sufi yang sangat
tekenal dalam agama Islam. Ia adalah pendiri tharikat Qadiriyyah, lahir di Desa
Jilan, Persia, tetapi meninggal di Baghdad Irak.Abdul Qadir mulai menggunakan
dakwah Islam setelah berusia 50 tahun. Dia mendirikan sebuah tharikat dengan
namanya sendiri. Syeikh Abdul Qadir disebut-sebut sebagai Quthb (poros
spiritual) pada zamannya, dan bahkan disebut sebagai Ghauts Al Azham (pemberi
pertolongan terbesar), sebutan tersebut tidak bisa diragukan karena janjinya
untuk memperkenalkan prinsip-prinsip spiritual yang penuh kegaiban. Buku
karangannya yang paling populer adalah Futuh Al Ghayb (menyingkap kegaiban).
Melalui Abdul Qadir tumbuh gerakan sufi
melalui bimbingan guru tharikat (mursyid). Jadi Qadiriyah adalah tharikat yang
paling pertama berdiri.
4. Al Hallaj
Nama lengkapnya Husayn Ibn Mansyur Al
Hallaj (857-932), seorang Sufi Persia dilahirkan di Thus yang dituduh Musyrik
oleh khalifah dan oleh para pakar Abbasiyah di Baghdad oleh karenanya dia
dihukum mati. Al Hallaj pertama kali menjadi murid Tharikat Syeikh Sahl di Al
Tutsari, kemudian berganti guru pada Syeikh Al Makki, kemudian mencoba
bergabung menjadi murid Al Junaed Al Baghdadi,tetapiditolak. Al Hallaj terkenal
karena ucapan ekstasisnya "Ana Al Haqq" artinya Akulah Yang Maha
Mutlak, Akulah Yang Maha Nyata,bisa juga berarti "Akulah Tuhan",
mengomentari masalah ini Al Junaid menjelaskan "melalui yang Haq engkau
terwujud", ungkapan tersebut mengandung makna sebagai penghapusan antara
manusia dengan Tuhan. Menurut Junaid " Al Abd yahqa al Abd al Rabb Yahqa
al Rabb" artinya pada ujung perjalanan "manusia tetap sebagai manusia
dan Tuhan tetap menjadi Tuhan". Pada jamannya Al Hallaj dianggap musrik,
akan tetapi setelah kematiannya justru ada gerakan penghapusan bahkan Al Hallaj
disebut sebagai martir atau syahid. Sampai sekarang Al Hallaj tetap menjadi
teka-teki atau misteri karena masih pro dan kontra.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Praktek tasawuf sudah ada sejak zaman
Rasulullah saw, meskipun istilah tentang tasawuf baru muncul pada akhir abad ke
I Hijriah. Istilah tasawuf sendiri terdapat perbedaan tentang asal-usulnya,
tetapi yang paling tepat berasal dari kata suf (bulu domba), baik dilihat dari
konteks kebahasaan, sikap sederhana para sufi maupunaspekkesejarahan.
.
Adapun tokoh-tokoh terkemuka di dunia tasawuf diantarnya adalah Hasan
Basri (w. 110 H), Rabi’ah al Adawiyah (w. 185), Abu Yazid al-Busthami (261 H),
Ibn Arabi, al-Ghazali, dan lain sebagainya. Tasawuf juga memunculkan
sekte-sekte, yang kemudian dikenal dengan istilah tarekat. Di antara
tokoh-tokoh tarekat yang terkenal antara lain Abd. Qadir al- Jailani (471-561
H), Syihabu al-Din Umar Ibn Abdillah al-Suhraardi (539-631 H), Abu Hasal
Al-Syadzili (592-656 H), Ahmad Al-Badawi (596-675), dan Muhammad Ibn Bahau
Al-Din al-Uwaisi al Bukhary (717-791 H).
B. SARAN
Setelah para pembaca selesai membaca
makalah ini, pastilah terdapat banyak kesalahan di dalam penulisan makalah di
atas, memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari Bapak Dosen demi perbaikan makalah yang selanjutnya serta
menuju arah yang lebih baik.
Kemudian diharapkan kepada para pembaca
untuk pembuatan makalah selanjutnya, agar bisa menambah referensi yang lebih
mendukung, karena dalam pembuatan makalah ini penulis hanya menggunakan
beberapa referansi saja, hal ini dikarenakan keterbatasan buku referensi yang
penulis dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
tintaguru hakikat-sejarah-ajaran-tokoh-dan-aliran.html
anitapartupeker. makalah-tokoh-tokoh-tasawuf-dan.html
cintakamiakdarbanafsaj.pembagian-tasawuf-dan-tokoh-tokohnya.html
0 komentar:
Post a Comment