Monday, November 2, 2020

KONSEP BAIK DAN BURUK MENURUT ALIRAN IDEALISME

Aminah


BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Definisi Baik

Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khoir ( dalam bahasa arab )/ good ( dalam bahasa Inggris ). Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya. Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan. Selanjutnya yang baik itu juga adalah sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang memberikan kepuasan. Baik juga berarti yang sesuai dengan keinginan. Dan yang disebut baik dapat pula berarti sesuatu yang mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang atau bahagia. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa secara umum baik adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik, jika tingkah laku tersebut menuju kesempurnaan manusia. Kebaikan disebut nilai (value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang kongkret.

Sedangkan menurut Ethik baik adalah sesuatu yang berharga untuk semua tujuan. Sebaliknya yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan, merugikan atau yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan adalah ‘buruk’.

Seperti halnya pengertian benar dan salah, maka pengertian baik dan buruk juga ada yang subyektif dan relatif, baik bagi seseorang belum tentu baik bagi orang lain. Sesuatu itu baik bagi seseorang apabila hal itu berguna bagi tujuannya. Hal yang sama adalah mungkin buruk bagi orang lain, karena hal tersebut tidak akan berguna bagi tujuannya.

Ada pula yang berpendapat bahwa kata baik merupakan terjemahan dari kata husn di dalam al-Quran yang artinya baik atau indah. Menurut al-Raghîb al-Ashfahanî, istilah al-husn, baik dan indah, menjelaskan semua yang mengagumkan dan disenangi oleh seluruh manusia. Istilah baik atau kebaikan juga merupakan terjemahan dari perkataan al-hasanah. Al-Hasanah adalah kenikmatan yang dirasakan menyenangkan, kenikmatan fisik dan jiwa, yang bersumber dari kehidupan setiap orang.

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa baik adalah nilai yang merujuk kepada kebahagiaan, kepuasan, kenikmatan, berharga dan bermanfaat bagi hidup manusia.

2.2  Definisi Buruk

Secara bahasa istilah buruk dalam Bahasa Indonesia merupakan arti dari kata syarr dalam bahasa Arab. Syarr, menurut Al-Raghib al-Ashfahani, adalah perbuatan manusia yang dibenci semua orang. Ungkapan lain dalam Bahasa Arab yang berarti buruk adalah al-qabîh. Al-Raghib al-Ashfahani berpendapat, al-qabîh adalah semua benda yang dinyatakan cacat oleh mata, semua tindakan, dan keadaan yang ditolak dan dinilai cacat oleh akal sehat dan nurani yang jernih. Ringkasnya al-syarr dan al-qabîh adalah perbuatan, tindakan, sikap, dan perilaku yang dibenci oleh semua orang; ditolak oleh akal sehat dan nurani; serta dinyata-kan cacat oleh pikiran jernih dan bening.

 

2.3  Ukuran  Baik Dan Buruk

        Dalam suatu benda ada ukurannya, berapa besarnya? Berapa beratnya? berapa tingginya? berapa luasnya? berapa dalamnya? dan lain sebagainya., sebagai salah satu pertanyaan yang mengandung hakikat, bahwa benda merupakan sesuatu yang ada ukurannya. Mempersoalkan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka ukuran dan karakternya selalu dinamis, sulit dipecahkan.

Namun demikian karakter baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur menurut fitrah manusia. Kenyataan yang ada di dalam kehidupan, bahwa ada perbedaan pendapat (berselisih) dalam melihat baik dan buruk. Sekarang seseorang melihat hal itu buruk, tapi pada suatu saat dia melihatnya itu baik dan sebaliknya. Maka dari itu ukuran baik dan buruk tergantung kepada penilaian manusia itu sendiri, sebab ukuran bauk dan buruk bersifat dinamis bukanlah statis.[1]

2.4  Penentuan Nilai Baik dan Buruk Menurut Aliran Idealisme

Aliran idealisme dipelopori oleh immanuel kant (1724-1804) seorang yang berkebangsaan Jerman. Immanuel kant (1725-1804) menjelaskan pokok pedoman untuk menentukan hukum suatu perbuatan itu menurut etika atau tidak, yakni:

a)      Wujud yang paling dalam kenyataan (hakikat) ialah kerohanian. Seorang berbuat baik pada prinsipnya bukan karena di anjurkan orang lain melainkan atas dasar kemauan sendiri atau rasa kewajiban. Sekalipun di ancam dan dicela orang lain, perbuatan baik itu dilakukan juga karena adanya rasa kewajiban yang bersemi dalam rohani manusia

b)      Faktor yang paling penting mempengaruhi manusia ialah kemauan yang melahirkan tindakan yang kongkrit. Dan yang menjadi pokok disini adalah kemauan yang baik.

c)      Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan satu hal yang menyempurnakannya yaitu rasa kewajiban.[2]

Dalam etika Immanual Kant, kita dapat mengadakan beberapa catatan :

a)      Dasar etika Kant, ialah akal pikiran

b)      Menurut Kant, yang terpenting ialah kemauan mencapai hakikat sesuatu.

c)      Kant, mendasarkan rasa kewajiban” untuk terwujudnya perbuatan banyak hal-hal yang meminta perhatian etika

Menurut Plato, manusia memiliki kemampuan dasar yang terdiri dari kemampuan berpikir yang terletak di kepala, kemampuan berkehendak yang terletak di dada, kemampuan bernafsu (berkeinginan) yang terletak di perut. Pikiran (idea), kehendak (kemauan) dan nafsu (keinginan) terikat dalam kehidupan jasmani manusia.[3]

Dasar pandangan idealisme Plato (427-347 SM), murid Socrates (468-399 SM) yang mengajarkan tentang idea (serba cita), termasuk penilaian baik dan buruk, harus diukur dengan kemampuan cita, tidak dapat diukur dengan kemampuan panca indera, menurut aliran idealisme.

Aliran ini memandang bahwa semua ada, serta seluruh kenyataan ini, tergantung dari kesadaran dan kemampuan manusia untuk mengenal dan mengetahui sesuatu. Benda – benda yang ada, pada hakekatnya berhubungan dengan pengertian-pengertian yang bersifat idea (spiritual). Oleh karena itu, dalam kajian epistimologi mengatakan, aliran idealisme memandang bahwa idea – idea adalah faktor yang hakiki dalam pegetahuan. Termasuk Akhlak yang telah dipengaruhi oleh pemikiran aliran idealisme yaitu, selalu diukur dengan kemampuan idea (cita) seseorang, tidak pernah menggunakan pengamatan panca indera. Maka pemahaman tersebut, cenderung kurang objektif.[4]

Pengertian idealism meliputi sejumlah besar sistem serta aliran kefilsafatan yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang besar antara yang satu dengan yang lain. Ciri pengenal umum yang menunjukkan kesamaan yang dipunyai oleh sistem-sistem serta aliran-aliran tersebut ialah bahwa semuanya mengajarkan tentang pentingnya jiwa atau roh. Menurut idealisme, manusia pada dasarnya merupakan makhluk ruhani. Ruh mempunyai kekuasaan yang sangat besar, dan kehidupan ditentukan oleh faktor-faktor ruhani. Sebuah contoh yang jelas mengenai idealisme ialah filsafat Hegel. Penganut paham ini jarang ada yang berpendapat bahwa kenyataan itu semata-mata ditentukan oleh faktor ruhani; pada umumnya mereka mengakui juga faktor alam; namun senantiasa menganggap bahwa ruh mempunyai nilai tertinggi serta kekuasaan terbesar.

Inti aliran idealisme adalah keyakinan akan adanya idaman-idaman yang bersifat pribadi dan kemasyarakatan, yang mempengaruhi manusia serta menuntutnya untuk mewujudkannya. Dengan demikian idaman-idaman tersebut mengehendaki agar manusia mewujudkannya. Sementera itu, perwujudan tersebut hanya dapat terjadi dengan kerja keras, perjuangan serta pengorbanan, dan karenanya biasanya hanya sebagian yang berhasil. Namun demikian usaha yang sungguh-sungguh itu sendiri sudah memberikan makna serta isi kepada kehidupan,

karena dalam hal ini yang penting bukanlah berhasil-tidaknya, melainkan usahanya itu sendiri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1 Kesimpulan

Baik adalah nilai yang merujuk kepada kebahagiaan, kepuasan, kenikmatan, berharga dan bermanfaat bagi hidup manusia.

Buruk adalah perbuatan, tindakan, sikap, dan perilaku yang dibenci oleh semua orang; ditolak oleh akal sehat dan nurani; serta dinyata-kan cacat oleh pikiran jernih dan benin.

Penentuan nilai baik dan buruk menurut aliran idealisme adalah

Aliran idealisme dipelopori oleh immanuel kant (1724-1804) seorang yang berkebangsaan Jerman. Kant menjelaskan pokok pedoman untuk menentukan hukum suatu perbuatan itu menurut etika atau tidak, yakni:

1.         Wujud yang paling dalam kenyataan (hakikat) ialah kerohanian.

2.         Faktor yang paling penting mempengaruhi manusia ialah kemauan yang melahirkan tindakan yang kongkrit. Dan yang menjadi pokok disini adalah kemauan yang baik.

3.          Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan satu hal yang menyempurnakannya yaitu rasa kewajiban.

 

3.2 Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki malakah selanjutnya dengan pedoman dan lebih banyak referensi. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk memperbaiki penyusunan makalah.

           

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Mustofa, Akhmad. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia

Muhammad Yunus Musa, Dr., falsafatil akhlak fi islam, Muassasatil Khanji,                       Kairo, 163

Mahjuddin, Akhlak tasawuf II (Jakarta:Kalam Mulia,2010), 39

Mahjuddin, Akhlak tasawuf II (Jakarta:Kalam Mulia,2010), 40

                                       



[1] Muhammad Yunus Musa, Dr., falsafatil akhlak fi islam, Muassasatil Khanji, Kairo, 163

[2] Mustofa, Akhmad. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia

[3] Mahjuddin, Akhlak tasawuf II (Jakarta:Kalam Mulia,2010), 39

 

[4] Mahjuddin, Akhlak tasawuf II (Jakarta:Kalam Mulia,2010), 40

 

 

0 komentar:

Post a Comment