Tuesday, November 10, 2020

Dasar-dasar Quran Tentang Ajaran Ahlak, Moral, Etika Dan Hadits Nabi saw tentang ahlak

 asyatul amni

BAB II

PEMBAHASAN

A.    AKHLAQ

Pengertian Akhlak Akhlak berasal dari bahasa arab “akhlaq” yang merupakan bentuk jamak dari “khuluq”. Secara bahasa “akhlak” mempunyai arti budi pekerti , tabiat, dan watak. Dalam kebahasaan akhlak sering disinonimkan dengan moral dan etika. Menurut istilah yang dijelaskan oleh Ibnu Maskawih “akhlak adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan”. (Saputra, 2004: 30). Menurut Abdul hamid yusuf akhlak adalah ilmu yang memberikan keterangan tentang perbuatan yang mulia dan memberikan cara-cara untuk melakukannya.

Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka baik dan buruk itu bisa berbeda-beda. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain belum tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik.

Semua ummat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-Quran dan Sunnah) sebagai dalil naqli yang tinggal mentransfernya dari Allah Swt, dan Rasulullah Saw. Keduanya hingga sekarang masih terjaga keautentikannya, kecuali Sunnah Nabi yang memang dalam perkembangannya banyak ditemukan hadis-hadis yang tidak benar (dha'if/palsu).

Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat sabar, tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia. Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat syirik, kufur, nifaq, ujub, takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak menegaskan mengenai nilai dari sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan memberikan nilai yang berbeda-beda. Namun demikian, Islam tidak menafikan adanya standar lain selain al-Quran dan Sunnah untuk menentukan baik dan buruknya akhlak manusia.

Selain itu standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan buruk adalah akal dan nurani manusia serta pandangan umum masyarakat.Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-masalah lain. Karena misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan Akhlak. Manusia dengan hati nuraninya dapat juga menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah memberikan potensi dasar kepada manusia berupa tauhid. Allah Swt. berfirman:

Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunananak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"." (QS. al-A'raf: 72).

Akhlak bisa dibentuk melalui kebiasaan. Seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata-mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya merupakan ciri-ciri orang yang mempunyai akhlak. Oleh karena itu seseorang yang sudah benar-benar memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.

            Dewasa ini banyak sekali anak yang menentang dan melawan terhadap orang tunya, ini merupakan fenomena yang lazim terjadi di masyarakat kita, akhlak seorang anak terhadap orang tua sudah sangat menghawatirkan. Mereka bisa bersikap baik dengan teman tapi tidak bisa bersikap baik kepada orang tua, ini merupakan contoh kecil dari penyelewengan akhlak yang sering dilakukan oleh remaja dan anak zaman sekarang.

B.     MORAL

Kata moral berasal kata latin ''mos''yaitu kebiasaan. Moral berasal dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Namun demikian karena manusia selalu berhubungan dengan masalah keindahan baik dan buruk bahkan dengan persoalan-persoalan layak atau tidak layaknya sesuatu.

Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang amat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik kapasitasnya  sebagai pribadi (individu) maupun sebagai anggota suatu kelompok (masyarakat dan bangsa). Peradaban suatu bangsa dapat dinilai melalui karakter moral masyarakatnya.  Moral memiliki kedudukan yang amat penting karena, manusia dalam hidupnya harus taat dan patuh pada norma-norma, aturan-aturan, adat istiadat, undang-undang, dan hukum yang ada dalam suatu masyarakat. Norma-norma, aturan-aturan, undang-undang, dan hukum, baik yang dibuat atas kesepakatan sekelompok manusia atau aturan yang berasal dari hukum Tuhan (wahyu). Berkaitan dengan norma-norma, aturan-aturan, adat istiadat, undang-undang, dan hukum yang mengatur kehidupan manusia, maka faedah atau fungsi moral adalah agar manusia dapat hidup sesuai dengan norma yang disepakati dalam komunitas kehidupan manusia mau pun hukum dari Tuhan.

Adapun moral dalam proses pembelajaran yang mengajarkan tentang cara berbicara, bersikap, dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma, agama dan adat-istiadat.

Artinya:Abdullah bin Munir bercerita kepadaku Beliau mendengar Abu an-Nadhar, telah bercerita kepada kami Abdur Rahman bin Abdillah yaitu Ibn Dhinar dari Ayahnya dari Abu Sholih dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW. Bersabda : " Sesungguhnya seseorang yang berbicara dengan perkataan yang diridhai Allah dia tidak akan mendapatkan apa-apa akan tetapi allah akan mengangkat derajatnya. Dan barang siapa yang berbicara dengan perkataan yang dimurkai allah dia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali akan jatuh ke neraka jahannam.

C.    ETIKA

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah "Ethos", yang berarti hati nurani ataupun perikelakuan yang pantas (atau yang diharapkan). Secara sederhana hal itu kemudian diartikan sebagai ajaran tentang perikelakuan yang didasarkan pada perbandingan mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.

Istilah ini sama dengan ilmu akhlaq (dalam Islam), yaitu "suatu ilmu yang menerangkan pengertian baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia". 

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. (QS. An-Nur: 27).

Ayat ini menerangkan tentang etika kunjung-mengunjungi yang merupakan bagian dari tuntunan ilahi yang berkaitan dengan pergaulan dengan sesama manusia. Karena dalam ayat ini mengandung sekian banyak ketetapan, hukum-hukum dan tuntunan-tuntunan yang sesuai bagi kehidupan, antara pergaulan antar sesama manusia, pria dan wanita.
Dalam ayat diatas sebenarnya merupakan tuntunan kepada umat Islam agar ketika bertamu dan berkunjung ke rumah orang lain, harus mengucap salam serta meminta izin kepada pemilik atau penghuni rumah.

 

D.    HADIST NABI SAW TENTANG AHLAK,MORAL, DAN ETIKA

Dalam Islam ajaran tentang akhlaq  merupakan bagian integral dalam setiap sendi kehidupan umat Islam, bahkan Nabi Muhammad SAW diturunkan kebumi menjadi Rasul. Salah satu tujuannya adalah menyempurnakan akhlak manusia. Hal itu ditegaskan dalam sebuah hadis.

Artinya: "Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus menjadi Rasul ke dunia ini tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlaq" (al-Hadits)." "Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina." [HR. Al-Hakim].

Sedangkan menurut istilahal-Ghazali akhlaq adalah:"Suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seseorang manusia yang dapat melahirkan suatu   tindakan dan kelakuan yang mudah dan spontan tanpa reka pikiran". (Imam Ghazali).

Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih,

Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan akhlak yang baik adalah salah satu penyebab seseorang untuk dapat masuk Surga.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji dan kotor."

 

BAB III

KESIMPULAN

Akhlak adalah ilmu yang memberikan keterangan tentang perbuatan yang mulia dan memberikan cara-cara untuk melakukannya.

Adapun moral dalam proses pembelajaran yang mengajarkan tentang cara berbicara, bersikap, dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma, agama dan adat-istiadat.

Ahlak yaitu "suatu ilmu yang menerangkan pengertian baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia".

Dalam Islam ajaran tentang akhlaq  merupakan bagian integral dalam setiap sendi kehidupan umat Islam, bahkan Nabi Muhammad SAW diturunkan kebumi menjadi Rasul. Salah satu tujuannya adalah menyempurnakan akhlak manusia.

 

 

DARTAR PUSTAKA

Al-Mahally, Imam Jalaluddin, Imam Jalaluddin al-Suyuthi, Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul, terj. Mahyudin Syaf, Bahrun Abu Bakar Lc., Bandung: sinar baru.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Terjemah Tafsir al-Maraghi, juz 18, Semarang: CV. Toha Putra, 1993
Ar-Rafa'I, Muhammad Nasib, Taisiru al-Aliyul Qadirr li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, jilid I, terj. Drs. Syihabudin, MA., Jakarta: Gema Insani Press: 1999.
Hamka, Prof. Dr., Tafsir al-Azhar, Surabaya: Yayasan Latimojong, 1982
Quthub, Sayyid, Tafsir fi zhilalil-Qur'an,dibawah naungan al-Qur'an, jilid 3 Jakarta: Gema Insani Press, 2002.
Rifa'I, Moh., Aqidah Akhlaq, Semarang: CV. Wicaksana, 1996
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: pesan, kesan dan keserasian al-qur'an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Syukur, H.M. Amin, Pengantar Studi Islam, Semarang: CV. Bima Sakti, 2000.

0 komentar:

Post a Comment