asyatul amni
BAB II
PEMBAHASAN
A.
AKHLAQ
Pengertian Akhlak Akhlak berasal dari bahasa arab “akhlaq” yang
merupakan bentuk jamak dari “khuluq”. Secara bahasa “akhlak” mempunyai arti
budi pekerti , tabiat, dan watak. Dalam kebahasaan akhlak sering disinonimkan
dengan moral dan etika. Menurut istilah yang dijelaskan oleh Ibnu Maskawih
“akhlak adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan”. (Saputra, 2004: 30). Menurut
Abdul hamid yusuf akhlak adalah ilmu yang memberikan keterangan tentang
perbuatan yang mulia dan memberikan cara-cara untuk melakukannya.
Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak
adalah berupa al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam
akhlak Islam ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan
baik dan buruk menurut ukuran manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia,
maka baik dan buruk itu bisa berbeda-beda. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu
itu baik, tetapi orang lain belum tentu menganggapnya baik. Begitu juga
sebaliknya, seseorang menyebut sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja
menyebutnya baik.
Semua ummat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu
(al-Quran dan Sunnah) sebagai dalil naqli yang tinggal mentransfernya dari
Allah Swt, dan Rasulullah Saw. Keduanya hingga sekarang masih terjaga
keautentikannya, kecuali Sunnah Nabi yang memang dalam perkembangannya banyak
ditemukan hadis-hadis yang tidak benar (dha'if/palsu).
Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa
sifat sabar, tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang
baik dan mulia. Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat syirik, kufur,
nifaq, ujub, takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua
sumber itu tidak menegaskan mengenai nilai dari sifat-sifat tersebut, akal
manusia mungkin akan memberikan nilai yang berbeda-beda. Namun demikian, Islam
tidak menafikan adanya standar lain selain al-Quran dan Sunnah untuk menentukan
baik dan buruknya akhlak manusia.
Selain itu standar lain yang dapat dijadikan untuk
menentukan baik dan buruk adalah akal dan nurani manusia serta pandangan umum
masyarakat.Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada
masalah-masalah lain. Karena misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan
Akhlak. Manusia dengan hati nuraninya dapat juga menentukan ukuran baik dan
buruk, sebab Allah memberikan potensi dasar kepada manusia berupa tauhid. Allah
Swt. berfirman:
Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunananak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?"
Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)"." (QS. al-A'raf: 72).
Akhlak bisa dibentuk melalui kebiasaan. Seseorang yang
mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan
semata-mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya merupakan ciri-ciri orang
yang mempunyai akhlak. Oleh karena itu seseorang yang sudah benar-benar
memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan
antara hati, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu membentuk
suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Dewasa
ini banyak sekali anak yang menentang dan melawan terhadap orang tunya, ini
merupakan fenomena yang lazim terjadi di masyarakat kita, akhlak seorang anak
terhadap orang tua sudah sangat menghawatirkan. Mereka bisa bersikap baik
dengan teman tapi tidak bisa bersikap baik kepada orang tua, ini merupakan
contoh kecil dari penyelewengan akhlak yang sering dilakukan oleh remaja dan
anak zaman sekarang.
B.
MORAL
Kata moral berasal kata latin ''mos''yaitu kebiasaan.
Moral berasal dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah
manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai
nilai positif.Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia
tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia
lainnya.Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Namun demikian karena manusia selalu berhubungan dengan masalah keindahan baik
dan buruk bahkan dengan persoalan-persoalan layak atau tidak layaknya sesuatu.
Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang
amat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik
kapasitasnya sebagai pribadi (individu) maupun sebagai anggota suatu
kelompok (masyarakat dan bangsa). Peradaban suatu bangsa dapat dinilai melalui
karakter moral masyarakatnya. Moral memiliki kedudukan yang amat penting
karena, manusia dalam hidupnya harus taat dan patuh pada norma-norma,
aturan-aturan, adat istiadat, undang-undang, dan hukum yang ada dalam suatu
masyarakat. Norma-norma, aturan-aturan, undang-undang, dan hukum, baik yang
dibuat atas kesepakatan sekelompok manusia atau aturan yang berasal dari hukum
Tuhan (wahyu). Berkaitan dengan norma-norma, aturan-aturan, adat istiadat,
undang-undang, dan hukum yang mengatur kehidupan manusia, maka faedah atau
fungsi moral adalah agar manusia dapat hidup sesuai dengan norma yang
disepakati dalam komunitas kehidupan manusia mau pun hukum dari Tuhan.
Adapun moral dalam proses pembelajaran yang
mengajarkan tentang cara berbicara, bersikap, dan berbuat sesuai dengan nilai
dan norma, agama dan adat-istiadat.
Artinya:Abdullah bin Munir bercerita kepadaku Beliau
mendengar Abu an-Nadhar, telah bercerita kepada kami Abdur Rahman bin Abdillah
yaitu Ibn Dhinar dari Ayahnya dari Abu Sholih dari Abu Hurairah dari Rasulullah
SAW. Bersabda : " Sesungguhnya seseorang yang berbicara dengan perkataan
yang diridhai Allah dia tidak akan mendapatkan apa-apa akan tetapi allah akan
mengangkat derajatnya. Dan barang siapa yang berbicara dengan perkataan yang
dimurkai allah dia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali akan jatuh ke neraka
jahannam.
C.
ETIKA
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa
Yunani adalah "Ethos", yang berarti hati nurani ataupun perikelakuan
yang pantas (atau yang diharapkan). Secara sederhana hal itu kemudian diartikan
sebagai ajaran tentang perikelakuan yang didasarkan pada perbandingan mengenai
apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
Istilah ini sama dengan ilmu akhlaq (dalam Islam),
yaitu "suatu ilmu yang menerangkan pengertian baik dan buruk, menjelaskan
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam hubungannya dengan sesama
manusia".
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingat. (QS. An-Nur: 27).
Ayat ini menerangkan tentang etika kunjung-mengunjungi
yang merupakan bagian dari tuntunan ilahi yang berkaitan dengan pergaulan
dengan sesama manusia. Karena dalam ayat ini mengandung sekian banyak
ketetapan, hukum-hukum dan tuntunan-tuntunan yang sesuai bagi kehidupan, antara
pergaulan antar sesama manusia, pria dan wanita.
Dalam ayat diatas sebenarnya merupakan tuntunan kepada umat Islam agar ketika
bertamu dan berkunjung ke rumah orang lain, harus mengucap salam serta meminta
izin kepada pemilik atau penghuni rumah.
D.
HADIST NABI
SAW TENTANG AHLAK,MORAL, DAN ETIKA
Dalam Islam ajaran tentang akhlaq merupakan
bagian integral dalam setiap sendi kehidupan umat Islam, bahkan Nabi Muhammad
SAW diturunkan kebumi menjadi Rasul. Salah satu tujuannya adalah menyempurnakan
akhlak manusia. Hal itu ditegaskan dalam sebuah hadis.
Artinya: "Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus
menjadi Rasul ke dunia ini tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlaq"
(al-Hadits)." "Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan
dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina." [HR.
Al-Hakim].
Sedangkan menurut istilahal-Ghazali akhlaq
adalah:"Suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seseorang manusia yang dapat
melahirkan suatu tindakan dan kelakuan yang mudah dan spontan tanpa reka
pikiran". (Imam Ghazali).
Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara;
yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian
(menundukkan kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi
sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan
bersilaturahim, berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima
kasih,
Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang
dapat menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan.
Pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan
akhlak yang baik adalah salah satu penyebab seseorang untuk dapat masuk Surga.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam
timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan
sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji dan
kotor."
BAB III
KESIMPULAN
Akhlak adalah ilmu yang memberikan keterangan tentang perbuatan
yang mulia dan memberikan cara-cara untuk melakukannya.
Adapun moral dalam proses
pembelajaran yang mengajarkan tentang cara berbicara, bersikap, dan berbuat
sesuai dengan nilai dan norma, agama dan adat-istiadat.
Ahlak yaitu "suatu ilmu yang
menerangkan pengertian baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia".
Dalam Islam ajaran tentang akhlaq merupakan bagian
integral dalam setiap sendi kehidupan umat Islam, bahkan Nabi Muhammad SAW
diturunkan kebumi menjadi Rasul. Salah satu tujuannya adalah menyempurnakan
akhlak manusia.
DARTAR PUSTAKA
Al-Mahally,
Imam Jalaluddin, Imam Jalaluddin al-Suyuthi, Terjemah Tafsir Jalalain Berikut
Asbabun Nuzul, terj. Mahyudin Syaf, Bahrun Abu Bakar Lc., Bandung: sinar baru.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Terjemah Tafsir al-Maraghi, juz 18, Semarang: CV.
Toha Putra, 1993
Ar-Rafa'I, Muhammad Nasib, Taisiru al-Aliyul Qadirr li Ikhtishari Tafsir Ibnu
Katsir, jilid I, terj. Drs. Syihabudin, MA., Jakarta: Gema Insani Press: 1999.
Hamka, Prof. Dr., Tafsir al-Azhar, Surabaya: Yayasan Latimojong, 1982
Quthub, Sayyid, Tafsir fi zhilalil-Qur'an,dibawah naungan al-Qur'an, jilid 3
Jakarta: Gema Insani Press, 2002.
Rifa'I, Moh., Aqidah Akhlaq, Semarang: CV. Wicaksana, 1996
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: pesan, kesan dan keserasian al-qur'an,
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Syukur, H.M. Amin, Pengantar Studi Islam, Semarang: CV. Bima Sakti, 2000.
0 komentar:
Post a Comment