Eka Munanda
BAB II
PEMBAHASAN
PERBUATAN BAIK
DAN BURUK DALAM PANDANGAN ILMU KALAM
1.Pengertian perbuatan baik dan buruk
Dalam Islam
perbuatan baik dan buruk itu sering di sebutkan dengan’amar ma’ruf nahi
munkar’(Perbuatan yang baik dan dan perbuatan yang buruk)yang dilakukan manusia
dalam selurah kehidupannya, manusia itu dikatakan berbuat baik apabila dia dapat
melaksanakan ajaran agama secara’’ kaffah’’(keseluruhan) manusia di katakan
berbuat yang tidak baik apabila ia melakukan perbuatan yang menyimpang dari
ketentuan yang telah di perintahkan oleh Allah SWT.
Mengabdikan
diri dalam Islam erat kaitannya dengan pendidikan akhlak, kemudian konsep
mengabdikan diri dalam Al-Qur’an dikaitkan dengan taqwa dan taqwa itu sendiri
berarti melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, perintah Allah
itu berkaitan dengan perbuatan-perbuatan yang baik sedangkan yang berkaitan
larangan adalah dengan perbuatan-perbuatan yang tidak baik .
Dengan demikain akan menjadi jelas
bahwa kebaikan dan keburukan dalam ajaran Islam merupakan dua bahasa yang
berbeda akan tetapi memiliki keterkaitan antara keduanya, yaitu kalau tidak
berbuat baik maka berbuat buruk, maka manusia tinggal memilih pada posisi mana
ia harus berbuat karena kebaikan dan keburukan itu sudah jelas di atur dalam ajaran agama .
Sebenarnya makna kebaikan dan keburukan itu sudah sangat jelas bagi setiap orang
dan tidak perlu diberikan definisi, yang penting di sini adalah penggolongan
pengaplikasian kedua makna itu sehingga menjadi jelas hubungan pembahasan
kebaikan dan keburukan perspektif akal dengan bagian yang mana dari penggunaan
makna-makna tersebut.
Dengan menelusuri item-item penggunaan
dua kata tersebut, maka kita dapat mengidentifikasi empat penggunaan asli dari
makna keduanya:
Ø Pertama,Terkadang
kebaikan dan keburukan bermakna kesempurnaan (kamâl) dan kekurangan (naqsh)
yang berhubungan dengan jiwa manusia. Dalam pengaplikasian ini, termasuk
seluruh perbuatan manusia, apakah perbuatan itu berdasarkan ikhtiar manusia
ataukah di luar ikhtiar manusia seperti sifat dasar manusia. Sebagai contoh
dikatakan, ”Pengetahuan itu ialah suatu kebaikan” atau ‘’Belajar ilmu
pengetahuan merupakan sebuah perbuatan baik,’’ dan juga dikatakan, “Kebodohan
itu adalah suatu keburukan” atau “Meninggalkan pencarian ilmu merupakan suatu
perbuatan buruk”; pengetahuan dan mencari ilmu pengetahuan merupakan sifat
kesempurnaan bagi jiwa manusia, sementera kebodohan dan meninggalkan pencarian
ilmu merupakan kekurangan baginya. Berdasarkan hal tersebut, maka sifat-sifat
seperti berani dan dermawan merupakan bagian dari sifat-sifat baik, sementara
sifat penakut dan kikir termasuk dari sifat-sifat jelek. Yakni, yang menjadi
tolok ukur adalah kesempurnaan dan ketidak sempurnaan pada jiwa manusia.
Ø Kedua,Terkadang
aplikasi makna kebaikan dan keburukan berdasarkan kemaslahatan dan
ke-mafsadah-an (tak berfaedah) sebuah perbuatan atau sesuatu, dan terkadang
maslahat dan mafsadah berhubungan dengan unsur individu atau berhubungan dengan
unsur masyarakat..Sebagai contoh, setiap peserta yang menang dalam pertandingan
adalah maslahat baginya (bagi peserta yang menang itu), akan tetapi kontradiksi
dengan kemaslahatan para peserta lain yang kalah dalam pertandingan.
Sebaliknya, menyebarkan keadilan dalam masyarakat merupakan suatu perkara yang
dapat dipandang sebagai maslahat bagi seluruh masyarakat.
Ketiga, Aplikasi dari makna baik dan buruk adalah pada tinjauan kesesuaian dan
ketidaksesuaian dengan perbuatan ikhtiar manusia. Aplikasi ini, perbuatan yang
menurut akal manusia layak untuk dilakukan dan pelakunya mendapatkan pujian,
maka perbuatan tersebut adalah perbuatan yang baik. Sebaliknya, perbuatan yang
semestinya ditinggalkan dan pelaku perbuatan tersebut menjadi tercela, maka
perbuatan tersebut dikategorikan sebagai perbuatan yang buruk.
2. Pandangan ilmu kalam tentang
perbuatan baik dan buruk
2.1 Pandangan Mu’tazilah
Pada dasarnya
mu’tazilah adalah merupakan aliran yang mngetengahkan pendapatnya-pendapatnya
yang rasionalistis tentang berbagai macam masalah, sungguh menurut mereka
akallah yang sangat berperan ketimbang wahyu, salah satu pendapatnya yang
rasionalistis adalah pandangannya tentang perbuatan baik dan buruk manusia,
pada prinsipnya masalah ini berkaitan erat dengan perinsip keadilan dmana Tuhan
Maha adil yang menunjukkan kesempurnaan pada segala hal pada manusia ajaran ini
bertujuan ingin menunjukkan Tuhan benar-benar adil menurut sudut pandang
manusia karna alam semesta ini diciptakan untuk kepentingan manusia.
Ajaran tentang
keadilan ini terkait erat dengan perbuatan manusia, manusia menurut mu’tazilah
melakukan dan menciptakan perbuatannya sendiri, terlepas dari kehendak dan
kekuasaan Tuhan baik secara langsung atau tidak . Perbuatan apa saja yang di
lahirkan adalah perbuatan manusia itu sendiri kecuali dalam mempersepsi warna,
bau, dan sesuatu lainnya yang dialaminya tidak diketahui manusia. Pemahaman dan
pengetahuan yang timbul dengan selain melalui informasi dan instruksi itu
diciptakan sendiri oleh Allah dan bukan perbuatan manusia. Kalau dilihat
pendapat ini memang Allah maha adil atas segala makhluknya karna alam ini
berserta isinya diciptakan untuk manusia tapi dalam masalah perbuatan, sudah
pasti ada campur tangan Tuhan karena apapun yang dikerjakan oleh manusia bukan
karena kehendaknya sendiri akan tetapi ada yang menggerakkan sehingga ia
berbuat.
2.2.Pandangan Qadariyah
Ada hal yang
berbeda dengan paham Qadariyah dimana aliran ini mengatakan bahwa dalam masalah
perbuatan baik dan buruk manusia, manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan
dalam menentukan perjalanan hidupnya dan mereka menolak adanya qada’ dan qadar
. Menurut paham ini perbuatan manusia merupaka hasil usaha manusia itu sendiri
dan bukan perbuatan Tuhan, artinya manusia mempunyai kemampuan untuk
mengerjakan dan meninggalkan suatu perbuatan tanpa campur tangan kehendak dan kekuasaan Tuhan. .
Dalam menanggapi masalah ini Abd Jabbar mengemukakan bahwa perbuatan manusia
bukanlah diciptakan oleh Tuhan akan tetapi pada manusia, manusia sendirilah
yang mewujudkannya . Keterangan-keterangan telah jelas mengatakan bahwa
kehendak untuk berbuat adalah kehendak manusia, tetapi tidak jelas apakah daya
untuk mewujudkan perbuatan itu daya manusia sendiri ataukah bukan dan dalam
hubungannya dengan ini perlu kiranya di tegaskan bahwa dalam menlaksanakan
perbuatan itu harus ada kemauan atau kehendak dan daya untuk meleksanakan kehendak
itu dan barulah perbuatan itu dilaksanakan. Karena manusia bebas, merdeka, dan
memiliki kemampuan untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya, maka ia harus
mempertanggung jawabkan perbuatannya di hadapan Allah SWT., jika ia banyak
berbuat kebaikan, maka ia akan mendapat balasan berupa nikmat dan karunia yang
besar dan sebaliknya apabila ia lebih banyak melakukan perbuatan yang tidak
baik maka ia akan mendapatkan ganjarannya Karen perbuatan itu sendiri
diwujudkan oleh manusia itu sendiri dan merupakan suatu kewajaran apabila Tuhan
menyiksa atau memberikan pahala .
2.3.Pandangan Jabariyah
Paham jabariah
merupakan pecahan dari aliran Qadariyah dimana manusia mewujudkan perbuatannya
sendiri tanpa campur tangan Tuhan akan tetapai dalam paham aliran jabariayah maka
manusia tidak berkuasa atas perbutannya, yang menetukan perbuatan itu adalah
kehendak Allah .
Dalam paham Jabariyah bahwa perbuatan manusia dalam hubunganya dengan Tuhan
sering di gambarkan bagai bulu ayam yang di ikat dengan tali digantungkan di
udara, kemana angin itu bertiup, maka ia akan terbang ia tidak mampu menetukan
perbuatanya sendiri tapi teserah angin dan apabila perbuatan manusia itu
diumpamakan seperti ayam maka angin itu adalah Tuhan yang menetukan kearah mana
dan bagaimana perbuatan itu dilakukan. Paham jabariyah sebagaimana dikemukakan
diatas adalah paham yang di lontarkan oleh Jaham bin Shofwan, tokoh utama
Jabariyah yang ekstrim sebab dalam paham tersebut manusia tidak punya andil
sama sekali dalam menentukan perbuatannya semua ditentukan oleh Tuhan, di
samping paham ini ada paham kelompok Jabariyah yang di anggap moderat . Menurut
paham Jabariayah yang moderat perbuatan manusia tidak sepenuhnya ditentukan
oleh Tuhan, tetapi manusia punya andil juga dalam mewujudkan perbuatannya
seolah-olah ada kerja sama Tuhan dengan manusia dalam mewujudkan perbuatannya
sehingga manusia tidak semata-mata dipaksa dalam melakukan perbuatanya
Kalau dilihat dari pendapat diatas bahwa disatu sisi perbuatan manusia itu di
tentukan oleh Tuhan dan disisi lain perbuatan manusia itu tidak sepenuhnya
campur tangan Tuhan akan tetapi manusia juga punya andil untuk mewujudkan
perbuatanya, dalam hal ini Asy’ari membantah pernyataan ini lewat
argumentasinya
2.4.Ays’ariyah (ahli sunnah wal jama’ah)
Berbicara
tentang aliran Asy’ari pada dasarnya merupakan pecahan dari aliran Mu’tazilah
yang mendewakan akal, rasionalistis dan filosofis . Dimana Asy’ariyah menganut
paham ini selama 40 tahun, namun setelah itu menyatakan dirinya keluar dan
mengembangkan ajaran yang merupakan counter terhadap gagasan Mu’tazilah yang
kemudian dikenal dengan Asy’ariyah .
Pandangan Asy’ariyah mengenai perbuatan baik dan buruk, sungguh sangatlah
berbeda dengan aliran-aliran yang lain, aliran ini sangat menolak keras bahwa
perbuatan baik dan buruk yang berasal dari akal, Asy’ariyah mengemukakan
argumentasinya untuk membenarkan atas konsep kebaikan dan keburukan yang
berasal dari akal, yaitu jika akal yang menetukan kebaikan dan keburukkan, maka
tidak akan pernah perbuatan buruk itu menjadi baik.
Di dalam
menyikapi masalah ini, sangatlah jelas bahwa kemampuan akal dalam menentukan
baik dan buruknya suatu perbuatan tidak memiliki independensi sama sekali, dan
meyakini bahwa yang ada hanyalah baik dan buruk yang ditentukan agama. Dengan
demikian perbuatan dikatakan baik menurut Asy’ariyah, apabila dihukumi oleh
syariat adalah baik dan perbuatan dikatakan buruk, jika dikatakan oleh syariat
ialah buruk . Kalau manusia dalam konteks ini tidak mampu mendeteksi dan
menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan, bahkan yang menjadi syarat
keutamaan suatu perbuatan tersebut adalah kebergantungannya pada perintah dan laranganTuhan .
BAB
III
KESIMPULAN
Berangkat dari
berbagai macam persoalan yang ada dalam teologi Islam tentang perbuatan baik
dan buruk manusia dapat di ambil beberapa kesimpulan :
1. Bahwa manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan Allah SWT
yang memiliki
sifat kesempurnaan bila di bandingkan dengan makhluk lainnya dan sifat
kesempurnaan itu menghasilkan beraneka ragam manfaat diambil oleh manusia
sebagai khalifah di bumi, diantara sifat kesempurnaan yang di miliki oleh
manusia ialah akal yang dapat digunakan untuk membuktikan kebenaran dari apa
yang telah di turunkan oleh Allah SWT. Namun perlu di ingat bahwa peran akal
sangatlah terbatas bila di bandingkan dengan wahyu karena itu sangatlah tidak
rasional apabila manusia apabila manusia mendewakan akalnya bila dibandingakan
dengan wahyu sebab dalam ajaran Islam dengan tegas dikatakan bahwa manusia itu
diberikan ilmu pengetahuan melainkan sedikit.
2. Dalam masalah perbuatan baik dan buruk manusia
merupakan
kajian yang sangat sentral dalam dunia sejarah teologi Islam dimana semua
aliran atau firqah memunculkan berbagai macam pendapat yang berbeda-beda yang
dapat diambil sebagai landasan berfikir untuk memperkuat argumentasinya dalam
upaya untuk memperkuat aliran-aliran mereka, namun dalam tulisan makalah ini
hanya membahas sebagian aliran-aliran dari sekian banyak aliran yang berkembang
dalam teologi Islam yang dapat diambil sebagai bahan perbandingan untuk
mengkajinya lebih lanjut.
3. Di antara aliran-aliran teologi Islam yang membahas tentang perbuatan baik
dan buruk manusia ialah aliran Mu’tazilah, dimana aliran ini terkenal dengan
pendapat rasionalnya, mereka mengatakan bahwa masalah perbuatan baik dan buruk
manusia yang terkenal dengan perinsip keadilan sedangkan ajaran tentang
keadilan ini terkait erat dengan dengan perbuatan manusia, jadi manusia menurut
Mu’tazilah melakukan dan menciptakan perbuatannya sendiri tanpa campur
tangan Tuhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmuni Muhammad,1993, Ilmu Tauhid, Grapindo Persada: Jakarta
Abdul Karim Syahrastani bin Muhammad, 2004, Sekte-Sekte Islam, Pustaka: Bandung
Afrizal.M, 2006, Tujuh Perdebatan Utama Dalam Teologi Islam, Erlangga: Jakarta
Abdul Rozak, Rosihon Anwar, 2007, Ilmu Kalam, Pustaka Setia: Bandung
Abdullah Sufyan Raji, 2007, Mengenal Alikran-Aliran Dalam Islam Dan Cirri-Ciri
Ajarannya,Pustaka Riyadl: Bandung
Hanafi, 2003, Pengantar Teologi Islam, Pustaka Al Husna Baru: Jakarta
Ibn Taimiyyah Syaikh, 2008, Misteri Kebaikan Dan Keburukan, Pustaka Hidayah:
Bandung
Ismail Abul Hasan al-Asy’ari, 1999, Prinsip-prinsip dasar Aliran-Aliran
Theology Islam, Pustaka Setia: Bandug
Jaih Mubarok,Hakim, 2007, Metodologi Setudy Islam, Remaja Rosda Karya: Bandung
Karman, Supiyana, 2004, Materi Pendidikan Agama Islam, Remaja Rosda Karya:
Bandung
Muhammad Afif, 2004, Dari Teologi Ke Ideology Telaah Atas Metode Dan Pemikiran
Teologi Sayyid Quthb, Penamerah: Bandung
Nasution Harun, 2008, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,UI:Jakarta,
1995, Gagasan Dan Pemikiran Harun Nasution, Mizan: Jakarta
Nasir.M, 1998, Kebudayaan Islam Dalam Persepektif Sejarah, Giri Mukti Pasaka:
Jakarta
Saleh abu bakar,2008 Responses To “Baik dan Buruk Dalam Perbuatan Tuhan, Februari:Bandung
Syam Firdaus, 2007, Pemikiran Politik Barat, Sejarah, Filsafat,Ideology, dan
Pengaruhnya Terhadap Dunia ke-3, Bumi Aksara: Jakarta
0 komentar:
Post a Comment