Khairunnisa nasution
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era Modern merupakan suatu
dimensi waktu yang menunjukan segala sudut kehidupan menuju arah yang lebih
instan, cepat, mudah dan praktis. Maksudnya adalah, manusia selalu mencoba
melakukan transformasi di segala bentuk usaha kehidupannya baik di bidang
teknologi, informasi, pengetahuan, politik, sosio-ekonomi dan lain-lain.Manusia
selalu melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan, memperoleh maupun memenuhi
kebutuhannya dengan cara yang mudah dan cepat.
Proses kemajuan di bidang
kehidupan seperti ini menuntut manusia baik masyarakat lapisan atas, menengah
maupun yang paling bawah harus ikut menyesuaikan diri dengan konstruksi sosial
yang terus mengalami perubahan dari hari ke hari.
Misalnya, penulis sendiri
berasal dari kota kecil yang kemudian mencoba menuntut ilmu di kota besar
(metropolis).Secara tidak langsung harus menyesuaikan diri dengan gaya belajar
sistem perkotaan yang menggunakan teknologi dibanding dengan sistem belajar di
tempat sebelumnya yang teknologinya masih minim.
Namun, terlepas dari itu
semua manusia era modern kerap kali melupakan esensi dari kemajuan itu sendiri.
Pada awalnya kemajuan dibuat untuk memperoleh kemudahan, cepat dan instan. Akan
tetapi semakin ke sini modernitas telah menciptakan dinding-dinding penghalang
antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Contoh, dahulu manusia membuat
rumah makan hanya untuk memenuhi kebutuhan perut, seandainya tidak masak di
rumah maka cukup membeli di warung. Tetapi dewasa ini, dapat dijumpai rumah
makan dengan berbagai fasilitas dan karakteristik. Apabila di depan rumah makan
tersebut diparkir mobil mewah, dapat disimpulkan bahwasannya rumah makan
tersebut khusus untuk kalangan atas (pejabat, artis, dan lain-lain). Sedangkan
rumah makan kecil yang biasa terlihat di pinggiran trotoar, itulah rumah makan
untuk masyarakat kecil.
Dari kenyataan tersebut
dapat dilihat, fungsi adanya rumah makan yang awalnya hanya untuk mengatasi
“tidak sempat masak di rumah” menjadi gaya hidup, tempat hiburan, dan
gaya-gayaan yang melahirkan sifat hedonis, individualistik dan tindakan
pengkastaan dalam kehidupan sosial. Inilah realitas yang tidak dapat ditolak
oleh manusia modern. Berkurangnya intensitas ruh/spirit dalam hidup menyebabkan
manusia kebingungan, bimbang dan gelisah.
Tidak tahu lagi mana yang benar dan salah, apa yang mesti diprioritaskan
dan apa yang mesti dikesampingkan. Bagi beberapa individu, agama menjadi tempat
kembali yang sehat bagi ruh setelah ia tergerus oleh kehidupan duniawi yang
menyilaukan. Praktik-praktik ruhani yang ditawarkan agama bisa direguk oleh
manusia bagaimanapun kondisinya. Salah satu praktiknya ialah kehidupan
bertasawuf, yakni sebuah jalan yang membuka tabir yang menghalangi manusia dari
hakikat hidupnya.
B. Rumusan masalah
1.
apa yang dimaksud dengan tasawuf dan landasannya
2.
Bagaimana yang dimaksud pada fase modern
C. Pembahasan
1. Pengertian Tasawuf
Tasawuf
adalah suatu sistem latihan dengan kesungguhan (riyadlah-mujahadah) untuk
membersihkan, mempertinggi, dan memperdalam kerohanian dalam rangka mendekatkan
taqarrub kepada Allah sehingga dengan itu maka segala konsentrasi sesorang itu
hanya tertuju kepadanNya. Oleh karena itu semua tindakan yang mulia adalah
tasawuf.
Dengan pengertian itu, aka
dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah bagian ajaran Islam, karena ia membina
akhlak manusia (sebagaimana Islam diturunkan dalam rangka mem bina akhlak
manusia) diatas bumi ini, agar tercapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup
lahir dan batin, dunia dan akhirt. Oleh karena itu siapapun boleh menyandang predikat
tasawuf sepanjang berbudi pekerti yang tinggi, sanggup menahan lapar dan
dahaga, bila memperoleh rezeki tidak lekat dalam hatinya, dan begitu
seterusnya, yang pada pokonya sifat-sifat mulia, dan terhindar dari sifat
tercela. Hal inilah yang dikehendaki tasawuf yang sebenarnya. Kemudian Ada
beberapa sumber perihal etimologi dari kata "Sufi". Pandangan yang
umum adalah kata itu berasal dari Suf (صوف), bahasa Arab untuk wol, mengenakan
jubah yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun tidak semua Sufi jubah atau
pakaian dari wol. Teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata dari
Sufi adalah Safa (صفا), yang berarti kemurnian. Hal ini menaruh perhatian pada
Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf
berasal dari kata Yunani theosofie yaitu ilmu ketuhanan.
Yang lain menyarankan
bahwa etimologi dari sufi berasal dari "Ashab al-Suffa"
("Sahabat Beranda") atau "Ahl al-Suffa" ("Orang orang
beranda"), yang mana adalah sekelompok muslim pada waktu Nabi Muhammad
yang menghabiskan waktu mereka di beranda masjid Nabi, memperbaiki waktunya
untuk berdoa.
Namun dalam perjalananya,
tasawuf diperdebatkan asal usul kehadiranya. Sebagian menyebut tasawuf berasal
dari agama islam, sebagian lagi menyatakan bahwa tyasawuf bukan berasal dari
islam tetapi dari sinkretisme berbagai ajaran agama samawi atau ardi. Beberpa
pendapat yang menyatakan tasawuf berasal dari Islam di antaranya:
Asal-usul ajaran sufi
didasari pada sunnah Nabi Muhammad. Keharusan untuk bersungguh-sungguh terhadap
Allah merupakan aturan di antara para muslim awal, yang bagi mereka adalah
sebuah keadaan yang tak bernama, kemudian menjadi disiplin ketika masyarakat
mulai menyimpang dan berubah dari keadaan ini. (Nuh Ha Mim Keller, 1995)
Seorang penulis dari
mazhab Maliki, Abd al-Wahhab al-Sha'rani mendefinisikan Sufisme sebagai
berikut: "Jalan para sufi dibangun dari Qur'an dan Sunnah, dan didasarkan
pada cara hidup berdasarkan moral para nabi dan yang tersucikan. Tidak bisa
disalahkan, kecuali pernyataan tertulis dari eksplisit dari Qur'an, sunnah,
atau ijma. " [11. Sha'rani, al-Tabaqat al-Kubra (Kairo, 1374), I, 4.]
Secara etimologis
pengertian tasawuf berasal dari bahasa arab
1.Shaf (baris), orang sufi
selalu berada pada saf pertama dalam sholat sehingga mendapat kemuliaan dan
pahala.
2.Suffah (pelana), orang
yang miskin karena dilarang membawa barang saat mengikuti raasulullah hijrah
dari mekah ke madinah. Lalu tidur dengan alas pelana kuda.
3.Sufi (suci),orang sufi
yang mensucikan diri dari urusan duniawi melalui latian yang lama dan akhirnya
mencapai kesucian.
4.Sophos (Yunani:
hikmah),orang sufi hanya mengatakan sesuatu yang membawa hikmah.
5.Suf (kain wol), orang
yang mengasingkan diri ke goa-goa dan mengenakan kain wol alu mengisi
hari-harinya dengan berpuasa, menangis meminta ampunan dan membaca al-qur’an.
Pembinaan sikap mental
rohaniah yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela
berkorban untuk kebaikan serta bersikap bijaksana agar selalu dekat dengan
tuhan. Secara terminologis tasawuf berarti Upaya mensucikan diri dengan cara
menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah
Swt.
Ada yang menisbahkan
tasawuf dengan kata yang berasal dari bahasa Yunani, yakni “saufi” dan
disamakan dengan makna dari kata “hikmah” yang berarti kebijaksanaan. Kemudian
Jurzi Zaidan dalam kitabnya “Adab Lughah Al-Arabiyah” juga menyebutkan bahwa
filosofis Yunani dahulu juga telah memasukkan pemikiran atau kata-katanya yang
dituliskan slaam buku-buku Filsafat yang mengandung kebijaksanaan. Pendapat ini
didasarkan pada argumentasi yang mengatakan bahwa istilah sufi atau tasawuf
tidak ditemukan sebelum ada penerjemahan kitab-kitab yang berbahasa Yunani
kedalam bahasa Arab terjadi proses asimilasi. Misal orang arab
mentransliterasikan huruf “sin” menjadi “shad”, seperti dalam kata tasawuf.
Istilah
Tasawuf Dalam Al-Qur’an Dan Menurut Ulama
Istilah
tasawuf secara eksplisit kebahasaan tidak pernah disebut dalam al-Qur’an.
Sebagian besar ulama tasawuf sepakat bahwa masalah tasawuf tersebut secara
implisit (tersirat) dan termuat dalam istilah “zuhud”. Sementara itu istilah
zuhud yang berarti orang yang tidak merasa tertarik terhadap sesuatu, hanya
terdapat satu kali ditulis dalam al-Qur’an yaitu dalam surat Yusuf ayat 20:
وَشَرَوْهُ
بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ وَكَانُواْ فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ
Artinya:
Dan mereka menjual yusuf dengan harta yang murah, yaitu beberapa dirham saja,
dan mereka (anggota kafilah dagang) itu tidak merasa tertarik hati mereka
terhadapnya (Yusuf).
Pengertian
tasawuf berdasarkan istilah menurut Ali Al-Qassab tasawuf adalah akhlak yang
mulia yang timbul pada masa mulia dari seseorang yang mulia ditengah kaum-kaum
yang mulia.
Dan
makna tasawuf berdasarkan yang telah disimpulkan Al-Junaedi tasawuf adalah
membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk,
berjuang meninggalkan pengaruh budi yang asal (insting) kita, memadamkan
sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauh dari segala seruan hawa
nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, dan bergantung pada ilmu-ilmu
hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal, menaburkan nasehat
kepada semua umat manusia, memegang teguh janji dengan Allah dalam hal akikat
dan mengikuti contoh Rasulullah dalam hal Syari’at
2. tasawuf pada fase
modern
Dari
sejarahnya, Sufisme masuk pada tahap yang lebih dalam, dan lebih dari syari’ah.
Dia merupakan perjalanan lebih lanjut dari syari’ah, bukan semata lahiriyah
saja, tapi juga batiniyah. Ciri khas pada sufisme adalah pada yang batiniyah
itu. Artinya yang disentuh di dalam tasawuf adalah aspek-aspek hubungan batin
manusia dengan Tuhan, ketimbang ritualnya. Tapi, ini bukan berarti Tasawuf
meninggalkan sisi ritual. Kita sering menyebutnya dengan istilah tasawuf
positif.
Tasawuf
Positif atau tasawuf modern merupakan tasawuf yang bersikap positif terhadap
kehidupan duniawi, yang dibuktikan dengan melibatkan diri dalam kegiatan
duniawi, seperti ; bisnis, pemerintahan,
politik, pendidikan, dan lain-lain. Dengan kata lain, tasawuf positif ini
menghendaki manusia taat beribadah kepada Allah tetapi aktif pula dalam
berbagai kegiatan duniawi.
Kemudian
tasawuf positif tidak mengabaikan syari’ah. Tasawuf dan syariah tidak saling
menolak, tetapi memperkuat satu sama lain, sehingga tidak ada tasawuf tanpa
syari’ah dan tidak ada syari’ah tanpa tasawuf. Dalam tasawuf positif akhlak
merupakan sasaran menjalani kehidupan sufisfik, yakni orang yang mempraktikkan
kehidupan sufisfik selalu mengontrol nafsunya, sehingga menjadi orang yang
sabar, bebas dari dengki, iri, dendam, kemarahan yang tidak pada tempatnya,
nafsu serakah, dan lain-lain.
Akhirnya,
tasawuf positif mementingkan amal saleh sebagai bagian dari akhlak sosial dan
bukan hanya akhlak individual. Ini berbeda dengan tasawuf selama ini yang
kadang-kadang dianggap sebagai anti sosial, karena mengajarkan
Tasawuf di era modern ini, ditempatkan sebagai cara
pandang yang rasional sesuai dengan nalar normatif dan nalar
humanis-sosiologis. Kepekaan sosial, lingkungan (alam) dan berbagai bidang
kehidupan lainnya adalah bagian yang menjadi ukuran bahwa tasawuf di era modern
itu tidak sekedar pemenuhan spiritual, akan tetapi lebih dari itu yaitu mampu
membuahkan hasil bagi yang ada di bumi ini.
Menurut
Bagir tasawuf itu bukan barang mati. Sebab tasawuf itu merupakan produk sejarah
yang seharusnya dikondisikan sesuai dengan tuntutan dan perubahan zaman. Penghayatan tasawuf
bukan untuk diri sendiri, seperti yang kita temui di masa silam. Tasawuf di era
modern adalah alternatif yang mempertemukan jurang kesenjangan antara dimensi
ilahiyah dengan dimensi duniawi. Banyak orang yang secara normatif (kesalehan
individu) telah menjalankan dengan sempurna, tetapi secara empiris (kesalehan
sosial) kadang-kadang belum tanpak ada. Dengan demikian lahirnya tasawuf di era
modern diharapkan menjadi tatanan kehidupan yang lebih baik.
Rasulullah
dalam kehidupan beliau telah menggambarkan sebagai orang sufi yang sangat
sederhana, beliau menjauhkan dirinya
dari kehidupan mewah, yang merupakan amalan zuhud dalam ajaran Tasawuf. Beliau
sering melakukan khalwat di Jabal Nur untuk mendapatkan petunjuk dari
tuhan-Nya. Berulangkali Nabi menempuh kehidupan yang seperti itu, dengan bekal
yang sangat terbatas; berupa roti kering, buah-buahan dan air putih, yang
menggambarkan kesederhanaan seorang sufi.
Di
Jabal Nur, Nabi mengasingkan dirinya (‘uzlah) dan hidup sendirian (infirad)
dari masyarakat Quraisy yang semakin hari semakin rusak akhlaknya. Ditempat
itu, beliau ingin bertemu dengan tuhan-Nya (liqa) dan memohon petunjuk-Nya
serta mencari kehidupan yang berbeda dengan kehidupan Quraisy yang setiap saat
melakukan dosa. Akhirnya datanglah malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu
Allah yang mengandung petunjuk dan ajaran, yang selanjutnya disampaikan kepada
umat manusia, agar terhindar dari jalan yang sesat menuju jalan yang diridhai
Allah SWT.
PENUTUP
Berdasarkan pernyataan
pernyataan di atas, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :
kesimpulan : Jadi dapat disimpulkan pengertian tasawuf adalah ilmu yang mempelajari
usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian
dengan ma’rifat menuju keabdian, saling mengingatkan antar manusia, serta
berbegang teguh pada janji Allah dan mengikuti Syar’i.
Tasawuf di era modern ini, ditempatkan sebagai cara pandang
yang rasional sesuai dengan nalar normatif dan nalar humanis-sosiologis. Kepekaan
sosial, lingkungan (alam) dan berbagai bidang kehidupan lainnya adalah bagian yang
menjadi ukuran bahwa tasawuf di era modern itu tidak sekedar pemenuhan spiritual,
akan tetapi lebih dari itu yaitu mampu membuahkan hasil bagi yang ada di bumi ini.
والاخير
السلام عليكم ورحمه الله وبركاته
0 komentar:
Post a Comment