Tuesday, November 10, 2020

Konsep Baik dan Buruk Menurut Aliran Tasauf

 Farhan Ramadan

BAB II

PEMBAHASAN


Konsep Baik dan Buruk Menurut Aliran Tasauf. 

A.    Baik

Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan, dan disukai manusia.

·          Ali bin Abi Thalib (w. 40 H):

Yang baik adalah menjauhi larangan, mencari yang halal, dan memberikan keleluasaan kepada keluarga.

·         Ibn Maskawiah (941-1030 M):

Kebaikan dihasilkan oleh manusia melalui kemauannya yang tinggi. Kejahatan adalah sesuatu yang diperlambat dalam mencapai kebaikan.

·         Muhammad Abduh (1849-1905):

  kebaikan adalah manfaat yang lebih langgeng meskipun   menyakitkan dalam melakukannya


      

B. Buruk

   buruk adalah sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang rendah, hina, menyusahkan, dan dibenci manusia.

Segala sesuatu yang melanggar hukum,merugikan orang lain itu di sebut dengan buruk
   

   C. Nuruddi Ar-Raniri

 

Ukuran baik dan buruk antara lain :

1.      Nurani

Jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kekuatan tersebut dapat mendorongnya berbuat baik dan mencegahnya berbuat buruk. Jiwanya akan merasa bahagia jika telah berbuat baik dan merasa tersiksa jika telah berbuat buruk. Kekuatan ini disebut nurani. Masing – masing individu memiliki kekuatan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan kekuatan ini dapat menyebabkan perbedaan persepsi tentang sesuatu yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.

 

2.      Rasio

Rasio merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia, yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan rasio yang dimiliki, manusia dapat menimbang mana perkara yang baik dan yang buruk. Dengan akalnya manusia dapat menilai bahwa perbuatan yang berakibat baik layak disebut baik dan dilestarikan, dan begitu sebaliknya. Penilaian rasio manusia akan terus berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan pengalaman – pengalaman yang mereka miliki.

 

Adat

Adat istiadat yang berlaku dalam kelompok ataupun masyarakat tertentu menjadi salah satu ukuran baik dan buruk anggotanya dalam berperilaku. Melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan masyarakat sekitarnya ataupun kelompoknya akan menjadi problem dalam berinteraksi. Masing – masing kelompok atau masyarakat tertentu memiliki batasan – batasan tersendiri tentang hal – hal yang harus diikuti dan yang harus dihindari. Sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat satu belum tentu demikian menurut masyarakat yang lain. Mereka akan mendidik dan mengajarkan anak-anak mereka untuk melakukan kebiasaan–kebiasaan yang mereka anggap baik dan melarang melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan mereka.

 

4.      Pandangan Individu

Kelompok atau masyarakat tertentu memiliki anggota kelompok atau masyarakat yang secara individual memiliki pandangan atau pemikiran yang berbeda dengan kebanyakan orang di kelompoknya. Masing–masing individu memiliki kemerdekaan untuk memiliki pandangan dan pemikiran tersendiri meski harus berbeda dengan kelompok atau masyarakatnya. Masing–masing individu memiliki hak untuk menentukan mana yang dianggapnya baik untuk dilakukan dan mana yang dianggapnya buruk. Tidak mustahil apa yang semula dianggap buruk oleh masyarakat, akhirnya dianggap baik, karena terdapat seseorang yang berhasil meyakinkan kelompoknya bahwa apa yang dianggapnya buruk adalah baik.

 

5.      Norma Agama

Seluruh agama di dunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan buruk menurut norma agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan dengan ukuran baik dan buruk dimata nurani, rasio, adat istiadat, dan pandangan individu. Keempat ukuran tersebut bersifat relatif dan dapat berubah sesuai dengan ruang dan waktu. Ukuran baik dan buruk yang berlandaskan norma agama kebenarannya lebih dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, karena norma agama merupakan ajaran Tuhan Yang Maha Suci. Disamping itu, ajaran Tuhan lebih bersifat universal, lebih terhindar dari subyektifitas individu maupun kelompok.

BAB III

PENUTUP


        Baik dan buruk adalah kualitas yang akan selamanya melekat pada suatu objek, terlepas dari apakah objek itu hidup atau mati. Setiap kali ada makna yang baik maka iringan yang buruk juga akan terjadi. Dalam mendefinisikan baik dan buruk, setiap orang pasti berbeda. Sebab, sumber penentu baik dan buruk, yaitu Tuhan dan Manusia; wahyu dan kecerdasan; agama dan filsafat.




0 komentar:

Post a Comment