Farhan Ramadan
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Baik dan Buruk Menurut Aliran Tasauf.
A. Baik
Baik adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan,
dan disukai manusia.
·
Ali bin Abi Thalib (w. 40 H):
Yang baik
adalah menjauhi larangan, mencari yang halal, dan memberikan keleluasaan kepada
keluarga.
·
Ibn Maskawiah (941-1030 M):
Kebaikan
dihasilkan oleh manusia melalui kemauannya yang tinggi. Kejahatan adalah
sesuatu yang diperlambat dalam mencapai kebaikan.
·
Muhammad Abduh (1849-1905):
kebaikan adalah manfaat yang lebih langgeng
meskipun menyakitkan dalam melakukannya
B. Buruk
buruk adalah sesuatu yang berhubungan dengan
sesuatu yang rendah, hina, menyusahkan, dan dibenci manusia.
Segala
sesuatu yang melanggar hukum,merugikan orang lain itu di sebut dengan buruk
C. Nuruddi Ar-Raniri
Ukuran
baik dan buruk antara lain :
1. Nurani
Jiwa
manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk. Kekuatan tersebut dapat mendorongnya berbuat baik dan mencegahnya
berbuat buruk. Jiwanya akan merasa bahagia jika telah berbuat baik dan merasa
tersiksa jika telah berbuat buruk. Kekuatan ini disebut nurani. Masing – masing
individu memiliki kekuatan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan kekuatan ini
dapat menyebabkan perbedaan persepsi tentang sesuatu yang dianggap baik dan
yang dianggap buruk.
2. Rasio
Rasio
merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia, yang membedakannya
dengan makhluk lain. Dengan rasio yang dimiliki, manusia dapat menimbang mana
perkara yang baik dan yang buruk. Dengan akalnya manusia dapat menilai bahwa
perbuatan yang berakibat baik layak disebut baik dan dilestarikan, dan begitu
sebaliknya. Penilaian rasio manusia akan terus berkembang dan mengalami
perubahan sesuai dengan pengalaman – pengalaman yang mereka miliki.
Adat
Adat
istiadat yang berlaku dalam kelompok ataupun masyarakat tertentu menjadi salah
satu ukuran baik dan buruk anggotanya dalam berperilaku. Melakukan sesuatu yang
tidak menjadi kebiasaan masyarakat sekitarnya ataupun kelompoknya akan menjadi
problem dalam berinteraksi. Masing – masing kelompok atau masyarakat tertentu
memiliki batasan – batasan tersendiri tentang hal – hal yang harus diikuti dan
yang harus dihindari. Sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat satu belum
tentu demikian menurut masyarakat yang lain. Mereka akan mendidik dan
mengajarkan anak-anak mereka untuk melakukan kebiasaan–kebiasaan yang mereka
anggap baik dan melarang melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan mereka.
4. Pandangan Individu
Kelompok
atau masyarakat tertentu memiliki anggota kelompok atau masyarakat yang secara
individual memiliki pandangan atau pemikiran yang berbeda dengan kebanyakan
orang di kelompoknya. Masing–masing individu memiliki kemerdekaan untuk
memiliki pandangan dan pemikiran tersendiri meski harus berbeda dengan kelompok
atau masyarakatnya. Masing–masing individu memiliki hak untuk menentukan mana
yang dianggapnya baik untuk dilakukan dan mana yang dianggapnya buruk. Tidak
mustahil apa yang semula dianggap buruk oleh masyarakat, akhirnya dianggap
baik, karena terdapat seseorang yang berhasil meyakinkan kelompoknya bahwa apa
yang dianggapnya buruk adalah baik.
5. Norma Agama
Seluruh
agama di dunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan buruk menurut norma
agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan dengan ukuran baik dan buruk
dimata nurani, rasio, adat istiadat, dan pandangan individu. Keempat ukuran
tersebut bersifat relatif dan dapat berubah sesuai dengan ruang dan waktu.
Ukuran baik dan buruk yang berlandaskan norma agama kebenarannya lebih dapat
dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, karena norma agama merupakan ajaran
Tuhan Yang Maha Suci. Disamping itu, ajaran Tuhan lebih bersifat universal,
lebih terhindar dari subyektifitas individu maupun kelompok.
BAB III
PENUTUP
Baik dan buruk adalah
kualitas yang akan selamanya melekat pada suatu objek, terlepas dari apakah
objek itu hidup atau mati. Setiap kali ada makna yang baik maka iringan yang
buruk juga akan terjadi. Dalam mendefinisikan baik dan buruk, setiap orang
pasti berbeda. Sebab, sumber penentu baik dan buruk, yaitu Tuhan dan Manusia;
wahyu dan kecerdasan; agama dan filsafat.
0 komentar:
Post a Comment