HAYATUR RIDHA
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi dan Sejarah Tarekat
Secara bahasa tarekat
berasal dari bahasa arab thariqat yang berarti jalan. keadaan, aliran, dan
lainnya. Sedangkan menurut istilah tarekat berarti jalan spritual (yang digunakan
oleh para sufi) yang berisikan amalan-amalan ibadah dan lainnya tentang
nama-nama Allah beserta sifatnya dengan pemahaman yang mendalam.1
Pada perkembangannya
tarekat lebih banyak digunakan oleh para sufi. Dalam hal ini, tarekat diartikan
sebagai suatu sistem yang digunakan untuk melatih jiwa, membersihkan diri dar
hal-hal yang tercela dan mengisinya dengan hal-hal yang terpuji, dengan cara
senantiasa ingat kepada Allah dengan penuh pengharapan.2
Perkataan tarekat lebih
dikenal dari pada tasawuf, khususnya bagi orang-orang awam. Tarekat disini
tidak membicarakan tentang filsafat tentang tasawuf, akan tetapi berupa
pengamalan (amalan-amalan) atau prakasar dari tasawuf itu sendiri.
1Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 1995), 270
2Ibid 271
Tarekat mulai bermunculan (dalam
masyarakat Islam) pada abad ke-11 M, khususnya setelah kehancuran Baghdad oleh
Mongol. Hal ini ditandai dengan munculnya tarekat yang pertama kali yaitu
Tarekat Qadariyah dengan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani sebagai pendirinya.3
Tidak semua negara Islam dapat menerima
tarekat masuk kedalam negaranya, walaupun mayoritas penduduknya adalam muslim, seperti contoh Turki dan Arab Saudi.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kedua negara ini merupakan negara
yang menjadi pusat peradaban islam di masanya, akan tetapi mereka melarang
tarekat kesufian dengan dengan alasan masing-masing. Hal ini malah bertolak
belakang dengan Indonesia, yang dapat dikatakan bahwa Indonesia
3Moenir Nahrowi Tohir, Menjelajahi Eksistensi Tasawuf, Meneliti Jalan Menuju Tuhan, (Jakarta:As-Salam Sejahtera, 2012), 105
B.
Aliran-Aliran Tarekat
1.
Tarekat Qadiriyah
Tarekat Qadiriyah
merupakan tarekat tertua yang didirikan oleh seorang Waliyullah yaitu Syaikh
Abdul Qadir Al-Jailani. Beliau memerintahkan kepada muridnya agar senantiasa
berdzikir setiap siang dan malam hari, serta setiap setelah shalat lima waktu.4
Pelajaran pada Tarekat
Qadiriyah sama seperti pelajaran Agama Islam pada umumya, hanya saja mereka
lebih mementingkan kasih sayang terhadap seluruh makhluk, rendah hati, dan
menghindari fanatisme. Paham Qadiriyah sebagian besar merupakan paham
mutazilah, yang mana pada paham ini manausia mempunyai kebebasan untuk
berkehendak sesuai kenginan hati mereka. Sehingga hal ini juga berdampak pada
aliran tarekat qadiriyah itu sendiri, yang mana mereka terlalu menyamakan
manusia dengan tuhan.5
Tarekat ini dianut oleh beberapa negara besar diantaranya adalah Irak, Mesir, Sudan, Tunisia, Libya, Aljazair, Afrika, dan Indonesia. Tarekat ini berpusat di Iraq kemudian banyak tersebar di dunia timur, Tiongkok dan berkembang pesat di Indonesia pada abad ke-19.6
4Ibid 106
5Ibid 112
6Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 80
2.
Tarekat Rifaiyah
Tarekat Rifaiyah didirikan
oleh Sayid Ahmad al-Rifai. Dengan prinsip utamanya adalah mengajak untuk
beriman dan mengikuti sunnah rasul, menjaga rukun Islam, berpegang kepada yang
hak dan meninggalkan yang batil. Sayid Ahmad Al-Rifai diceritakan bahwasanya
beliau merupakan seorang yang selalu asyik berdzikir hingga membuat tubuhnya
terangkat keatas, namun Sayid Ahmad Al-Rifai tidak menyadarinya.7
Tarekat Rifaiah cenderung
memiliki sifat yang fanatik serta para pengikutnya dapat melakukan hal-hal yang
berhubungan diluar nalar seperti makan pecahan beling dan
berjalan diatas bara api yang menyala. Selain itu salah satu identitas dari
keberadaan tarekat ini adalah ditandai dengan penggunaan rebana dalam wiridnya
yang diikuti dengan tarian dan diiringi permainan debus, yaitu menikam diri
dengan sepotong senjata tajam yang diiringi dengan zikir-zikir tertentu dalam
hal-ihwal tarekatnya.8
7Jaiz, Mendudukkan Tasawuf, ..., 124
8Ibid.125
3.
Tarekat Tijaniyah
Tarekat ini didirikan oleh
Sayid Al-Syaikh Abul Abbas Ahmad bin Muhammad Al-Tijani. Pada tahun 1196,
syaikh al-tijani pergi ke suatu tempat di paang Sahara, yang mana di tempat itu
tinggal seorang waliyullah, Abu Samghun. Di sana beliau mendapat suatu anugerah
yang sangat besar yaitu bisa bersuara dengan Rasulullah dalam keadaan jaga.
4.
Tarekat Haddadiyah
Tarekat ini didirikan oleh
Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad. Beliau merupakan pencipta
Rattibul Haddad, dzikir yang menjadi ikon dari tarekat ini. Biasanya dzikir ini
dibaca sehabis maghrib ataupun sehabis isyak.9 Peran al-haddad dalam
mempopulerkan tarekat Alawiyah menjadi cikal bakal lahirnya tarekat Haddadiyah.
Dalam tarekat alawiyah, al-haddad membagi suluk kedalam dua bagian. Pertama,
kelompok khas, yaitu diperuntukkan bagi mereka yang telah mencapai tingkat
mujahadah, yaitu mengosongkan piiran dari sesuatu selain Allah. Kedua, kelompok
Am, yaitu mereka masih dalam tingkatan dasar dengan mengamalkan
perintah-perintah sunnah.10
9Misbahul Munir, dkk., Al-Tabarruk fi Al-Suluk ila Rabbi Al-Muluk, (Surabaya: UINSA Press,
2017), 51
10A. Aziz Masyhuri, 22 aliran tarekat dalam tasawuf, (Surabaya: imtiyaz, 2014), 119
5.Tarekat
Naqsabandiyah
Tarekat ini didirikan oleh
Muhammad bin Bhauddin Al-Uwaisi Al-Bukhari di Turkistan. Kata naqsabandiyah
diambil dari bahasa arab asal katanaqsaband yang berarti lukisan. Dinamakan
demikian karena beliau ahli dalam memberikan lukisan tentang kehidupan ghaib.
Tarekat Naqsabandiyah
merupakan tarekat terbesar di Dunia dan tarekat yang masih terawat dengan baik
sampai sekarang ini. Tarekat ini tersebar luas diseluruh dataran di Dunia, dan
sebagian besar pengikutnya berasal dari wilayah Turki, Hindia Belanda dan bekas
jajahan Inggris di Melayu.Ajaran yang paling sering digunakan ialah berdzikir,
terutama saat pengucapan lafadz Laa ilaaha illa Allaah dengan pengaturan nafas.
6.Tarekat
Khalwatiyah
Tarekat
ini didirikan oleh syaikh Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Karimuddin
al-Khalwati. Tarekat khalwatiyah ini diambil dari kata khalwat yang berarti
menyendiri untuk merenung. Nama ini diambil karena pendiri dari tarekat ini
sering melakukan khalwat di tempat-tempat yang sepi.
Adapun
dasar ajaran Tarekat khalwatiyah adalah : Pertama, Yaqza maksudnya kesadaran
akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah SWT. Yang maha Agung.
Kedua, Taubah Mohon ampun atas segala dosa. Ketiga, Muhasabah, menghitung-hitung
atao introspeksi diri. Keempat, Inabah, berhasrat kembali kepada Allah. Kelima,
Tafakkur Merenung tentang kebesaran Allah.
Keenam,
Itisam selalu bertindak sebagai Khalifah Allah di bumi. Ketujuh, Firar Lari
dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna. Kedelapan, Riyadah
melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya. Kesembilan, Tasyakur, selalu
bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memujinya. Kesepuluh, Sima
mengkonsentrasikan seluruh anggota tubuh dan mengikuti perintah-perintah Allah
terutama pendengaran.
7.Tarekat
Qadariyah Naqsabandiyah
Tarekat ini adalah
merupakan tarekat gabungan dari tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah
(TQN). Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yang terdapat di Indonesia bukanlah
hanya merupakan suatu penggabungan
dari dua tarekat yang berbeda yang diamalkan bersama-sama. Tarekat ini lebih
merupakan sebuah tarekat yang baru dan berdiri yang di dalamnya unsur-unsur.
Tarekat ini didirikan oleh
Orang Indonesia Asli yaitu Ahmad Khatib Ibn al-Ghaffar Sambas, yang bermukim
dan mengajar di Makkah pada pertengahan abad kesembilan belas.Bila dilihat dari
perkembangannya Tarekat ini bisa juga disebut Tarekat Sambasiyah Tapi Nampaknya
Syaikh al-Khatib tidak menamakan tarekatnya dengan namanya sendiri. berbeda
dengan guru-gurunya yang lain yang memberikan nama tarekatnya sesuai dengan
nama pengembangnya.11
11Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan,1996), 89
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
yang telah disebutkan, maka simpulan yang dapat diambil adalah:
Tarekat merupakan sebuah jalan spritual
(yang digunakan oleh para sufi) yang berisikan amalan-amalan ibadah dan lainnya
tentang nama-nama Allah beserta sifatnya dengan pemahaman yang mendalam. Yang
mana tarekat ini muncul pertama kali dan dicetuskan oleh Syaikh Abdul Qadir
Jailani dengan tarekat naqsabandiyahnya. Akan tetapi, tidak semua negara muslim
dapat menerima aliran tarekat ini karena perbedaan latar belakang yang
melatarbelakangi setiap orang.
Aliran tarekat yang lahir
dari kalangan para ulama sufi sangatlah banyak, diantaranya adalah tarekat
qadiriyah, tarekat haddadiyah, tarekat naqsabandiyah, tarekat qadariyah
naqsabandiiyah, tarekat tijaniyah, tarekat khalwatiyah, tarekat rifaiyah, dan
lainnya.
B.
Saran
Berdasarkan pembahasan
yang telah disebutkan, maka yang dapat penulis ambil adalah :
Bagi pembaca agar dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang aliran tarekat. Agar lebih
luasnya pengetahuan pembaca, maka diharapkan untuk membaca lebih lanjut tentang
hal-hal yang berkaitan dengan hal ini.
Saran buat pemakalah
berikutnya mungkin agar lebih detail dan referensi yang lebih banyak. Sehingga
dapat menemukan suatu penjelasan yang lebih memuaskan.
Penulis sebagai manusia
biasa tidak terlepas dari salah dan dosa, sehingga ketika ada kekurangan dalam
penulisan makalah ini maka penulis meminta masukan kepada pembaca makala
11
DAFTAR
PUSTAKA
Abuddin,Nata. Akhlak Tasawuf, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1997.
Aziz
Masyhuri, A. 22 aliran tarekat dalam tasawuf, Surabaya: imtiyaz, 2014.
Anwar,
Rosihon dan Abdul Rozak. Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Bruinessen,
Martin Van. Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Bandung: Mizan, 1996.
Jaiz,
Hartono Ahmad. Mendudukkan Tasawuf Gusdur Wali?, Jakarta: Darul Falah,
2000.
Munir,
Misbahul, dkk.. Al-Tabarruk fi Al-Suluk ila Rabbi Al-Muluk, Surabaya:
UINSA
Press, 2017.
Tohir,
Moenir Nahrowi. Menjelajahi Eksistensi Tasawuf, Meneliti Jalan Menuju Tuhan,
Jakarta: As-Salam Sejahtera, 2012.
0 komentar:
Post a Comment