Tuesday, November 10, 2020

ALIRAN - ALIRAN TAREKAT YANG BEKEMBANG MASA KINI DI INDONESIA

 HAYATUR RIDHA

                                                                             BAB II

                                                          PEMBAHASAN

 

A. Definisi dan Sejarah Tarekat

Secara bahasa tarekat berasal dari bahasa arab thariqat yang berarti jalan. keadaan, aliran, dan lainnya. Sedangkan menurut istilah tarekat berarti jalan spritual (yang digunakan oleh para sufi) yang berisikan amalan-amalan ibadah dan lainnya tentang nama-nama Allah beserta sifatnya dengan pemahaman yang mendalam.1

Pada perkembangannya tarekat lebih banyak digunakan oleh para sufi. Dalam hal ini, tarekat diartikan sebagai suatu sistem yang digunakan untuk melatih jiwa, membersihkan diri dar hal-hal yang tercela dan mengisinya dengan hal-hal yang terpuji, dengan cara senantiasa ingat kepada Allah dengan penuh pengharapan.2

Perkataan tarekat lebih dikenal dari pada tasawuf, khususnya bagi orang-orang awam. Tarekat disini tidak membicarakan tentang filsafat tentang tasawuf, akan tetapi berupa pengamalan (amalan-amalan) atau prakasar dari tasawuf itu sendiri.

 

1Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 1995), 270

2Ibid 271

 

       Tarekat mulai bermunculan (dalam masyarakat Islam) pada abad ke-11 M, khususnya setelah kehancuran Baghdad oleh Mongol. Hal ini ditandai dengan munculnya tarekat yang pertama kali yaitu Tarekat Qadariyah dengan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani sebagai pendirinya.3

       Tidak semua negara Islam dapat menerima tarekat masuk kedalam negaranya, walaupun mayoritas penduduknya adalam muslim, seperti contoh Turki dan Arab Saudi. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kedua negara ini merupakan negara yang menjadi pusat peradaban islam di masanya, akan tetapi mereka melarang tarekat kesufian dengan dengan alasan masing-masing. Hal ini malah bertolak belakang dengan Indonesia, yang dapat dikatakan bahwa Indonesia

 

3Moenir Nahrowi Tohir, Menjelajahi Eksistensi Tasawuf, Meneliti Jalan Menuju Tuhan, (Jakarta:As-Salam Sejahtera, 2012), 105

 

B. Aliran-Aliran Tarekat

1. Tarekat Qadiriyah

Tarekat Qadiriyah merupakan tarekat tertua yang didirikan oleh seorang Waliyullah yaitu Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Beliau memerintahkan kepada muridnya agar senantiasa berdzikir setiap siang dan malam hari, serta setiap setelah shalat lima waktu.4

Pelajaran pada Tarekat Qadiriyah sama seperti pelajaran Agama Islam pada umumya, hanya saja mereka lebih mementingkan kasih sayang terhadap seluruh makhluk, rendah hati, dan menghindari fanatisme. Paham Qadiriyah sebagian besar merupakan paham mutazilah, yang mana pada paham ini manausia mempunyai kebebasan untuk berkehendak sesuai kenginan hati mereka. Sehingga hal ini juga berdampak pada aliran tarekat qadiriyah itu sendiri, yang mana mereka terlalu menyamakan manusia dengan tuhan.5

Tarekat ini dianut oleh beberapa negara besar diantaranya adalah Irak, Mesir, Sudan, Tunisia, Libya, Aljazair, Afrika, dan Indonesia. Tarekat ini berpusat di Iraq kemudian banyak tersebar di dunia timur, Tiongkok dan berkembang pesat di Indonesia pada abad ke-19.6 


4Ibid 106

5Ibid 112

6Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 80

        

2. Tarekat Rifaiyah

Tarekat Rifaiyah didirikan oleh Sayid Ahmad al-Rifai. Dengan prinsip utamanya adalah mengajak untuk beriman dan mengikuti sunnah rasul, menjaga rukun Islam, berpegang kepada yang hak dan meninggalkan yang batil. Sayid Ahmad Al-Rifai diceritakan bahwasanya beliau merupakan seorang yang selalu asyik berdzikir hingga membuat tubuhnya terangkat keatas, namun Sayid Ahmad Al-Rifai tidak menyadarinya.7

Tarekat Rifaiah cenderung memiliki sifat yang fanatik serta para pengikutnya dapat melakukan hal-hal yang berhubungan diluar nalar seperti makan pecahan beling dan berjalan diatas bara api yang menyala. Selain itu salah satu identitas dari keberadaan tarekat ini adalah ditandai dengan penggunaan rebana dalam wiridnya yang diikuti dengan tarian dan diiringi permainan debus, yaitu menikam diri dengan sepotong senjata tajam yang diiringi dengan zikir-zikir tertentu dalam hal-ihwal tarekatnya.8

 

7Jaiz, Mendudukkan Tasawuf, ..., 124

8Ibid.125

 

3. Tarekat Tijaniyah

Tarekat ini didirikan oleh Sayid Al-Syaikh Abul Abbas Ahmad bin Muhammad Al-Tijani. Pada tahun 1196, syaikh al-tijani pergi ke suatu tempat di paang Sahara, yang mana di tempat itu tinggal seorang waliyullah, Abu Samghun. Di sana beliau mendapat suatu anugerah yang sangat besar yaitu bisa bersuara dengan Rasulullah dalam keadaan jaga.

4. Tarekat Haddadiyah

Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad. Beliau merupakan pencipta Rattibul Haddad, dzikir yang menjadi ikon dari tarekat ini. Biasanya dzikir ini dibaca sehabis maghrib ataupun sehabis isyak.9 Peran al-haddad dalam mempopulerkan tarekat Alawiyah menjadi cikal bakal lahirnya tarekat Haddadiyah. Dalam tarekat alawiyah, al-haddad membagi suluk kedalam dua bagian. Pertama, kelompok khas, yaitu diperuntukkan bagi mereka yang telah mencapai tingkat mujahadah, yaitu mengosongkan piiran dari sesuatu selain Allah. Kedua, kelompok Am, yaitu mereka masih dalam tingkatan dasar dengan mengamalkan perintah-perintah sunnah.10

 

 

9Misbahul Munir, dkk., Al-Tabarruk fi Al-Suluk ila Rabbi Al-Muluk, (Surabaya: UINSA Press,

2017), 51

10A. Aziz Masyhuri, 22 aliran tarekat dalam tasawuf, (Surabaya: imtiyaz, 2014), 119

     

5.Tarekat Naqsabandiyah

Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Bhauddin Al-Uwaisi Al-Bukhari di Turkistan. Kata naqsabandiyah diambil dari bahasa arab asal katanaqsaband yang berarti lukisan. Dinamakan demikian karena beliau ahli dalam memberikan lukisan tentang kehidupan ghaib.

Tarekat Naqsabandiyah merupakan tarekat terbesar di Dunia dan tarekat yang masih terawat dengan baik sampai sekarang ini. Tarekat ini tersebar luas diseluruh dataran di Dunia, dan sebagian besar pengikutnya berasal dari wilayah Turki, Hindia Belanda dan bekas jajahan Inggris di Melayu.Ajaran yang paling sering digunakan ialah berdzikir, terutama saat pengucapan lafadz Laa ilaaha illa Allaah dengan pengaturan nafas.

6.Tarekat Khalwatiyah

       Tarekat ini didirikan oleh syaikh Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Karimuddin al-Khalwati. Tarekat khalwatiyah ini diambil dari kata khalwat yang berarti menyendiri untuk merenung. Nama ini diambil karena pendiri dari tarekat ini sering melakukan khalwat di tempat-tempat yang sepi.

        Adapun dasar ajaran Tarekat khalwatiyah adalah : Pertama, Yaqza maksudnya kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah SWT. Yang maha Agung. Kedua, Taubah Mohon ampun atas segala dosa. Ketiga, Muhasabah, menghitung-hitung atao introspeksi diri. Keempat, Inabah, berhasrat kembali kepada Allah. Kelima, Tafakkur Merenung tentang kebesaran Allah.

  

Keenam, Itisam selalu bertindak sebagai Khalifah Allah di bumi. Ketujuh, Firar Lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna. Kedelapan, Riyadah melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya. Kesembilan, Tasyakur, selalu bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memujinya. Kesepuluh, Sima mengkonsentrasikan seluruh anggota tubuh dan mengikuti perintah-perintah Allah terutama pendengaran.

7.Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah

Tarekat ini adalah merupakan tarekat gabungan dari tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah (TQN). Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yang terdapat di Indonesia bukanlah hanya merupakan suatu penggabungan dari dua tarekat yang berbeda yang diamalkan bersama-sama. Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan berdiri yang di dalamnya unsur-unsur.

Tarekat ini didirikan oleh Orang Indonesia Asli yaitu Ahmad Khatib Ibn al-Ghaffar Sambas, yang bermukim dan mengajar di Makkah pada pertengahan abad kesembilan belas.Bila dilihat dari perkembangannya Tarekat ini bisa juga disebut Tarekat Sambasiyah Tapi Nampaknya Syaikh al-Khatib tidak menamakan tarekatnya dengan namanya sendiri. berbeda dengan guru-gurunya yang lain yang memberikan nama tarekatnya sesuai dengan nama pengembangnya.11

 

11Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan,1996), 89


                                                                BAB III

                                                             PENUTUP

 

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah disebutkan, maka simpulan yang dapat diambil adalah:

       Tarekat merupakan sebuah jalan spritual (yang digunakan oleh para sufi) yang berisikan amalan-amalan ibadah dan lainnya tentang nama-nama Allah beserta sifatnya dengan pemahaman yang mendalam. Yang mana tarekat ini muncul pertama kali dan dicetuskan oleh Syaikh Abdul Qadir Jailani dengan tarekat naqsabandiyahnya. Akan tetapi, tidak semua negara muslim dapat menerima aliran tarekat ini karena perbedaan latar belakang yang melatarbelakangi setiap orang.

Aliran tarekat yang lahir dari kalangan para ulama sufi sangatlah banyak, diantaranya adalah tarekat qadiriyah, tarekat haddadiyah, tarekat naqsabandiyah, tarekat qadariyah naqsabandiiyah, tarekat tijaniyah, tarekat khalwatiyah, tarekat rifaiyah, dan lainnya.

 

B. Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah disebutkan, maka yang dapat penulis ambil adalah :

Bagi pembaca agar dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang aliran tarekat. Agar lebih luasnya pengetahuan pembaca, maka diharapkan untuk membaca lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan hal ini.

Saran buat pemakalah berikutnya mungkin agar lebih detail dan referensi yang lebih banyak. Sehingga dapat menemukan suatu penjelasan yang lebih memuaskan.

Penulis sebagai manusia biasa tidak terlepas dari salah dan dosa, sehingga ketika ada kekurangan dalam penulisan makalah ini maka penulis meminta masukan kepada pembaca makala

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                             11

 

 

                                                     DAFTAR PUSTAKA

 Abuddin,Nata. Akhlak Tasawuf, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997.

Aziz Masyhuri, A. 22 aliran tarekat dalam tasawuf, Surabaya: imtiyaz, 2014.

Anwar, Rosihon dan Abdul Rozak. Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2001.

Bruinessen, Martin Van. Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Bandung: Mizan, 1996.

Jaiz, Hartono Ahmad. Mendudukkan Tasawuf Gusdur Wali?, Jakarta: Darul Falah, 2000.

Munir, Misbahul, dkk.. Al-Tabarruk fi Al-Suluk ila Rabbi Al-Muluk, Surabaya:

UINSA Press, 2017.

Tohir, Moenir Nahrowi. Menjelajahi Eksistensi Tasawuf, Meneliti Jalan Menuju Tuhan, Jakarta: As-Salam Sejahtera, 2012.

 

 

0 komentar:

Post a Comment