Saturday, March 11, 2017

Awal Jihad, Shalat Subuh Berjama’ah


Shalat merupakan salah satu dari rukun Islam, siapa yang mendirikan shalat berarti telah mendirikan Islam dan siapa yang meninggalkan shalat berarti telah meruntuhkan Islam.

Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khattab r.a dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan”, (Riwayat Turmuzi dan Muslim).

Kemudian untuk mendirikan shalat tersebut, diperintahkan untuk berjama’ah. Ada ulama yang berpendapat perintah shalat berjama’ah itu fardhu ‘ain, ada yang berpendapat fardhu kifayah, ada yang berpendapat sunnah muakad, ada yang berpendapat sebagai syarat sahnya shalat.

Namun dari empat pendapat para ulama itu, semuanya menganjurkan kita untuk melaksanakan shalat berjama’ah dalam lima waktu, karena keafdhaliyahnya lebih dari shalat sendirian.

“Ada tujuh golongan yang dinaungi kelak, dan salah satunya adalah orang yang hatinya terpaut dengan mesjid. Seorang pemuda yang hatinya terikat dengan mesjid, orang itulah yang akan mendapat perlindungan dari Allah saat kiamat kelak”, (H. R. Bukhari).

Keafdhaliyahan shalat subuh berjama’ah

Diantara shalat fardhu yang lima waktu, maka shalat fardhu subuh berada ditingkat paling atas untuk keafdhaliyahnya untuk dikerjakan secara berjama’ah.

Waktu shubuh itu waktu orang-orang sedang lelap tertidur dengan mimpinya masing-masing, didukung oleh keadaan alam yang sangat dingin dan cocok untuk melewatinya bersama selimut. Maka sangat berat untuk melawan rasa ngantuk dan dingin walau telah dijamin dengan fahala yang begitu besar.

“Seseorang yang melaksanakan shalat subuh berjama’ah, maka orang itu akan mendapatkan fahala 119 kali dibandingkan shalat sendiri”, (H. R. Muslim).

Untuk menggerakkan seseorang mampu bangun dari tidurnya kemudian bergegas menuju mesjid untuk shalat berjama’ah hanyalah iman seseorang, kekuatan jasmaniyah dan badan yang kekar tidak akan menjaminnya. Karena itu jumlah jama’ah dimesjid pada waktu subuh itu lebih sedikit dari jumlah jama’ah pada waktu yang lain.

Padahal awal kebangkitan Islam itu ketika umat Islam telah melaksanakan shalat subuh berjama’ah dengan jumlah sebanyak shalat fardhu Jum’at, dan ketika itu orang-orang diluar Islam akan takut dan gentar terhadap iman dan persatuan umat Islam.

“Saya hanya ingin melihat berapa jumlah orang Islam yang hadir shalat subuh di mesjid, “kata tentara Israel itu. Syaikh Maulana Tariq Jamil sambil keheranan bertanya “kenapa?” Dia pun menjawab “di dalam kitab kami (Taurat) ada tertulis “Jika diseluruh dunia jumlah orang Islam yang hadir untuk shalat subuh berjama’ah di mesjid sama banyak dengan jumlah jama’ah shalat Jumat, maka saat itu Israel akan hancur”, (Syaikh Maulana Tariq Jamil).

Orang yang melaksanakan shalat subuh berjama’ah akan mendapatkan berkah dari Allah, karena shalat subuh berjama’ah merupakan awal dari pekerjaan yang dilakukan.

“Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu paginya”, (H. R. Abu Dawud, Tirmizi, dan Ibn Majah).

Keafdhaliyahan shalat subuh berjama’ah adalah akan mendapatkan cahaya yang sempurna di hari kiamat, karena saat melangkahkan kaki ke mesjid untuk melaksanakan shalat berjama’ah dalam keadaan gelap.

“Dari Buraidah al-Aslamiy r.a dari Nabi Saw bersabda: sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang berjalan pada saat gelap menuju mesjid, dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”, (H. R. Abu Dawud dan Tirmizi).

Juga yang menjadi kelebihan shalat subuh berjama’ah adalah seperti telah melaksanakan shalat semalam penuh, sedangkan pada dasarnya sangat sulit dan jarang ada orang yang melakukan shalat semalam penuh mulai waktu megrib sampai dengan waktu subuh.

“Barang siapa yang melakukan shalat Isya berjama’ah, maka dia sama seperti manusia yang melakukan shalat setengah malam. Barang siapa yang shalat subuh berjama’ah, maka dia sama seperti manusia yang melakukan shalat sepanjang malam”, (H. R. Muslim).

Shalat subuh berjama’ah sebagai pembersih diri

Waktu yang paling berat untuk melaksanakan shalat berjama’ah adalah waktu isya dan subuh, karena dalam kedua waktu tersebut kita sedang beristirahat dan tengah menikmati kelezatannya.

Waktu isya merupakan waktu ketika kita pergunakan untuk istirahat setelah bekerja seharian, duduk bersama keluarga atau melepaskan penat bersama teman-teman. Sedangkan waktu subuh merupakan waktu dimana kita tengah lelap tertidur untuk beristirahat.

Shalat isya dan shalat shubuh berjama’ah juga sebagai pembersih diri dari sifat kemunafikan, karena kedua waktu itulah waktu yang sangat berat bagi mereka yang munafik untuk melaksanakan shalat secara berjama’ah.

“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafiq dari pada shalat subuh dan isya. Seandainya mereka tau nilai yang terkandung didalam kedua shalat itu, pastilah mereka mendatangi kedua shalat itu meskipun dengan merangkak. Sungguh aka berkeinginan untuk menyuruh seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang mengimami manusia, lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat, lantas aku bakar rumah-rumah mereka”, (H. R. Bukhari dan Muslim).

Sifat kemunafikan yang berada didalam diri kita yang perlu kita lawan, basmi dan hancurkan dengan melaksanakan shalat subuh berjama’ah, ketika shalat subuh berjama’ah mampu ditinggalkan maka tidak mustahil kemungkaran yang lain pun mampu dilakukan.

Selain pembersihan dari dari sifat munafik, maka shalat subuh berjama’ah pun sebagai pembersih badan dari api neraka.

“Dari Umarah r.a berkata: aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: Tidak akan masuk neraka seseorang yang shalat sebelum keluar matahari (subuh) dan sebelum terbenamnya matahari (asar)”, (H. R. Muslim)

“Barang siapa yang shalat subuh dia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada kalian dari jaminan Nya. Karena siapa yang Allah menuntutnya dengan sesuatu dari jaminan Nya, maka Allah pasti akan menemukannya dan akan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam”, (H. R. Muslim).

Hakikat jihad yang pertama adalah dengan melaksanakan shalat subuh berjama’ah, karena shalat subuh berjama’ah itu membersihkan seseorang dari sifat kemunafikan. Dan bila sifat kemunafikan telah mampu dikalahkan maka ketika itu seseorang akan terbuntuk muslim yang sejati yang ditakuti oleh orang-orang nonmuslim. Dan shalat subuh berjama’ah merupakan awal aktivitas ahli sunnah wal jama’ah. Sunnah yang sangat sulit kita tegakkan diantara sunnah-sunnah yang lain dan sunnah yang mampu membedakan seorang mukmin sejati denga seorang munafiqun.

Tiada daya dan upaya untuk mengerjakan suatu kebaikan dan untuk meninggalkan suatu keburukan kecuali dengan pertongan Allah, maka mari kita berserah diri kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawaqal seraya memohon kekuatan kepada Allah untuk mampu melaksanakan shalat subuh berjama’ah dan semoga digolongkan dalam golongan ahli sunnah wal jama’ah (aswaja).

Friday, March 10, 2017

Haul Abu Panton Ke-4