Tuesday, December 26, 2017

Nasehat Untuk Pelajar


من شاء ان يحتوي اماله جملا                        فليتخذ ليله فى دركها جملا
اقلل طعامك كي تحظى به سهرا              ان شئت يا صاحبي ان تبلغ الكملا

“Barang siapa yang ingin meraih apa yang dicita-citakan, maka ia harus menjadikan waktu malamnya sebagai kenderaan untuk mengejar cita-citanya. Jangan banyak makan agar tidak ngantuk, hal itu jika anda benar-benar ingin menggapai kesempurnaan”

ويغتنم ايام الحدثة وعنفوان الشباب
بقدر القد تعطى ما تروم                      فمن رام المنى ليلا يقوم
وايام الحداثة فاغتنمها                         الا ان الحداثة لا تروم

“Para pelajar harus memanfaatkan masa mudanya:
Dengan kadar kerja kerasmulah, kamu akan diberi apa yang menjadi cita-citamu. Orang yang ingin sukses harus sedikit mengurangi tidur malam. Gunakan masa mudamu sebaik-baiknya, karena masa muda adalah kesempatan yang tidak akan pernah terulang”

Wednesday, November 22, 2017

Refleksi Hari Guru 25 November


Guru adalah orang yang profesinya mengajar, yaitu mengajari setiap orang yang mau belajar tentang apa yang belum ia ketahui menjadi tahu dan memahaminya. Mengajar adalah membimbing siswa atau lainnya tentang bagaimana belajar. Mengajar berarti mengatur dan menciptakan kondisi yang ada dilingkungan anak didik sehingga dapat melakukan kegiatan belajar. Secara sederhana, mengajar bertujuan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dan melatih pola piker anak-anak didik.

Proses belajar mengajar merupakan proses menciptakan generasi yang berilmu dengan menghilangkan sifat jahil yang ada pada mereka dan juga proses membentuk akhlakul karimah sehingga generasi memiliki karakter yang baik seperti yang diharapkan oleh bangsa dan negara.

Guru yang mengajar itu ada guru yang dibayar oleh pemerintah secara mencukupi dan ada guru yang dibayar oleh instansi dengan jerih seadanya dan ada guru yang ikhlas mengajar tanpa dibayar oleh siapapun dan tidak memungut biaya dari anak didiknya. Mereka semua bertujuan untuk menciptakan generasi bangsa yang handal.

Proses lahirnya generasi yang handal sekarang ini yang menjabat atau bekerja dimana pun tidak terlepas oleh peran guru, walau kadang ketika mereka telah sukses melupakan guru.

Presiden, menteri, polisi, TNI, Jaksa, Gubernur dan lainnya mereka yang telah suskses sekarang ini tidak terlepas dari peran guru ketika mereka masih meneguk pendidikan dibangku sekolah.

Guru bukanlah orang hebat, namun guru adalah sebab lahirnya generasi-generasi yang hebat sekarang, generasi yang mampu menaklukkan perkembangan dunia ini.

Tanpa rasa pamrih dan dengan penuh ikhlas, guru mengajar dengan sepenuh hati demi perbaikan pendidikan pada generasi, kadang harus mengorbankan anaknya dan keluarganya demi mendidik anak bangsa.


Stop Diskriminasi Guru

Dalam mendidik anak bangsa, banyak tantangan yang didapatkan guru, mulai dari gaji yang sebagian seadanya, sarana dan prasarana yang tidak mencukupi, medan yang dilalui setiap hari yang becek saat hujan dan berdebu saat kemarau, akhlak siswa yang merajalela bahkan mereka sering dijerat dengan pelanggaran HAM karena mencubit atau memukul siswa untuk takdib (saya tidak mempungkiri ada guru yang kejam).

Padahal sebelum lahirnya undang-undang perlindungan anak, guru dan dosen telah terlebih dahulu dilindungi dengan undang-undang. “Pasal 39 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyebutkan bahwa perlindungan hukum mencakup dari tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain”.

Proses mengadabkan (ta’dib) yang dilakukan oleh guru adalah murni untuk pembentukan akhlak anak didik, walau kadang sampai dengan berbentur fisik. Tak ada seorang guru pun yang berencana dari rumahnya saat mengajar untuk memukul atau membunuh siswa, namun hal demikian kadang terjadi diluar kesadaran guru karena ulah siswa yang semakin menjadi.

Pertama guru mengingatkan dengan kata-kata dan nasehat, namun sebagian siswa melawan sehingga terjadi bentakan atau sampai tejadi benturan fisik, karena masalah adab dan tingkah laku siswa sekarang semakin menjadi ketika mereka semakin dimanjakan oleh oleh undang-undang perlindungan anak. Bukan berarti guru harus atau wajib menghukum siswa dengan fisik dan guru tidak pernah bersalah.

Di dalam Islam proses pendidikan itu bertahap, dari menasehati baik-baik dengan kata, kemudian berkata sedikit tegas sampai pada tingkan memukul (dharb) untuk mengadabkan, dan memukul itu ditempat yang tidak membawaki cedera siswa atau yang dapat meruntuhkan derajat siswa.

Seorang guru yang memukul siswa ditempat yang dapat membawa cedera siswa atau pun menghilangkan derajat siswa pun harus kenakan sanki disiplin guru, dari nasehat dari kepala sekolah atau teguran sampai dengan komite dan dinas terkait. Jangan hanya masalah gara-gara guru mengambil handphone atau merazia kedisiplinan siswa pun dilapor kepolisi dan ditangani polisi. Ini sungguh sangat miris, padahal polisi dan lainnya mereka jadi demikian karena guru.

Pada Juli 2010, Rahman, seorang guru di sebuah SD di Banyuwangi, Jawa Timur, harus berurusan dengan pengadilan setelah memukul anak didiknya menggunakan penggaris dan dituntut 5 bulan penjara, padahal awalnya simurid tersebut menendang temannya, (ww.brilio.net: 4 Kasus sepele guru vs murid yang berakhir miris, bikin geram deh!).

Maret 2012 pak Aop Saopudin guru SDN Penjalin Kidul V, Majalengka Jawa Barat harus berurusan dengan hukum karena melakukan razia rambut gondrong dan merapikan empat siswa yang gondrong, (ww.brilio.net: 4 Kasus sepele guru vs murid yang berakhir miris, bikin geram deh!).

Nurmayani guru Biologi SMPN 1 Bantaeng Sulawesi Selatan, dipenjara karena mencubit murid didiknya, padahal mereka awalnya bermain air di kelas kemudian dipanggil keruang BK, (ww.brilio.net: 4 Kasus sepele guru vs murid yang berakhir miris, bikin geram deh!).

Muhammad Arsal guru Agama Islam di SMP Negeri 3 Bantaeng juga harus masuk jeruji besi karena mencubit siswa untuk emndendanya, (ww.brilio.net: 4 Kasus sepele guru vs murid yang berakhir miris, bikin geram deh!).

Dan masih banyak lagi kejadian seperti ini negara kita dan di Aceh pun tidak bisa kita pungkiri.

Bagaimanakah Seharusnya Guru Itu?

Sikap serba salah sering menggeluti jiwa guru yang sedang mengajar, karena mereka pada suatu sisi dituntut siswa itu harus bisa dan harus berakhlak mulia sedangkan siswa bersama guru itu cuma 6 jam saja, selebihnya mereka bersama orang tua dan lingkungannya.

Siswa yang berwatak baik, penurut dan berakhlak mulia (dibentuk dari rumahnya) mungkin tidak ada masalah pada saat mendidikanya, seperti sekolah-sekolah modern yang menyeleksi siswa dengan ketat, namun bagi sekolah yang menerima siapaun muridnya? Yang padahal si siswa tersebut memang dari rumahnya sudah bermasalah.

Siswa yang bermasalah juga membutuhkan pendidikan, karena keburukan akhlak ia pada saat pancaroba itu tidak selamanya abadi sampai tua, banyak mereka yang berubah baik saat sudah dewasa, namun sungguh sangat disayangkan bila mereka tidak diberi kesempatan untuk meneguk pendidikan pula.

Artinya guru juga juga akan berinteraksi dengan siswa-siswa bermasalah yang kadang mereka dari keluarga broken home, kebiasan dikeluarga sering membantah dan lainnya. Ini tentu saja tidak akan menghasilkan proses belajar mengajar yang efektif, adem dan damai. Tentu saja ada gesekan-gesekan saat menerapkan disiplin dan mengadabkan mereka.

Karena tidak semua siswa itu patuh dan taat, maka ketika terjadi gesekan fisik antara guru dan siswa, setidaknya tidak langsung berurusan dengan pihak hukum, namun meninjau kembali apa penyebabnya, bagaimana akhlak siswa itu, bagaimana sikap guru itu atau sudah seringkah guru itu memukul atau sudah seringkah siswa itu membuat masalah dan setidaknya memeriksanya sampai kekeluarga dan lingkungannya.

Ruang lingkup pendidikan itu punya ranah sendiri, dan tujuannya pun bukan untuk mencedrai tapi untuk mendidik, maka perlakukanlah mereka yang terlibat dalam ranah pendidikan itu dengan baik dan bijak. Tak mungkin seorang guru secara langsung mengeluarkan siswa bermasalah disekolahnya dengan catatan merah begitu juga dengan guru, tak sepantasnya ketika ada guru yang nakal dan berperilaku tidak baik langsung harus bermalam dijeruji.

Proseslah alam pendidikan itu secara pendidikan, karena negara kita adalah negara kesatuan yang menganut sifat kekeluargaan. Dan siapapun yang ada sekarang sebagai pengambil keputusan tidak terlepas dari jasa guru. Lihatlah seberepa sejahtera guru itu dari anak-anak yang mereka didik sekarang, mereka yang dididik lebih sejahtera, lebih berpangkat dari guru yang mengajari mereka dulu, oleh sebab itu perlakukanlah mereka selayaknya guru walau mereka tidak diperjuangkan kesejahteraannya.


“Orang hebat bisa melahirkan beberapa karya bermutu, tapi guru yang bermutu dapat melahirkan ribuan orang hebat, selamat hari guru, teruslah menjadi guru wahai guruku, engkau adalah guruku dunia akhirat walau kadang engkau di dhalimi”.

Monday, November 20, 2017

Masak Rimba dan Rekreasi