Thursday, October 21, 2021

Nafsu Ammarah dan Konsekuensinya


"Nafsul Ammarah adalah jiwa manusia yang ingin memenuhi kehendak hawa nafsu dalam segala bidang kehidupan, sehingga tidak menghiraukan kaidah-kaidah agama"

Ingin mendapatkan sesuatu namun melupakan kaedah²/norma/hukum/ketentuan yang ada, sehingga menghalalkan segala cara, bahkan dengan dalih ia sangat benar dan apa yang dilakukan merupakan kebijakan yang baik.

Menentang kebenaran dengan mengatakan orang yang berpegang pada kaedah²/norma/hukum/ketentuan yang ada sebagai intoleransi dan menuduh mereka sebagai sumber masalah, padahal masalah terbesar adalah pada dirinya dengan cara melegalkan yang belum tentu legal.

Pemilik nafsu ini cenderung mengkambinghitamkan orang lain, padahal dirinya yang ingin melakukan kecurangan.

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku,” (QS Yusuf [12]: 53)

Nafsu ini juga menutup cahaya hati seseorang dari kebenaran bahkan tidak mau atau pun tidak akan menerima kebenaran itu sendiri, padahal dari relung hati yang paling dalam ia menyadarinya.

Padahal apa pun yang kita niatkan, pikirkan dan lakukan tidak terlepas dari pantaun Allah Swt, rencana baik atau pun rencana jahat yang sedang ingin kita jalankan.

Semua rencana² jahat itu seringkali ditutupi dengan dalih kebaikan padahal didalamnya penuh tipu daya dan kepentingan dirinya.

Namun, kita sebagai sahibul hati yang masih mengerti dan faham kebenaran akan mempertanggungjawabkannya kelak di yaumil hisab, tidak ada satu pun yang terlepas walau didunia kita tutup rapi keburukan dan kelicikan itu.

Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala, (QS. Fathir [35]: 6).

Obat untuk menundukkan nafsu ini adalah dengan cara zikrullah setiap saat, muraqabah dan muhasabah.

Zikir jihar dan sir agar sifat sayi-ah tertundukkan, muraqabah agar lebih memahami makna syukur dan melihat kebesaran Allah, muhasabah dengan menggunakan 'ainul bashirah untuk melihat setiap kesalahan dan tipu daya dalam diri sendiri.

Karena semua sifat-sifat buruk yang sedang kita rencanakan dan sedang ingin kita lakukan, hakikatnya kita bukan sedang mendhalimi orang lain namun kita sedang mendhalimi diri sendiri dan itu sangat fatal disisi Allah.

"Ya Allah, kami telah mendholimi pada diri kami sendiri, jika tidak engkau ampuni kami dan merahmati kami tentulah kami menjadi orang yang rugi".

Semoga bermanfaat
Al Faqir Joel Buloh II

Sunday, October 3, 2021

Biografi Abu Paloh Gadeng

 TGK H MUSTAFA BIN H AHMAD  (1949-2020) 



Tgk H Mustafa bin H Ahmad lahir pada tahun 1949 di Uteun Bunta, Tanoh Mirah, Peusangan. Ayahnya bernama Tgk H Ahmad Bin Abdul Manaf dan ibunya Maimunah. 


Beliau adalah anak ke 2 dari 7 bersaudara yang seayah seibu yaitu Tgk Jafar, Tgk H Mustafa, Tgk Nurmalis, Nurbaiti, Manfarisyah, Zawiyah, Tgk Aisyah, beliau juga memiliki saudara seayah 3 orang. 


Masa kecilnya dihabiskan di desa Uteun Bunta, bersekolah di SR Tanoh Mirah, kemudian melanjutkan pendidikan ke Dayah MDI Geulanggang Bireuen, pimpinan Tgk Abdullah Glanggang Bireuen, sembari bersekolah di Sekolah Menengah Islam Bireuen, setelah tamat SMI kemudian pada tahun 1964 melanjutkan pendidikan ke Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh pimpinan Abu Tumin sampai tahun 1986. 


Setelah menjadi dewan guru dan mengajar di dayah Blang Bladeh, beliau juga aktif mengajar di Dayah MDI Glanggang, dengan bersepeda beliau berangkat dari Blang Bladeh untuk mengajar di Glanggang, tak jarang jika ada waktu beliau meneruskan perjalanan ke Dayah Tanoh Mirah untuk belajar kepada Abu Tanoh Mirah,


Di Blang Bladeh beliau sangat tekun dan istiqamah dalam belajar mengajar, sehingga mengantarkan beliau dipercaya oleh gurunya Abu Tumin untuk menjabat sebagai Ketua Umum Dayah Blang Bladeh. 


Pada tahun 1985 beliau menunaikan ibadah haji yang pertama bersama ayahnya Tgk H Ahmad bin Abdul Manaf, selama 6 bulan di Makkah beliau juga memanfaatkan waktu untuk belajar langsung dengan ulama negeri Makkah yang mengajar di sana diantaranya Syekh Yasin Al Fadani (w.1990).  


Selain mempunyai kemampuan memahami kitab yang sangat baik, beliau juga mempunyai kemampuan orasi yang menarik, sehingga beliau diundang untuk berceramah ke seluruh pelosok Aceh, dikenal sebagai da'i yang berani, cerdas dan kritis, dalam setiap pidatonya, beliau menguraikan setiap perkara yang syubhat, meluruskan ajaran dan pemahaman yang bertentangan dengan Ahlu sunnah Wal Jamaah.


Perawakannya yang tegap dan atletis di masa muda karena menyukai olahraga badminton, beliau memiliki warna kulit putih merah khas seperti orang barat, karena itu beliau di masa mudanya akrab dengan panggilan Teungku Puteh.


Beliau memiliki saudara kandung yang alim yaitu almarhum Tgk M Jafar H Ahmad, pimpinan dayah MDI Putri dan Dayah Istiqamah Bireuen setelah Abu Teunom, almarhumah Tgk Nurbaiti H Ahmad, belajar dan menjadi dewan guru di Dayah Tanoh Mirah, kemudian pindah ke Dayah Lueng Angen dan Tgk Aisyah H Ahmad yang sekarang memimpin sebuah dayah di Lamlumpu, Peukan Bada, Aceh Besar. 


Pada tahun 1987 beliau ditunjuk oleh gurunya Abu Tumin untuk memimpin Dayah Madinatuddiniyah Darul Huda Paloh Gadeng Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara, pengabdian beliau ini mengantarkan beliau sebagai salah satu ulama kharismatik Aceh yang diperhitungkan dalam berbagai kancah pergaulan, karena memimpin Dayah di Paloh Gadeng ini maka beliau akrab disapa dengan Abu Paloh Gadeng. 


Pada tahun 1988, atas petunjuk gurunya Abu Tumin beliau menikah dengan Tgk Hj Safiatuddin, seorang putri ulama yang bernama Tgk Abdul Wahab bin Muhammad Shaleh, pimpinan Dayah Madrasah Darul Huda Tanjongan, Jangka, Bireuen. 


Beliau dikaruniai keturunan 8 orang putra dan putri yaitu Tgk H. Zunuwanis, Rahmah, Marhamah, Tgk Muhammad Nazir, Tgk Baidarus, Wardah, Tgk Ihsan Maulana dan Maisarah.


********


Sebagai ulama yang harus menyampaikan aspirasi masyarakat, beliau berkiprah nyata dalam pilihan politik nya, beliau aktif dalam organisasi PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), PERTI adalah sebuah partai politik yang didukung oleh ulama Aceh terdahulu seperti Abu Krueng Kalee dan Abuya Muda Waly Labuhan Haji.


Aktif dalam berorganisasi mengantarkan beliau menjadi Ketua MPU Aceh Utara selama dua periode, masih menjabat sebagai Wakil Ketua MPU aktif ketika beliau wafat.


********


Kesungguhan beliau ketika mengajar sangat luar biasa, ketika masih mengajar di Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh, beliau mulai mengajar dari jam belajar subuh, istirahat sebentar untuk sarapan pagi tanpa turun dari balai, sarapan diantar ke balai oleh muridnya, sarapan hanya kopi dengan pulut, pulut adalah cemilan pagi yang sangat disukai oleh beliau, setelah sarapan, pengajian dilanjutkan untuk murid dari kelas yang lain sampai azan shalat dzuhur berkumandang. 


Ketika awal-awal memimpin Dayah Madinatuddiniyah Darul Huda Paloh Gadeng sampai sekitaran tahun 2000-an, beliau juga mengajar sangat disiplin dan intens, mulai dari jam belajar dhuha sampai azan shalat dzuhur mengajar kelas para dewan guru, setelah dhuhur sampai azan ashar mengajar thalabah kelas 5 ke atas. 


Sedangkan waktu malam, selain mengasuh pengajian umum untuk masyarakat pada malam sabtu dan malam selasa, juga lebih banyak digunakan untuk mengisi ceramah agama di berbagai tempat. 


Awal tahun 2000-an, beliau mulai sibuk dengan aktifitas kemasyarakatan, beliau harus memenuhi undangan dan menyelesaikan persoalan ummat, sehingga jam belajar digeser ke waktu shubuh dan setelah ashar, bahkan beliau tetap istiqamah mengajar walau dalam keadaan berbaring karena tenaganya sudah melemah sekali, jam belajar ini terus berlangsung sampai beliau wafat. 


Allahu Yarham Abu Paloh Gadeng meninggalkan dunia yang fana ini pada 16 Desember 2020 setelah berhasil mencetak ratusan kader ulama, puluhan diantaranya sudah menjadi pemimpin dayah dan menjadi penerang ummat mengikuti jejak beliau. 


Demikian sekelumit kisah dari semangat Abu Paloh Gadeng dalam mengajari para thalabah yang menuntut ilmu kepada beliau, semoga menjadi contoh teladan bagi kita dalam mengikuti jejak para ulama yang telah mendahului kita.

______