Tuesday, November 13, 2018

Qadha dan Qadar

Pengertian Qadha
Menurut bahasa qadha memiliki beberapa arti yaitu hukum, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut istilah, qadha adalah ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari sejak zaman azali tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradahnya(kehendak-Nya) berkaitan dengan baik dan buruk, hidup dan mati, siang dan malam, laki-laki dan perempuan atau pun sebagainya, (Nasrudin Razak,  Dinul Islam, h. 69).

Qadha juga diartikan adalah kehendak Allah Swt dan berhubungannya pada azali. Dan juga qadha diartikan adalah ilmu Allah yang azali dan berhubungannya dengan yang ma’lum (Syaikh Ibrahim Baijuri, Kifayatul Awwam, h. 65).

Pengertian Qadar
Menurut bahasa, qadar berarti kepastian, peraturan, dan ukuran. Sedangkan secara istilah qadar yaitu perwujudan qadha Tuhan bagi manusia setelah berusaha (ikhtiar), dapat juga diartikan sebagai penentuan atau pembatasan ukuran segala sesuatu sebelum terjadinya dan menulisnya di lauhil mahfudz, (Nasrudin Razak,  Dinul Islam, h. 70).

Qadar juga diartikan adalah penciptaan Allah Swt akan segala sesuatu sesuai dengan iradah. Dan qadar juga diartikan adalah penciptaan Allah akan segala sesuatu sesuai dengan ilmu, (Syaikh Ibrahim Baijuri, Kifayatul Awwam, h. 66).

Qadha dan Qadar
Maka kehendak Allah Ta’ala yang berhubungan pada azali dengan bahwa seseorang akan menjadi orang yang berilmu atau orang yang berkuasa adalah qadha, dan penciptaan ilmu pada diri seseorang sesudah seseorang terwujud atau sesudah berkuasa sesuai dengan iradah adalah qadar.

Atau ilmu Allah yang berhubungan pada azali dengan bahwa seseorang akan menjadi berilmu sesudah wujudnya adalah qadha, dan penciptaan ilmu padanya sesudah wujudnya adalah qadar.

Dan berdasarkan tiap-tiap dari perkataan qadha dan qadar, maka qadha adalah qadim karena dia adalah sifat dari sifatnya Allah, adakalanya iradah atau ilmu, sedangkan qadar adalah bahru karena dia merupakan ciptaan, sedangkan ciptaan itu adalah sebagian dari ta’luk qudrah dan ta’luk iradah.




Thursday, November 8, 2018

Iman Kepada hari akhir (Kiamat) part 1

Beriman kepada hari akhir merupakan rukun iman yang kelima, yaitu beriman kepada kepada yaumil akhir,

“Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”, (Q. S Al-Baqarah: 4).

Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum nabi Muhammad Saw ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al-Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al-Quran yang diturunkan kepada para rasul. Allah menurunkan kitab kepada rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril as, lalu Jibril menyampaikannya kepada rasul.

Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Akhirat merupakan lawan dunia. Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. Yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.

“Dan Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur”, (Q. S Al- Hajj: 7).

Pengertian hari akhir (Kiamat)
Hari akhir juga merupakan hari akhir kehidupan seluruh manusia dan makhluk hidup didunia yang harus kita percayai kebenaran adanya yang menjadi jembatan untuk menuju kekehidupan selanjutnya di khirat yang kekal dan abadi.

Hari akhir ialah suatu hari dimana dunia dan seisinya mengalami kehancuran dan kebinasaaan. Hari akhir merupakan rukun iman ke-5 yang wajib kita imani dan tak ada satupun orang yang mengetahui kapan terjadi hari kiamat itu.

Hari akhir (kiamat) adalah suatu hari dimana semua arwah dikembalikan kepada jasad atau tulang sulbi, dan manusia dihidupkan kembali sesudah dimatikan.

“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?”, (Q. S Al-Baqarah: 28)

Hari kebangkitan adalah suatu hari dimana semua manusia dibagkitkan dari kubur mereka pada hari kiamat dengan bentuk mereka yang maklum, setelah jasad-jasad mereka hancur, untuk dibalas setiap apa yang telah dikerjakan didunia.

“(yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya”, (Q. S Al-Anbiya: 104)

Kapan Datang Hari Kiamat
Penjelasan datangnya hari kiamat menurut al-Quran Surat Al-A’raf ayat 187, yaitu:

“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui", (Q. S al-A’raf: 187).

Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 63 juga menjelaskan tentang datangnya hari kimat, yaitu:

“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah". dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh Jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya”, (Q. S Al-Ahzab: 63).

Hadits riwayat Muslim menjelaskan:

قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ
“... Jibril berkata kepada Nabi Muhammad Saw, maka khabarkan olehmu kepadaku tentang hari kiamat? Nabi Muhammad Saw bersabda: tidakkah yang bertanya tentang hari kiamat itu lebih mengetahui dari pada yang bertanya...”, H. R Muslim).

Tanda-tanda akan datangnya hari akhir
Berdasarkan keterangan yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadis, terjadinya hari akhir atau hari Kiamat didahului tanda-tandanya. Tanda-tanda hari akhir/kiamat terbagi atas 2 yaitu tanda-tanda kecil dan tanda-tanda besar.

Tanda-tanda kecil akan terjadinya hari kiamat adalah:

“Perhatikanlah enam tanda-tanda hari kiamat, yaitu 1) wafatku, 2)penaklukan Baitul Maqdist, 3) wabah kematian, 4) melimpahnya harta sehingga seorang yang diberikan kepadanya 100 dinar, ia tidak rela menerimanya, 5) timbulnya fitnah yang tidak meninggalkan satu rumah orang Arab pun melainkan pasti memasukinya, dan 6) terjadinya perdamaian antara kalian dengan bani Asraf (bangsa Romawi) namun mereka melanggarnya dan mendatangi kalian dengan 80 kelompok besar, seiap kelompok terdiri dari 12 ribu orang”, (H. R Bukhari).

Juga Rasulullah Saw bersabda dalam hadits yang lain:
“Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah diangkanya ilmu, tersebarnya kebodohan, diminumnya khamar, dan merajalelanya perzinaan, (H. R Bukhari).

Sedangkan tanda-tanda besar akan terjadinya hari kiamat adalah:

“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan Malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau Dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu Sesungguhnya Kamipun menunggu (pula)", (Q. S al-An’am: 158).

Rasulullah Saw bersabda:
“Hari kiamat tidak akan terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda, yaitu 1) Penenggalaman permukaan bumi di Timur, 2) penenggalaman permukaan bumi di Barat, 3) penenggalaman permukaan bumi di Jazirah Arab, 4) keluarnya asap, 5) keluarnya Dajjal, 6) keluarnya binatang besar, 7) keluarnya Ya’juz dan Ma;juz, 8) terbitnya matahari dari barat, 9) api yang keluar dari dasar bumi ‘Adn yang menggiring manusia, dan 10) turunya Nabi Isa ‘alaihi salam”, ( H. R Muslim).

Rasulullah Saw juga bersabda:
“ Tidak akan terjadi Kiamat sehingga matahari terbit dari sebelah barat, jika ia telah terbit, lalu manusia menyaksikannya, maka semua orang akan beriman, ketika itu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya”, (H. R Bukhari-Muslim).

Rasulullah juga menceritakan tentang arah perginya matahari.

“Tahukah kalian ke mana perginya matahari (saat itu)?” Para Sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari ini berjalan hingga sampai ke tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu dia tersungkur sujud, dan senantiasa demikian hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Kembalilah ke tempatmu pertama kali datang.’ Kemudian dia kembali datang di waktu pagi dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan hingga sampai ke tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu dia tersungkur sujud, dan senantiasa demikian hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Kembalilah ke tempatmu pertama kali datang.’ Kemudian dia kembali datang waktu pagi dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan lagi sementara manusia tidak mengingkarinya sedikit pun hingga dia kembali ke tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Terbitlah dari tempamu terbenam.’ Kemudian dia kembali datang di waktu pagi dan terbit dari tempat terbenamnya.’” Selanjutnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian tahu kapan itu terjadi? Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya”, (H. R Muslim).

Allah berfirman dalam Surat Az-Zumar ayat 67, yaitu:

“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan”, (Q.S Az- Zumar: 67)

Kemudian Allah Swt juga berfirman:

“Dan ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi Maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)”, (Q. S Az-Zumar: 68).




Monday, November 5, 2018

Penjabaran Kalimat Tauhid

Kalimat tauhid atau kalimat syahadat adalah لا اله الا الله  محمد رسول الله . Bahkan kalimat ini juga dinamakan sebagai kalimat kunci syurga, karena siapa saja yang mampu mengucapkan kalimat ini pada akhir hidupnya ia akan masuk syurga.

"Barangsiapa yang akhir ucapannya لا اله الا الله maka ia akan masuk syurga", (H. R Daud dan Ahmad).

Juga kalimat tauhid ini merupakan kalimat talqin (pengingat) bagi orang yang sedang sukraratul maut (menjelang ajal tiba).

"Talqinkan orang yang hendak mati diantara kalian dengan mengucapkan لا اله الا الله", (H. R Muslim).

Penjabaran kalimat لا اله الا الله
لا اله الا الله berarti tiada tuhan kecuali Allah. لا merupakan nafi/tiada, اله munfi/yang ditiadakan oleh kalimat لا , kalimat الا adalah adat istisna, yaitu isbat/menyebutkan yang dinafikan oleh kalimat لا, sedangkan kalimat الله merupatkan mutsbit, yaitu yang disebutkan. Karena apabila dalam satu jumlah terdapat dua nafi, yaitu satu nafi dengan لا dan satu nafi dengan الا , maka kalimat sesudah الا itu sebut dan tidak termasuk dalam katagori yang dinafikan.

Yang dinafikan dalam jumlah لا اله adalah:
* لا معبود بحق فى الوجود yaitu tiada tuhan yang disembah dengan sebenarnya kecuali hanya Allah yang disembah dengan sebenar-benarnya.

Karena kata اله itu ada dua pengertian, yaitu pertama, اله معبود بحق  yaitu tuhan yang disembah dengan sebenar-benarnya dan itu hanya Allah Swt. Kedua, اله لا معبود بحق yaitu tuhan yang tiada disembah dengan sebenar-benarnya, dan ini merupakan tuhan-tuhan yang dijadikan oleh manusia untuk mereka sembah.

* لا مستغنيا عن كل ما سواه و مفتقرا اليه كل ما عداه yaitu tidak ada sesuatu pun yang terkaya dari Allah  dan sesutu yang selain Allah itu akan senantiasa berhajat kepada Allah. Alah itu yang Maha Kaya dan sesuatu yang lain berhajat kepada Allah.

* لا واجب الوجود yaitu tidak ada yang wajib ada selain Allah, hanya Allah lah yang wajib ada.

* لا مستحقا للعبادة بحق yaitu tiada yang berhak untuk disembah kecuali Allah lah yang berhak untuk disembah.

* لا خالق yaitu tiada ada yang menjadikan sekalian makhluk kecuali Allah yang menjadikan sekalian makhluk.

* لا رازق yaitu tiada yang mampu memberi rezki kepada seluruh makhluk kecuali Allah yang Maha memberi rizki kepada seluruh makhluk.

* لا محيي tiada yang mampu menghidupkan kecuali hanya Allah yang memberi kehidupan.

* لا مميت tiada yang mampu mematikan kecuali hanya Allah yang mampu mematikan.

* لا محرك yaitu tiada sesuatu pun yang mampu menggerakkan sesuatu kecuali Allah lah yang menggerakkan sesuatu.

* لا مسكن yaitu tiada sesutu pun yang mampu menetapkan kecuali hanya Allah yang Maha menetapkan.

* لا نافع yaitu tiada yang mampu memberikan manfaat kecuali hanya Allah yang memberikan manfaat.

* لا ضار yaitu tiada sesutu pun yang mampu memberi mudharat kecuali Allah lah yang Maha memberi mudharat.

* لا متصرف yaitu tiada yang mampu memalingkan kecuali Allah yang Maha memalingkan.

Kedua puluh sifat yang wajib dan mustahil kepada  Allah itu terkandung dalam kalimat لا اله الا اله. Ketika mengitsbatkan hanya Allah yang wajib disembah dengan sebenar-benarnya maka ini memaknai bahwa Allah itu wujud dan mustahil 'adam. 

Kesempurnaan sifat tuhan yang maujud itu adalah tuhan yang tidak pernah didahului oleh tiada, tidak ditakhirkan oleh fana, tentunya berbeda dengan sesuatu yang bahru, tidak tergantung kepada zat lain serta esa, yaitu ternafi dari kam muttasil-munfasil pada zat, ternafi kam muttasil-munfasil pada sifat, dan ternafi kam munfasil pada af'al.

Kam muttasil pada zat yaitu zat Allah terdiri dari anggota-anggota yang serupa dengan makhluk, ini ternafi pada zat Allah.

Kam munfasil pada zat yaitu ada zat lain yang serupa dengan zat Allah atau zat Allah menyerupai zat lain, ini juga ternafi.

Kam muttasil pada sifat yaitu Allah memiliki dua qudrah atau lainya, ini ternafi.

Kam munfasil pada sifat yaitu sifat Allah sama dengan sifat yang bahru atau sifat yang bahru sama dengan sifat Allah, ini juga ternafi.

Kam munfasil pada af'al adalah makhluk ini mempunyai perbuatan sama seperti perbuatan Allah, ini pun ternafi.

Ketika dinafikan kepada tuhan yang tiada ma'bud bihaq, maka ini bermakna bahwa Allah itu memiliki sifat qudrah, iradah, 'ilmu, hayat, sama', bashar dan mutakaliman.

Tuhan yang ma'bud bihaq adalah Allah yang menjadikan, terkaya, menjadikan, memberi rezki, menghidupkan, mematikan, menggerakkan, menetapkan, memberi manfaat, memberi mudharat dan yang memalingkan maka sebutlah sifat muridun, alimun, qadirun, hayyun, sami'un, bashirun dan mutakallimun pada Allah Swt.

Sedangkan makhluk adalah sesuatu yang tidak wajib ada, tidak mampu memberi manfaat dan mudharat maka ini merupakan makna dari sifat jaiz Allah yaitu فعل كل ممكن او تركه yaitu mengerjakan Allah Swt akan setiap yang mumkin (yaitu yang bukan mustahil bagi Allah) atau meninggalkan mengerjakannya.

Penjabaran kalimat محمد رسول الله
Jumlah محمد رسول الله adalah kalimat pengkuan bahwa nabi Muhammad Saw adalah rasul atau utusan Allah Swt.

Percaya serta mengimani bahwa nabi Muhammad merupakan seorang nabi dan rasul maka dalam kalimat ini mengandung sifat-sifat dari nabi.

Sifat yang dimiliki seorang nabi yaitu siddiq (benar) dan mustahil kizib (berdusta), amanah (kepercayaan yang sempurna) mustahil khianat, tabligh (menyampaikan) mustahil katmun (menyembunyikan, serta fathanah mustahil bodoh.

Dan nabi itu bersifat seperti sifat manusia biasa yangbtidak membawa kepada kehinaan atau kekurangan disisi Allah Swt