Monday, November 9, 2020

Tokoh-tokoh Tasawuf dari masa ke masa dan biografi nya

 usrah

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Tokoh-tokoh tasawuf dari masa ke masa serta biografinya.                                                      

a.    Tokoh Tasawuf pada Masa Klasik

Masa ini yaitu pada masa abad pertama dan kedua hijriyah belum bisa sepenuhnya disebut sebagai masa tasawuf tapi lebih tepat disebut sebagai masa kezuhudan. Tasawuf pada masa ini lebih bersifat amaliah dari pada bersifat pemikiran. Bentuk amaliah itu seperti memperbanyak ibadah, menyedikitkan makan dan minum, menyedikitkan tidur dan lain sebagainya. Diantara tokoh-tokoh tasawuf pada masa ini yaitu:

1.   Hasan Al-Basri

Nama lengkapnya adalah al-Hasan bin Abi al-Hasan Abu Sa’id. Dia dilahirkan di Madinah pada tahun 21 Hijriah/642 Masehi dan meninggal di Basrah pada tahun 110 Hijriah/728 M. Ia adalah  putera Zaid bin Tsabit, seorang budak bfudak yang tertangkap di Maisan, yang kemudian menjadi sekretaris Nabi Muhammad SAW. la memperoleh pendidikan di Basrah. la sempat bertemu dengan sahabat-sahabat Nabi, termasuk tujuh puluh diantara mereka yang mengikuti perang Badar.

lbunya adalah hamba sahaya bernama Ummu Salamah, istri Nabi. Ia tumbuh dalam lingkungan orang saleh yang mendalam pengetahuan agamanya. Ia menerima hadits dari sejumlah sahabat dan diriwayatkan bahwa Ali Ibn Abi Thalib mengagumi akan kehebatan ilmunya.

Dasar pendirian Hasan al-Basri adalah hidup zuhud terhadap dunia, menolak segala kemegahannya, hanya semata menuju kepada Allah, tawakal, khauf dan raja’. “Janganlah hanya semata-mata takut kepada Allah, tetapi ikutilah ketakutan dengan pengharapan. Takut akan murkaNya, tetapi mengharap akan rahmatNya.” Itulah ucapannya yang terkenal.

2.   Ibrahim bin Adham

Namanya adalah Ahu Ishaq Ibrahim bin Adham, lahir di Balkh dari keluarga bangsawan Arab. Dalam cerita sufia, ia dikatakan sebagai seorang pangeran yang meninggalkan istana dan mengembara menjalani hidup sebagai seorang pertapa sambil mencari nafkah yang halal hingga meninggal di negeri Persia kira-kira pada tahun 160 H/777 M.

Ibrahim bin Adham adalah salah seorang zahid di Khurasan yang sangat menonjol di zamannya. Kendatipun dia putera seorang raja dan pangeran kerajaan Balkh, dia tidak terpesona oleh kekuasaan dan kerajaan yang dibawahinya. Dia lebih suka memakai baju bulu domba yang kasar dan mengarahkan pandangannya ke negeri Syam (Syria), di mana ia hidup sebagai penjaga kebun dan kerja kasar lainnya. Suatu ketika ia ditanya: “Mengapa anda menjauhi orang banyak?” Dia menjawab: “Kupegang teguh agama di dadaku. Dengannya aku lari dari satu negeri ke negeri yang lain, dari bumi yang kutinggalkan menuju bumi yang akan kudatangi. Setiap orang yang melihatku menyangka aku seorang pengembala atau orang gila. Hal ini kulakukan dengan harapan aku bisa memelihara kehidupan beragamaku dari godaan setan dan menjaga keimananku, sehingga selamat sampai ke pintu gerbang kematian.

Demikian ungkapan dari seorang Ibrahim bin Adham tampak jelas betapa dia diliputi rasa takut, seperti halnya semua zahid semasanya, berusaha sungguh­sungguh demi akhirat, sikap zuhud terhadap dunia dan tindakan yang tidak mengenal kompromi dalam ketaatan yang dilakukannya.

3.   Rabi’ah al-Adawiyah

Nama lengkapnya ialah Ummu al-Khair Rabi’ah bin Isma’il al­Adawiyah al-Qisiyah. Informasi tentang biografinya begitu sedikit, dan sebagiannya hanya bercorak mitos. Dia lahir di Basrah pada ta­hun 96 H /713 M, lalu hidup sebagai hamba sahaya keluarga Atik. Dia berasal dari keluarga miskin dan dari kecil dia tinggal di kota kelahirannya. Di kota ini namanya sangat harum sebagai seorang manusia suci dan sangat dihormati oleh orang-orang saleh semasanya. Menurut sebuah riwayat dia meninggal pada tahun 185 H./801 M. Orang-orang mengatakan bahwa dia dikuburkan di dekat kota Jerussalem.

Isi pokok ajaran tasawuf Rabi’ah adalah tentang cinta. Karena itu, dia mengabdi, melakukan amal saleh bukan karena takut masuk neraka atau mengharap masuk surga, tetapi karena cintanya kepada Allah. Cintalah yang mendorongnya ingin selalu dekat dengan Allah dan cinta itu pulalah yang membuat ia sedih dan menangis karena takut terpisah dari yang dicintainya. Pendek kata, Allah baginya merupakan zat yang dicintai, bukan sesuatu yang harus ditakuti. Ia menolak semua tawaran kawin dengan alasan bahwa dirinya adalah milik Allah yang dicintainya, dan siapa yang ingin kawin dengannya haruslah meminta izin kepada Allah.

Disimpulkan bahwa Rabi’ah al-Adawiyah, pada abad dua hijriyah, telah merintis konsep zuhud dalam Islam berdasarkan cinta kepada Allah. Tetapi, dia tidak hanya berbicara tentang cinta Ilahi, namun juga menguraikan ajaran-ajaran tasawuf yang lain, seperti konsep zuhud, rasa sedih, rasa takut, rendah hati, tobat, ridha dan lain sebagainya.

b.     Tokoh Tasawuf pada masa Abad pertengahan

Masa ini sudah bisa dikatakan sebagai masa tasawuf, yaitu pada abad ketiga dan keempat hijriyah mendapat sebutan shufi. Diantara tokoh-tokoh tasawuf pada masa ini yaitu:

1.   Ma’ruf al-Karkhi

Namanya adalah Abu Muahfuz Ma’ruf bin Firuz al-Karkhi. Ia berasal dari Persia, namun hidupnya lebih lama di Bagdad. Ia meninggal di kota ini juga pada tahun 200 H / 815 M. Ma’ruf al-Karkhi dikenal sebagai sufi yang selalu diliputi rasa rindu kepada Allah sehingga ia digolongkan ke dalam kelompok auliya’. Dia dipandang sangat berjasa dalam meletakkan dasar-dasar tasawuf.

Ma’ruf al-Karkhi adalah orang pertama yang mengembangkan tasawufnya dari paham cinta (al-hubb) yang dibawa oleh Rabi’ah al-Adawiyah. Ia mengatakan bahwa timbulnya rasa cinta kepada Allah itu bukan karena diusahakan melalui belajar, tetapi datangnya semata-mata karena karunia Allah. Kalau dahulu hidup kerohanian, terutama bertujuan untuk membebaskan diri dari siksa akhirat, sekarang bagi Ma’ruf al-Karkhi, bertujuan sebagai sarana untuk memperoleh ma’rifah kepada Allah.

2.   Abu al-Hasan Surri al-Saqti

Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Surri al-Muglisi al-Saqti. Dia adalah murid Ma’ruf al-Karkhi dan paman al-Junaidi dan merupakan tokoh sufi terkemuka di Bagdad. Ia meninggal pada tahun 253 H / 867 M dalam usia 98 tahun.

Dalam menjalankan ajaran tasawuf, dia beramal siang - malam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan penuh khusu’ dan tawadu’. Siang dan malam yang dia lalui tidaklah berarti tanpa diisi dengan ibadah dan pengabdian. Karena hanya dengan memperbanyak ibadah dan pengabdian itulah, menurutnya dia dapat bertemu dengan Tuhan, dan pertemuan dengan Tuhan itu meruakan puncak keabadian yang sejati.

Dengan terkonsentrasinya pikiran dan perasaan, hilangnya tabir antara seorang sufi dengan Tuhan maka tidak ada lagi yang dirasa dan dipikirkannya kecuali wujud Tuhan. Keadaan seperti ini disebut fana’ yang dipahami sebagai hilangnya sensasi, sehingga ia tidak merasa lagi adanya wujud yang lainnya.

3.   Abu Sulaiman al-Darani

Nama lengkapnya ialah Abu Sulaiman Abdurrahman bin Utbah al-Darani. Dia dilahirkan di Daran, sebuah kampung di kawasan Damakus, dan meninggal pada tahun 215 H / 830 M. Dia adalah murid Ma’ruf dan merupakan tokoh sufi terkemuka, seorang ‘arif dan hidupnya sangat wara’. Hidup kerohaniannya penuh diliputi dengan kebersihan jiwa dan kesucian pribadi.

Diantara ucapan-ucapannya yang mengandung ajaran kerohanian adalah : “Orang tidak dapat bersikap zuhud terhadap pesona dunia, kecuali orang yang kalbunya diisi Allah dengan nur-Nya sehingga segenap rasa dan pikirannya tertuju kepada masalah-masalah akhirat saja”. Kemudian, dia juga pernah berkata : “Orang yang ‘arif, kalau telah terbuka penglihatan mata kakinya, kaburlah penglihatan mata lahirnya, sehingga tidak satupun yang dilihatnya, kecuali yang satu, Tuhan”. Dalam sejarahnya al-Darani dikenal sebagai salah seorang sufi yang banyak membahas tentang ma’rifah dan hakikat.

c.    Tokoh Tasawuf pada Masa Modern

Masa ini disebut juga sebagai masa konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan dasar aslinya yaitu Alqur’an dan Hadits yang sering disebut juga dengan tasawuf sunny yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi sunnah Nabi dan para sahabat. Diantara tokoh-tokoh tasawuf pada masa ini adalah:

1. Al-Qusyairi

Nama lengkap al-Qusyairi adalah Abdul Karim bin Hawazin, lahir tahun 376 H di Istiwa, kawasan Nishafur, salah satu pusat ilmu pengetahuan pada masanya. Dan Al-Qusyairi wafat tahun 465 H.

Ajaran-ajaran Taswuf  Al-Qusyairi adalah mengembalikan tasawuf ke landasan Ahlussunnah. Seandainya karya al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, dikaji secara medalam, akan tampak secara jelas bagaimana Al-Qusyairi cenderung mengembalikan tasawuf ke atas landasan doktrin Ahlu Sunnah, sebagaimana pernyataannya, “Ketahuilah ! Para tokoh aliran ini (maksudnya para sufi) membina prinsip-prinsip tasawuf atas landasan tauhid yang benar, sehingga terpeliharalah doktrin mereka dari penyimpangan. Selain itu mereka lebih dekat dengan tauhid kaum salaf maupun Ahlu Sunnah, yang tidak tertandingi serta mengenal macet. Merekapun tahu hak yang lama, dan bisa mewujudkan sifat sesuatu yang diadakan dari ketiadaannya. Karena itu, tokoh aliran ini. Selain ajaran mengembalikan tasawuf ke landasan sunnah, Al-Qusyairi juga memberikan ajaran-ajaran tasawuf lainnya seperti, kesehatan batin, penyimpangan para sufi dan urutan maqamat menurut Al-Qusyairi.

2. Al-Ghazali             

Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin ta’us Ath-thusi Asy-Syafi’i Al-Ghazali. Ia dipanggil Al-Ghazali karena ia lahir di Ghazalah suatu kota di Kurasan, Iran, tahun 450 H/1058 M, ayahnya seorang pemintal kain wol miskin yang taat.

Di dalam tasawufnya, Al-Ghazali memilih tasawuf sunni berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah Nabi ditambah dengan doktrin Ahlu Al Sunnah wa Al-jama’ah. Menurut Al-Ghazali, jalan menuju tasawuf baru dapat dicapai dengan mematahkan hambatan-hambatan jiwa, serta membersihkan diri dari moral yang tercela, sehingga kalbu dapat lepas dari segala sesuatu yang selain Allah dan berhias dengan selalu mengingat Allah. Ia pun berpendapat bahwa sosok sufi adalah menempuh jalan kepada Allah, dan perjalanan hidup mereka adalah yang terbaik, jalan mereka adalah jalan yang paling benar, dan moral mereka adalah yang paling bersih. Sebab, gerak dan diam mereka, baik lahir maupun batin, diambil dari cahaya kenabian. Selain cahaya kenabian di dunia ini, tidak ada lagi cahaya yang lebih mampu member penerangan.

d.   Tokoh Tasawuf pada Masa Kontemporer

Masa ini adalah masa yang ditandai dengan munculnya falsafi yakni tasawuf yang memadukan antara rasa dan rasio, tasawuf bercampur dengan filsafat terutama filsafat yunani. Pengalaman-pengalaman yang diklaim sebagia persatuan anatara Tuhan dan hamba kemudian diteorisasikan dalam bentuk pemikiran seperti konsep Wahdatul Wujud. Tokoh-tokoh pada masa ini antara lain :

1.   Ibn Arabi

Nama lengkapnya Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath Tha’i Al-Haitami. Ia lahir di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol, tahun 560 H. karya yang telah dihasilkannya antara lain Al-Futuhat Al-Makkiyah, tarjuman Al-Asuywan dan masih banyak lagi.

Ajaran tasawuf dari Ibn Arabi adalah wahdatul wujud ( kesatuan wujud ) yaitu bahwa wujud semua yang ada ini hanyalah satu dan pada hakekatnya wujud makhluk adalah wujud khalik pula. Tidak ada perbedaan antara keduanya dari segi hakekat. Menurut Ibn Arabi, wujud alam pada hakikatnya adalah wujud Allah dan Allah adalah hakikat alam. Tidak ada perbedaan antara a’bid ( menyembah ) dengan ma’buat ( yang disembah ), keduanya adalah satu.

Selain itu ajaran tasawuf Ibn Arabi adalah Al-Haqiqat Ul Muhammadiyah, alam ini tidak dapat dipisahkan dadri ajaran hakikat muhammadiyah atau nur Muhammad. Menurut beliau, tahapan-tahapan kejadian proses penciptaan alam dan hubungan dengan kedua ajaran itu dapat dijelaskan sebagai wujud Tuhan sebagai wujud mutlak dan wujud hakekat muhammadiyah sebagai emanasi ( pelimpahan ) pertama dari wujud Tuhan kemudian muncullah yang wujud dengan proses tahapan penciptaan alam semesta.

2.   Umar Ibn Al-Faridh

Umar Ibn Al-Faridh berasal dari Homat ( Tanah Syam ), lahir di Kairo, Mesir. Ia hidup dari tahun 1181-1235 M. Selama hidupnya ia tinggal di Mekkah dan ia meninggal di Kairo. Dia terkenal dengan keistimewaannya mengubah syair pencintaan kepada Tuhan. Syair yang bernilai tinggi dalam lapangan kecintaan kepada Tuhan. Dorongan rasa keindahan dalam jiwa yang sejati. Sama sekali adalah kesaksian terhadap yang haq, yang mutlak dan jujur, timbul dari kebersihan jiwa dan terang jernihnya penglihatan mata rohani.

Syair kecintaan pada Tuhan dari Ibnu Faridh telah menimbulkan inspirasi bagi berpuluh dan beratus penyair lain, sehingga sesudah abad keenam dan ketujuh lahir syair-syair shufiyah.

3.   Ibnu Sabi’in

Nama lengkapnya Ibnu Sabi’in adalah ‘Abdul Haqq bin Ibrahim Muhammad bin Nashr. Dilahirkan pada tahun 614 H (1216/1217) M di Murcia, Spanyol. Dia adalah seorang sufi yang juga filosofnya dari Andalusia.

Ajaran-ajaran tasawufnya yakni, Paham kesatuan mutlak, yaitu wujud adalah satu alias wujud Allah semata. Ibn Sabi’in menempatkan ketuhanan pada tempat yang pertama. Wujud Allah, menurutnya adalah asal segala yang ada pada masa lalu, masa kini maupun masa depan. Sementara wujud materi yang tampak justru dirujukan pada wujud mutlak yang rohaniah. Pendapat Ibn Sabi’in tentang kesatuan mutlak tersebut, merupakan dasar dari paham, khususnya tentang para pencapai kesatuan mutlak ataupun pengakraban dengan Allah.

4.   Ibn Masarrah

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Massarah. Ia lahir di Cordova, Andalusia pada tahun 269 H/883 M. Ibn Masarrah merupakan seorang sufi sekaligus filosof dari Andalusia juga. Ia memberikan pengaruh besar terhadap esoteric mazhab Al-Mariyyah. Ia termasuk sufi aliran ittihadiyyah. Ia penganut sejati aliran Mu'tazilah. Namun berpaling pada mazhab Neoplatonisme. Oleh karena itu ia dituduh mencoba menghidupkan kembali filsafat Yunani kuno.

Ajaran tasawufnya yaitu, Jalan menuju keselamatan adalah menyucikan jiwa, zuhud dan mahabbah, Dengan penakwilan ala philun ( aliran isma’iliyyah ) terhadap ayat-ayat Al-Qur'an, ia menolak adanya kebangkitan jasmani dan siksa neraka bukanlah dalam bentuk yang hakikat.

 

 

BAB 3 PENUTUPAN

A. Kesimpulan

      1.      Tokoh-tokoh tasawuf pada masa  klasik yaitu hasan al-basri dengan kehidupan zuhudnya, Ibrahim Ibn Adham dengan kehidupan zuhudnya juga dan Rabi’ah al Adawiyah dengan Cintanya kepada Allah.

2.      Tokoh-tokoh tasawuf pada masa abad pertengahan yaitu  Ma’ruf al-Karkhi dengan cintanya terhadap allah, Abu al-Hasan al-Saqti dengan pengabdiannya sebagai hamba Allah dan Abu Sulaiman al-Darani dengan kerohanian hidupnya.

3.      Tokoh-tokoh pada masa modern yaitu  ada Al-Qusyairi dan Al-Ghazzali sama-sama dengan ajaran tasawufnya yakni sunni.

4.      Tokoh-tokoh pada masa kontemporer yaitu  Ibnu Arabi dengan kehidupan yang wahdatul wujud, Umar Ibn Faridh dengan syair kesufiannya, Ibnu Sabi’in dengan ajaran mengembalikan wujud allah, dan Ibnu Masarrah yaitu dengan ajarannya keselamatan adalah dengan mensucikan jiwa.

B.     Saran

            Kita sebagai umat islam wajib mempelajari dan mendalami ilmu tasawuf karena dengan kita mempelajari dan mendalami ilmu tasawuf hidup kita menjadi lebih tenang dengan kita mendekatkan diri kepada Allah secara langsung. Senlain itu, dengan kita mengetahui ilmu tasawuf insya allah kita selalu berada dijalan kebenaran dan kebaikan.dan dengan belajar tasawuf berarti kita membersihkan diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengikuti seluruh perintah nya.

 

C. Daftar pustaka

Khoiri,Alwan. Akhlak dan Tasawuf. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga. 2005

Aceh, Abu Bakar. 1984. Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf. Solo:Ramadhani

Affifi, A.E. 1938. The Mystic Philosophy of Muhyid Dîn Ibnul

― Arabî. Lahore: Ashraf.

Ahmad, Zainal Abidin. 1975. Riwayat Hidup al-Ghazâlî. Jakarta:

Bulan Bintang,

 

0 komentar:

Post a Comment