usrah
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Tokoh-tokoh tasawuf dari masa ke masa serta biografinya.
a. Tokoh Tasawuf pada Masa Klasik
Masa
ini yaitu pada masa abad pertama dan kedua hijriyah belum bisa sepenuhnya
disebut sebagai masa tasawuf tapi lebih tepat disebut sebagai masa kezuhudan.
Tasawuf pada masa ini lebih bersifat amaliah dari pada bersifat pemikiran.
Bentuk amaliah itu seperti memperbanyak ibadah, menyedikitkan makan dan minum,
menyedikitkan tidur dan lain sebagainya. Diantara tokoh-tokoh tasawuf pada masa
ini yaitu:
1. Hasan Al-Basri
Nama
lengkapnya adalah al-Hasan bin Abi al-Hasan Abu Sa’id. Dia dilahirkan di
Madinah pada tahun 21 Hijriah/642 Masehi dan meninggal di Basrah pada tahun 110
Hijriah/728 M. Ia adalah putera Zaid bin
Tsabit, seorang budak bfudak yang tertangkap di Maisan, yang kemudian menjadi
sekretaris Nabi Muhammad SAW. la memperoleh pendidikan di Basrah. la sempat
bertemu dengan sahabat-sahabat Nabi, termasuk tujuh puluh diantara mereka yang
mengikuti perang Badar.
lbunya
adalah hamba sahaya bernama Ummu Salamah, istri Nabi. Ia tumbuh dalam
lingkungan orang saleh yang mendalam pengetahuan agamanya. Ia menerima hadits
dari sejumlah sahabat dan diriwayatkan bahwa Ali Ibn Abi Thalib mengagumi akan
kehebatan ilmunya.
Dasar
pendirian Hasan al-Basri adalah hidup zuhud terhadap dunia, menolak segala
kemegahannya, hanya semata menuju kepada Allah, tawakal, khauf dan raja’.
“Janganlah hanya semata-mata takut kepada Allah, tetapi ikutilah ketakutan
dengan pengharapan. Takut akan murkaNya, tetapi mengharap akan rahmatNya.”
Itulah ucapannya yang terkenal.
2. Ibrahim bin Adham
Namanya
adalah Ahu Ishaq Ibrahim bin Adham, lahir di Balkh dari keluarga bangsawan
Arab. Dalam cerita sufia, ia dikatakan sebagai seorang pangeran yang
meninggalkan istana dan mengembara menjalani hidup sebagai seorang pertapa
sambil mencari nafkah yang halal hingga meninggal di negeri Persia kira-kira
pada tahun 160 H/777 M.
Ibrahim bin Adham adalah salah seorang zahid di Khurasan yang sangat menonjol di zamannya. Kendatipun dia putera seorang raja dan pangeran kerajaan Balkh, dia tidak terpesona oleh kekuasaan dan kerajaan yang dibawahinya. Dia lebih suka memakai baju bulu domba yang kasar dan mengarahkan pandangannya ke negeri Syam (Syria), di mana ia hidup sebagai penjaga kebun dan kerja kasar lainnya. Suatu ketika ia ditanya: “Mengapa anda menjauhi orang banyak?” Dia menjawab: “Kupegang teguh agama di dadaku. Dengannya aku lari dari satu negeri ke negeri yang lain, dari bumi yang kutinggalkan menuju bumi yang akan kudatangi. Setiap orang yang melihatku menyangka aku seorang pengembala atau orang gila. Hal ini kulakukan dengan harapan aku bisa memelihara kehidupan beragamaku dari godaan setan dan menjaga keimananku, sehingga selamat sampai ke pintu gerbang kematian.
Demikian ungkapan dari seorang Ibrahim bin Adham tampak jelas betapa dia diliputi rasa takut, seperti halnya semua zahid semasanya, berusaha sungguhsungguh demi akhirat, sikap zuhud terhadap dunia dan tindakan yang tidak mengenal kompromi dalam ketaatan yang dilakukannya.
3. Rabi’ah al-Adawiyah
Nama lengkapnya ialah Ummu al-Khair Rabi’ah bin Isma’il alAdawiyah al-Qisiyah. Informasi tentang biografinya begitu sedikit, dan sebagiannya hanya bercorak mitos. Dia lahir di Basrah pada tahun 96 H /713 M, lalu hidup sebagai hamba sahaya keluarga Atik. Dia berasal dari keluarga miskin dan dari kecil dia tinggal di kota kelahirannya. Di kota ini namanya sangat harum sebagai seorang manusia suci dan sangat dihormati oleh orang-orang saleh semasanya. Menurut sebuah riwayat dia meninggal pada tahun 185 H./801 M. Orang-orang mengatakan bahwa dia dikuburkan di dekat kota Jerussalem.
Isi pokok ajaran tasawuf Rabi’ah adalah tentang cinta. Karena itu, dia mengabdi, melakukan amal saleh bukan karena takut masuk neraka atau mengharap masuk surga, tetapi karena cintanya kepada Allah. Cintalah yang mendorongnya ingin selalu dekat dengan Allah dan cinta itu pulalah yang membuat ia sedih dan menangis karena takut terpisah dari yang dicintainya. Pendek kata, Allah baginya merupakan zat yang dicintai, bukan sesuatu yang harus ditakuti. Ia menolak semua tawaran kawin dengan alasan bahwa dirinya adalah milik Allah yang dicintainya, dan siapa yang ingin kawin dengannya haruslah meminta izin kepada Allah.
Disimpulkan bahwa Rabi’ah al-Adawiyah, pada
abad dua hijriyah, telah merintis konsep zuhud dalam Islam berdasarkan cinta
kepada Allah. Tetapi, dia tidak hanya berbicara tentang cinta Ilahi, namun juga
menguraikan ajaran-ajaran tasawuf yang lain, seperti konsep zuhud, rasa sedih,
rasa takut, rendah hati, tobat, ridha dan lain sebagainya.
b. Tokoh Tasawuf pada masa Abad pertengahan
Masa ini sudah bisa dikatakan sebagai masa tasawuf,
yaitu pada abad ketiga dan keempat hijriyah mendapat sebutan shufi. Diantara
tokoh-tokoh tasawuf pada masa ini yaitu:
1. Ma’ruf al-Karkhi
Namanya
adalah Abu Muahfuz Ma’ruf bin Firuz al-Karkhi. Ia berasal dari Persia, namun
hidupnya lebih lama di Bagdad. Ia meninggal di kota ini juga pada tahun 200 H /
815 M. Ma’ruf al-Karkhi dikenal sebagai sufi yang selalu diliputi rasa rindu
kepada Allah sehingga ia digolongkan ke dalam kelompok auliya’. Dia dipandang
sangat berjasa dalam meletakkan dasar-dasar tasawuf.
Ma’ruf
al-Karkhi adalah orang pertama yang mengembangkan tasawufnya dari paham cinta
(al-hubb) yang dibawa oleh Rabi’ah al-Adawiyah. Ia mengatakan bahwa timbulnya
rasa cinta kepada Allah itu bukan karena diusahakan melalui belajar, tetapi
datangnya semata-mata karena karunia Allah. Kalau dahulu hidup kerohanian,
terutama bertujuan untuk membebaskan diri dari siksa akhirat, sekarang bagi
Ma’ruf al-Karkhi, bertujuan sebagai sarana untuk memperoleh ma’rifah kepada
Allah.
2. Abu al-Hasan Surri al-Saqti
Nama
lengkapnya adalah Abu al-Hasan Surri al-Muglisi al-Saqti. Dia adalah murid
Ma’ruf al-Karkhi dan paman al-Junaidi dan merupakan tokoh sufi terkemuka di
Bagdad. Ia meninggal pada tahun 253 H / 867 M dalam usia 98 tahun.
Dalam
menjalankan ajaran tasawuf, dia beramal siang - malam untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, dengan penuh khusu’ dan tawadu’. Siang dan malam yang dia
lalui tidaklah berarti tanpa diisi dengan ibadah dan pengabdian. Karena hanya
dengan memperbanyak ibadah dan pengabdian itulah, menurutnya dia dapat bertemu
dengan Tuhan, dan pertemuan dengan Tuhan itu meruakan puncak keabadian yang
sejati.
Dengan
terkonsentrasinya pikiran dan perasaan, hilangnya tabir antara seorang sufi
dengan Tuhan maka tidak ada lagi yang dirasa dan dipikirkannya kecuali wujud
Tuhan. Keadaan seperti ini disebut fana’ yang dipahami sebagai hilangnya
sensasi, sehingga ia tidak merasa lagi adanya wujud yang lainnya.
3. Abu Sulaiman al-Darani
Nama
lengkapnya ialah Abu Sulaiman Abdurrahman bin Utbah al-Darani. Dia dilahirkan
di Daran, sebuah kampung di kawasan Damakus, dan meninggal pada tahun 215 H /
830 M. Dia adalah murid Ma’ruf dan merupakan tokoh sufi terkemuka, seorang
‘arif dan hidupnya sangat wara’. Hidup kerohaniannya penuh diliputi dengan
kebersihan jiwa dan kesucian pribadi.
Diantara
ucapan-ucapannya yang mengandung ajaran kerohanian adalah : “Orang tidak dapat
bersikap zuhud terhadap pesona dunia, kecuali orang yang kalbunya diisi Allah
dengan nur-Nya sehingga segenap rasa dan pikirannya tertuju kepada
masalah-masalah akhirat saja”. Kemudian, dia juga pernah berkata : “Orang yang
‘arif, kalau telah terbuka penglihatan mata kakinya, kaburlah penglihatan mata
lahirnya, sehingga tidak satupun yang dilihatnya, kecuali yang satu, Tuhan”.
Dalam sejarahnya al-Darani dikenal sebagai salah seorang sufi yang banyak
membahas tentang ma’rifah dan hakikat.
c. Tokoh Tasawuf pada Masa Modern
Masa
ini disebut juga sebagai masa konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan dasar
aslinya yaitu Alqur’an dan Hadits yang sering disebut juga dengan tasawuf sunny
yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi sunnah Nabi dan para sahabat. Diantara
tokoh-tokoh tasawuf pada masa ini adalah:
1.
Al-Qusyairi
Nama
lengkap al-Qusyairi adalah Abdul Karim bin Hawazin, lahir tahun 376 H di
Istiwa, kawasan Nishafur, salah satu pusat ilmu pengetahuan pada masanya. Dan
Al-Qusyairi wafat tahun 465 H.
Ajaran-ajaran Taswuf Al-Qusyairi adalah mengembalikan tasawuf ke landasan Ahlussunnah. Seandainya karya al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, dikaji secara medalam, akan tampak secara jelas bagaimana Al-Qusyairi cenderung mengembalikan tasawuf ke atas landasan doktrin Ahlu Sunnah, sebagaimana pernyataannya, “Ketahuilah ! Para tokoh aliran ini (maksudnya para sufi) membina prinsip-prinsip tasawuf atas landasan tauhid yang benar, sehingga terpeliharalah doktrin mereka dari penyimpangan. Selain itu mereka lebih dekat dengan tauhid kaum salaf maupun Ahlu Sunnah, yang tidak tertandingi serta mengenal macet. Merekapun tahu hak yang lama, dan bisa mewujudkan sifat sesuatu yang diadakan dari ketiadaannya. Karena itu, tokoh aliran ini. Selain ajaran mengembalikan tasawuf ke landasan sunnah, Al-Qusyairi juga memberikan ajaran-ajaran tasawuf lainnya seperti, kesehatan batin, penyimpangan para sufi dan urutan maqamat menurut Al-Qusyairi.
2.
Al-Ghazali
Nama
lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin ta’us Ath-thusi Asy-Syafi’i
Al-Ghazali. Ia dipanggil Al-Ghazali karena ia lahir di Ghazalah suatu kota di
Kurasan, Iran, tahun 450 H/1058 M, ayahnya seorang pemintal kain wol miskin
yang taat.
Di
dalam tasawufnya, Al-Ghazali memilih tasawuf sunni berdasarkan Al-Qur'an dan
sunnah Nabi ditambah dengan doktrin Ahlu Al Sunnah wa Al-jama’ah. Menurut
Al-Ghazali, jalan menuju tasawuf baru dapat dicapai dengan mematahkan
hambatan-hambatan jiwa, serta membersihkan diri dari moral yang tercela,
sehingga kalbu dapat lepas dari segala sesuatu yang selain Allah dan berhias
dengan selalu mengingat Allah. Ia pun berpendapat bahwa sosok sufi adalah
menempuh jalan kepada Allah, dan perjalanan hidup mereka adalah yang terbaik,
jalan mereka adalah jalan yang paling benar, dan moral mereka adalah yang
paling bersih. Sebab, gerak dan diam mereka, baik lahir maupun batin, diambil
dari cahaya kenabian. Selain cahaya kenabian di dunia ini, tidak ada lagi cahaya
yang lebih mampu member penerangan.
d. Tokoh Tasawuf pada Masa Kontemporer
Masa
ini adalah masa yang ditandai dengan munculnya falsafi yakni tasawuf yang
memadukan antara rasa dan rasio, tasawuf bercampur dengan filsafat terutama
filsafat yunani. Pengalaman-pengalaman yang diklaim sebagia persatuan anatara
Tuhan dan hamba kemudian diteorisasikan dalam bentuk pemikiran seperti konsep
Wahdatul Wujud. Tokoh-tokoh pada masa ini antara lain :
1. Ibn Arabi
Nama
lengkapnya Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath Tha’i Al-Haitami. Ia
lahir di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol, tahun 560 H. karya yang telah
dihasilkannya antara lain Al-Futuhat Al-Makkiyah, tarjuman Al-Asuywan dan masih
banyak lagi.
Ajaran
tasawuf dari Ibn Arabi adalah wahdatul wujud ( kesatuan wujud ) yaitu bahwa
wujud semua yang ada ini hanyalah satu dan pada hakekatnya wujud makhluk adalah
wujud khalik pula. Tidak ada perbedaan antara keduanya dari segi hakekat.
Menurut Ibn Arabi, wujud alam pada hakikatnya adalah wujud Allah dan Allah
adalah hakikat alam. Tidak ada perbedaan antara a’bid ( menyembah ) dengan
ma’buat ( yang disembah ), keduanya adalah satu.
Selain
itu ajaran tasawuf Ibn Arabi adalah Al-Haqiqat Ul Muhammadiyah, alam ini tidak
dapat dipisahkan dadri ajaran hakikat muhammadiyah atau nur Muhammad. Menurut
beliau, tahapan-tahapan kejadian proses penciptaan alam dan hubungan dengan
kedua ajaran itu dapat dijelaskan sebagai wujud Tuhan sebagai wujud mutlak dan
wujud hakekat muhammadiyah sebagai emanasi ( pelimpahan ) pertama dari wujud
Tuhan kemudian muncullah yang wujud dengan proses tahapan penciptaan alam
semesta.
2. Umar Ibn Al-Faridh
Umar
Ibn Al-Faridh berasal dari Homat ( Tanah Syam ), lahir di Kairo, Mesir. Ia
hidup dari tahun 1181-1235 M. Selama hidupnya ia tinggal di Mekkah dan ia
meninggal di Kairo. Dia terkenal dengan keistimewaannya mengubah syair
pencintaan kepada Tuhan. Syair yang bernilai tinggi dalam lapangan kecintaan
kepada Tuhan. Dorongan rasa keindahan dalam jiwa yang sejati. Sama sekali
adalah kesaksian terhadap yang haq, yang mutlak dan jujur, timbul dari
kebersihan jiwa dan terang jernihnya penglihatan mata rohani.
Syair kecintaan pada Tuhan dari Ibnu Faridh telah menimbulkan inspirasi bagi berpuluh dan beratus penyair lain, sehingga sesudah abad keenam dan ketujuh lahir syair-syair shufiyah.
3. Ibnu Sabi’in
Nama
lengkapnya Ibnu Sabi’in adalah ‘Abdul Haqq bin Ibrahim Muhammad bin Nashr.
Dilahirkan pada tahun 614 H (1216/1217) M di Murcia, Spanyol. Dia adalah
seorang sufi yang juga filosofnya dari Andalusia.
Ajaran-ajaran tasawufnya yakni, Paham kesatuan mutlak, yaitu wujud adalah satu alias wujud Allah semata. Ibn Sabi’in menempatkan ketuhanan pada tempat yang pertama. Wujud Allah, menurutnya adalah asal segala yang ada pada masa lalu, masa kini maupun masa depan. Sementara wujud materi yang tampak justru dirujukan pada wujud mutlak yang rohaniah. Pendapat Ibn Sabi’in tentang kesatuan mutlak tersebut, merupakan dasar dari paham, khususnya tentang para pencapai kesatuan mutlak ataupun pengakraban dengan Allah.
4. Ibn Masarrah
Nama
lengkapnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Massarah. Ia lahir di Cordova,
Andalusia pada tahun 269 H/883 M. Ibn Masarrah merupakan seorang sufi sekaligus
filosof dari Andalusia juga. Ia memberikan pengaruh besar terhadap esoteric
mazhab Al-Mariyyah. Ia termasuk sufi aliran ittihadiyyah. Ia penganut sejati
aliran Mu'tazilah. Namun berpaling pada mazhab Neoplatonisme. Oleh karena itu
ia dituduh mencoba menghidupkan kembali filsafat Yunani kuno.
Ajaran
tasawufnya yaitu, Jalan menuju keselamatan adalah menyucikan jiwa, zuhud dan
mahabbah, Dengan penakwilan ala philun ( aliran isma’iliyyah ) terhadap
ayat-ayat Al-Qur'an, ia menolak adanya kebangkitan jasmani dan siksa neraka
bukanlah dalam bentuk yang hakikat.
BAB 3 PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
1.
Tokoh-tokoh tasawuf pada masa
klasik yaitu hasan al-basri dengan kehidupan zuhudnya, Ibrahim Ibn Adham
dengan kehidupan zuhudnya juga dan Rabi’ah al Adawiyah dengan Cintanya kepada
Allah.
2. Tokoh-tokoh tasawuf pada masa abad pertengahan
yaitu Ma’ruf al-Karkhi dengan cintanya
terhadap allah, Abu al-Hasan al-Saqti dengan pengabdiannya sebagai hamba Allah
dan Abu Sulaiman al-Darani dengan kerohanian hidupnya.
3. Tokoh-tokoh pada masa modern yaitu ada Al-Qusyairi dan Al-Ghazzali sama-sama
dengan ajaran tasawufnya yakni sunni.
4. Tokoh-tokoh pada masa kontemporer
yaitu Ibnu Arabi dengan kehidupan yang
wahdatul wujud, Umar Ibn Faridh dengan syair kesufiannya, Ibnu Sabi’in dengan
ajaran mengembalikan wujud allah, dan Ibnu Masarrah yaitu dengan ajarannya
keselamatan adalah dengan mensucikan jiwa.
B. Saran
Kita sebagai umat islam wajib
mempelajari dan mendalami ilmu tasawuf karena dengan kita mempelajari dan
mendalami ilmu tasawuf hidup kita menjadi lebih tenang dengan kita mendekatkan
diri kepada Allah secara langsung. Senlain itu, dengan kita mengetahui ilmu
tasawuf insya allah kita selalu berada dijalan kebenaran dan kebaikan.dan
dengan belajar tasawuf berarti kita membersihkan diri dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT dan mengikuti seluruh perintah nya.
C. Daftar pustaka
Khoiri,Alwan. Akhlak dan Tasawuf. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga. 2005
Aceh, Abu Bakar. 1984. Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf. Solo:Ramadhani
Affifi, A.E. 1938. The Mystic Philosophy of Muhyid Dîn Ibnul
― Arabî. Lahore: Ashraf.
Ahmad, Zainal Abidin. 1975. Riwayat Hidup al-Ghazâlî. Jakarta:
Bulan Bintang,
0 komentar:
Post a Comment