Monday, August 19, 2019

Retrospeksi 74 Tahun Indonesia Mardeka: Sampai Dimanakah Penerapan Pancasila?

Hari ini 17 Agustus 2019 merupakan hari ulang tahun Indonesia Mardeka ke 74 sejak 17 Agustus 1945.

74 tahun kemerdekaan ini bukanlah waktu yang sebentar, tapi sudah setengah abad lebih Indonesia ini mardeka dari penjajahan.

Kemardekaan adalah cita-cita setiap anak bangsa, tidak ada anak bangsa yang ingin dijajah, baik dijajah oleh negara lain atau dijajah oleh bangsanya sendiri.

Indonesia juga suatu negara yang luas, dari Sabang sampai Marauke, terdiri dari beberapa pulau besar dan didalamnya dihuni oleh puluhan suku dan kemajemukan dalam bergama.

Setelah kemardekaan, Indonesia menganut Pancasila sebagai asas negara. Pancasila merupakan 5 asas yang ingin diterapkan dalam kehidupan rakyat Indonesia dalam mengisi kemardekaan.

5 asas Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/pwrwakilan dan Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Melihat Kembali Asas Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-hari

Sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu rakyat Indonesia itu wajib memiliki kepercayaan keagamaan terhadap Tuhan, artinya rakyat Indonesia bukanlah Komunis atau pun Atheis.

Ketuhanan dalam bahasa Arab adalah "Ilahiyah", yaitu sifat-sifat ketuhanan. Tuhan yang memiliki sifat ilahiyah merupakan Tuhan Yang Maha Esa. 

Dalam diri zat tuhan yang disembah memiliki sifat-sifat ketuhanan, sifat-sifat ketuhanan inilah yang membedakan tuhan yang sebenarnya (Ilahun ma'bud bihaq) dengan tuhan pura-pura (Ilahun ma'bud labihaq).

Imam Asy'ary menyebutkan bahwa tuhan itu tidak teelepas dari sifat-sifat yang wajib bagi Nya sehingga Ia sah menjadi Tuhan dan menafikan sifat-sifat lawannya agar ia tidak memiliki kekurangan sebagai Tuhan.

Diantara sifat ketuhanan yang wajib dimiliki oleh Tuhan adalah sifat Nya sebagai Yang Maha Esa. Yaitu Tuhan yang tidak berbilang-bilang (ta'adud), Tuhan itu Maha Esa pada zat Nya, sifat Nya dan af'al  Nya (perbuatan).

Untuk menjabarkan keesaan Tuhan, maka ditiadakan (nafi) bilangan-bilangan (kam), baik bilangan (kam) bersabung (muttasil) dan bilangan (kam) berpisah (munfasil) pada zat, bilangan (kam) bersambung (muttasil) dan bilangan (kam) berpisah (munfasil) pada sifat, serta bilangan (kam) berpisah (munfasil) pada perbuatan (af'al).

Jadi, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah bertuhan dengan tuhan yang esa, yaitu sebagaimana lafal tauhid "la ilaha illallah" (tiada tuhan selain Allah).

"Katakan (hai Muhammad), Dia (Allah) adalah Allah Yang Esa", (Q. S Al-Ikhlas: 1).

Sila kedua, Kemanusian Yang Adil dan Beradab. Yaitu memanusiakan manusia dengan memperlakukan mereka secara adil dan secara beradab.

Adil adalah dimana semua orang mendapat hak menurut kewajibannya. Kata adil murapakan suatu sikap yang tidak memihak atau sama rata, tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang yang tentunya tidak pilih kasih.

"Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya. Dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia, hendaknya kamu menetapkanya dengan adil. Sesungguhnya Allah sebaik-baik yang memberi lengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat", (Q. S An-Nisa: 58).

Hakikatnya, dalam menjalankan Pancasila sila kedua, seluruh masyarakat sama dimata hukum, baik yang punya jabatan, kekayaan atau rakyat jelata. Tidak ada suatu dalih pun yang membedakan hukum, ketika rakyat harus dihukum ketika melakukan ini, maka pejabat pun harus dihukum ketika melakukan ini juga. Ikatan hukum yang berlaku di Indonesia adalah ikatan yang berlaku untuk semua lapisan masyarakat.

Dalam memanusia kan manusia juga dengan beradab, beradab merupakan implimentasi dari berakhlakul karimah. 

Sebaik-baik akhlak adalah akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Bagaimana beliau berakhlak sesama muslim, baik ketika muslim sebagai minoritas sampai saat menjadi mayoritas, sampai akhlak bagaimana memperlakukan Yahudi Quraisy ketika itu.

"Hanya sanya, aku dibangkitkan (utus) untuk menyempurnakan akhlak", (Hadits).

Dalam menjalankan adab, kita dituntut untuk beradab kepada Tuhan, diri sendiri, orang tua, masyarakat umum dan lingkungan.

Sila ketiga, Pesatuan Indonesia. Bingkai persatuan ini adalah negara Indonesia, bersatu dalam menjaga negara dari serangan luar negeri atau pun dalam negeri yang mengancam kedaulatan negara dan mengancam sila-sila dalam Pancasila, terutama sila pertama.

Bersatu dalam menegakkan kebenaran, megakkan hukum dan bersatu dalam memerangi kemaksiatan dan kemungkaran dinegeri ini. Boleh jadi kita kokoh dan kuat saat berurusan dengan negara lain, tapi kalau didalam negeri kemungkaran dan kemaksiatan dibiarkan, kita akan hancur dengan sendirinya, Tuhan akan murka kepada kita sehingga kita menjadi negara yang dilaknat.

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara", Q. S Ali Imran: 103).

Awal dari persatuan adalah saling tolong menolong, tentunya tolong menolong dalam kebaikan demi mencari ridha Allah sehingga kita akan terikat dalam kebaikan.

"... Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam mengerjakan dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksanya", (Q. S Al-Maidah: 2).

Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat, Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Yaitu dalam menentukan setiap landasan hukum dengan musyawarah, sehingga tidak akan lahir isu bermacam-macam dengan persepsi kepentingan pribadi.

Pemimpin yang besar adalah pemimpin yang sadar ia terlahir dari rahim rakyat yang dibesarkan oleh rakyat serta memimpin demi kepentingan rakyat. Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Dalam memimpin rakyat telah dicontohkan oleh Umar bin Khatab, dimana ia senantiasa berbaur dengan rakyat untuk mengetahui keluh kesah yang diderita oleh rakyat. Tidak akan mungkin seorang pemimpin mengetahui keadaan rakyat kalau ia jauh dari rakyat.

Pelayanan prima adalah modal utama dalam memberikan pelayanan kepada rakyat, namun ini tidak berjalan seperti yang diharapkan, praktek pungli, asal ada uang beres urusan dan buruknya pelayanan disetiap instansi pemerintah bukanlah rahasia lagi, dan disinilah rakyat membutuhkan pemimpin yang langsung turun tangan dalam mengevaluasi pelayanan.

Pemimpin bisa mencontohi aktor-aktor film India yang polisi atau pejabatnya menyamar menjadi gelandangan untuk mengetahui bentuk pelayanan dalam pemerintahnya.

Sila kelima, Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Pemerintah harus berlaku adil kepada seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang bulu. Adil dalam memberikan pelayanan kepada mereka, adil dalam membuka lapangan kerja, serta adil dalam mensejahterakan mereka.

Indonesia ini terdiri dari pulau-pulau, setiap pulau iti memliki Sumber Daya Alam (SDA) tersendiri. Misalnya Aceh, memiliki gas, minyak, emas, dan lainnya, maka setidaknya pemerintah itu membangun universitas-universitas yang didalamnya ada jurusan-jurusan tentang mengelola sumber daya alam tersebut. Jangan seperti kejadian Arun tempo dulu, ketika PT Arun dibuka, banyak tenaga luar yang ditampung disana dengan dalih kualifikasi pendidikan dan putra daerah tidak mempunyai kualifikasi tersebut.

Pertanyaannya, kalau pemerintah tidak membuka jurusan-jurusan tersebut di Aceh, maka sampai kiamat dunia rakyat Aceh tidak akan mempunyai kualifikasi tersebut, kalau pun ada itu hanya beberapa persen saja mereka yang belajar di luar Aceh.

Yang putra daerah tetap tidak mendapatkan kelayakan ekonomi walau daerah mereka di setiap sudut dipenuhi sumber daya alam.

Indonesia telah mardeka 74 tahun yang lalu, ini bukan masa yang sebentar, tentunya dalam mengisi kemardekaan itu pemerintah harus benar-benar mampu membenahnya, jangan hanya sekedar semboyan, tapi kerja nyata.

Sejahterakan seluruh suku-suku di Indonesia dengan sumber daya alam mereka masing-masing, karena tidak akan mungkin mereka dapat merasakan dan menikmati kemardekaan bila perut masih lapar, daerahnya ditindas, sumber daya alamnya diperkosa, pendidikan dibatasi dan penikmat hanya sekelompok saja.

Merawat perdamaian di Indonesia itu sangat sulit, karena mereka bukan berasal dari satu suku, percikan-percikan pemberontakan akan saban hari ada bila mereka tidak sejahtera.

Pemerataan kabinet dari seluruh suku itu penting, kalau benar-benar Indonesia itu milik bersama.


Wednesday, August 14, 2019

Refleksi 14 Tahun MoU Aceh, Untuk Siapakah Damai Itu?

15 Agustus 2005 awal penanda tangani nota kesepahaman atau MoU (Memorandum of Understanding) antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Mardeka (GAM).

MoU adalah sebuah dokumen legal yang menjelaskan persetujuan antara dua belah pihak. MoU tidak seformal sebuah perjanjian, karena perjanjian atau kontrak adalah sebuah peristiwa dimana seorang atau satu pihak lain atau dimana dua orang atau dua pihak itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal (pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia), (wikipedia).

Perdamaian antara pihak Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Mardeka (GAM) di mediasi oleh CMI (Crisis Management Initiative). CMI adalah organisasi non pemerintah Finlandia Indenpenden yang bekerja untuk mencegah dan menyelesaikan konflik melalui dialog dan mediasi informal. CMI diwakili oleh mantan Presiden Firlandia, Martti Ahtisaari, penerima Nobel Perdamaian. (Tentang kedudukan organisasi CMI  apakah termasuk dari bagian organisasi dibawah PBB atau tidak, silahkan baca dan cari tau sendiri).

Butir-Butir MoU Yang Kontroversi

MoU Helsinki terdiri dari butiran-butiran kesepahaman yang termaktub dalam pasal-pasal, keseluruhan pasal tersebut berjumlah 71 pasal MoU Helsinki.

Dari 71 pasal, ada beberapa pasal dalam MoU Helsinki yang belum terealisasi, bahkan masih menjadi kontroversi antara Pemerintah Aceh dengan Pemerintah Indonesia.

Diantaranya tentang tapal batas Aceh, Lambang Aceh, Bendera Aceh, Reintegrasi, dan kemanan Aceh.

"Pertemuan Ketua DPRA  Tgk Muharuddin dengan utusan delegasi CMI membahas beberapa point MoU yang belum terealisasi, yaitu penyelenggaraan Pemerintah di Aceh, Hak Asasi Manusia, Amnesti dan Reintegrasi dalam msyarakat, pengaturan keamanan, membentuk misi monitor di Aceh, dan penyelesaian perselisihan", (Aceh Trend, 20-10-2018).

Sepatutnya Pemerintah Aceh, baik eksekutif dan legislatif itu lebih memikirkan tentang penyelesaian butir-butir MoU yang berhubungan dengan kekhususan Aceh, yaitu masalah Polri dan TNI diatur oleh Pemerintah Aceh, menetukan tapal batas Aceh yang jelas, mempergub seluruh qanun-qanun syariat Islam agar bisa dijalankan secara kaffah di Aceh, memasukkan pendidikan dayah dalam pendidikan formal, artinya ijazah dayah setingkat dengan ijazah sekolah dalam segala hal.
(Artinya; mengutamakan butir-butir MoU yang membuat Aceh Keramat, jangan apapun yang akan di sahkan harus ijin Mendagri).

Untuk Siapakah MoU Sekarang Ini?

Melihat satu sisi, ketika Aceh sedang bergejolak antara Gerakan Aceh Mardeka (GAM) dengan Pemerintah Aceh yang menelan ribuan korban jiwa, pelecehan seksual, penyiksaan, penjarahan harta, teror yang menyisakan rasa takut kepada  masyarakat, maka ketika itu Aceh membutuhkan perdamaian.

Awal perdamaian Aceh adalah setelah musibah besar menimpa Aceh, yaitu musibah tsunami yang menelan ratusan ribu jiwa, mata dunia tertuju kepada Aceh.

Bantuan kemanusian berdatangan ke Aceh, baik yang membantu tenaga atau pun dalam bentuk barang dan uang.

Begitu banyaknya bantuan tsunami untuk Aceh, tidak membuat rakyat Aceh sejahtera, ini bukan saja rakyat Aceh secara umum, tapi rakyat Aceh yang tertimpa tsunami pun masih tinggal di barak-barak.

"Sampai 26 Maret 2017, kendati masih ada korban tsunami yang masih menetap di sana (barak Bakoy, Desa Bakoy Kecamatan Krueng Barona Jaya, Aceh Besar),  Pemerintah Kabupaten Aceh Besar membongkar sisa 3 bangunan barak yang diisi oleh 18 Kepala Keluarga, Satpol PP dan Polisi setempat menggusur tempat itu, yang tinggal diminta pindah, "kami tak tau harus kemana", kata Nuruzzahri", (www.repler.com, Senin, 22 Mei 2017).

Padahal, bantuan tsunami yang masuk ke Aceh itu 120 Triliun (Tempo.co, 22 Desember 2014), ini bukan jumlah yang sedikit, kalau untuk dibangun rumah, maka jangankan yang terkena musibah tsunami, yang tidak terkena pun masih bisa dibangun rumah.

Pertanyaannya, kemanakah uang itu mengalir? Sudahkan dibuat perinciannya yang dipublikasi kepada seluruh rakyat Aceh, sehingga rakyat Aceh tau.

Bukan saja bantuan tsunami, Aceh juga salah satu Provinsi dengan APBN terbanyak, yaitu 20,979 Triliun per tahun (Okezone, Senin, 10 Desember 2018). Ini bukanlah jumlah yang sedikit, tentunya tingkat ekonomi masyarakay Aceh akan berada pada posisi menengah ke atas.

Tapi realitanya, ekonomi rakyat Aceh masih semberaut, disetiap kemukiman warga masih ditemukan rumah-rumah yang tidak layak huni, sumber ekonomi yang sulit, dan anehnya Aceh rangking 1 termiskin di Sumatra (Detiknews, 15 Januari, 2019) dan rangking ke 6 si Indonesia (Serambinews, 15 Januari 2019).

Bukan saja APBN yang begitu besarnya, Aceh juga salah satu daerah yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, migas, emas, hutan, dan lainnya.

Namun APBN yang besar dan Sumber Daya Alam yang berlimpah ruah tidak sebanding dengan kesejahteraan yang didapati rakyat Aceh.

Kalau rakyat Aceh masih miskin, kemiskinannya itu perangkat 1 di Sumatera dan peringkat 6 di Indonesia, lantas APBA dan SDA nya siapakah yang menikmatinya?


Kemanakah APBA mengalir? Siapakah yang memperkosa bumi Aceh? 

Haruskah rakyat Aceh selalu tertindas? Dari masa konflik sampai dengan sekarang? 

Setiap kali kampanye, baik kampanye eksekutif dan legislatif, para politikus selaku berkoar-koar untuk membangun kesejahteraan rakyat Aceh, dan ini genap 14 tahun Aceh dalam damai.

Pertanyaannya, rakyat Aceh yang manakah yang akan diperjuangkan oleh politisi? Timsesnya kah? Atau siapakah? Silahkan survey kedesa-desa, bahkan desa yang ada politisi itu sendiri.

Rakyat Aceh tak ubah seperti pepatah "tikus yang mati kelaparan dilumbung padi".

Rawatlah perdamaian Aceh, konflik bukan sesuatu yang indah, tapi ketika rakyat masih kelaparan dan kekayaan milik sebagian kelompok, mungkin rakyat akan berpikir konflik adalah solusi.

Berlaku adillah kepada sesama rakyat Aceh, berjuanglah demi kesejahteraan rakyat Aceh, jangan pernah kita menjadi golongan orang Aceh yang mengisap darah rakyat Aceh.

“Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak berlaku adil. Berbuat adillah karena ia lebih mendekati ketakwaan. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Maa’idah: 8).

Tuesday, August 13, 2019

Momentum 58 Tahun Gerakan Pramuka, Membangun Generasi Berkarakter

Pramuka merupakan praja muda karana, yaitu rakyat muda yang suka berkarya, baik berkarya untuk dirinya maupun berkarya dalam lingkungannya.

Gerakan pramuka Indonesia adalah suatu organisasi pendidikan non formal yang menjadi wadah dalam melaksanakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia.

Kegiatan kepramukaan ini biasanya dilaksanakan di alam terbuka, yaitu dengan membuat kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, menarik, sehat, terarah sesuai dengan prinsip dasar dan metode dalam gerakan kepramukaan.

Dalam kegiatan kepramukaan  ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai kepada setiap pandu, baik kepada pelatih, pembina dan adik-adik pandu.

1. Membentuk karakter/kepribadian dan akhlak yang mulia para generasi muda.

Karakter atau kepribadian adalah watak, sifat, akhlak atau kepribadian yang membedakan seseorang individu dengan individu lainnya. Karakter juga merupakan suatu keadaan yang sebenarnya dari dalam diri seorang individu, yang membedakan antara dirinya dengan orang lain.

"Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan iti mencerai-beraikan kamu dari jalan Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertaqwa", (Q. S Al-An'am: 53).

Hakikat karakter yang akan ditanam dalam diri pandu adalah pandu yang amar ma'ruf dan nahi munkar, senantiasa menjalankan dan menegakkan kebenaran dan menjauhi segala larangan Allah Swt.

Tidak akan dapat menjadikan pandu itu berkarakter kalau apa yang diperintahkan Allah Swt masih ditinggalkan dan apa yang dilarang oleh Allah Swt namun masih gemar dimerjakannya.

Shalat adalah suatu kegiatan yang bersifat wajib kepada setiap mukallaf sebagai awal dan dasar pembentukan karakter.

Dalam kegiatan kepramukaan juga membentuk pandu yang berakhlak mulia, ini sesuai dengan ketentuan tuntunan rasulullah Saw.

"Sesungguhnya aku dibangkitkan untuk menyempurnakan kemulian akhlak", (hadits).

Suri teladan kemulian akhlak itu hanya ada pada pribadi rasulullah Saw, beliaulah hakikat contoh dalam berakhlak.

2. Menanamkan rasa cinta tanah air dan bangsa dalam diri generasi muda.

Rasa cinta tanah air ini disebut juga dengan nasionalisme dan patriotisme.

Nasionalisme adalah sikap politik dan sosial  dari sekelompok bangsa yang memiliki kesamaan kebudayaan, bahasa dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan dalam meletakkan kesetian yang mendalam terhadap kelompok bangsanya.

Sedangkan patriotisme adalah sikap yang bersumber dari perasaan cinta tanah air (semangat kebangsaan atau nasionalisme) sehingga mwnimbulkan kerelaan berkorban untuk bangsa dan negaranya.

"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin). Mereka (Anshar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang dibwrikan kepada mereka (Muhajirin); dan menreka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalioun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung", (Q. S Al-Hasyr: 9).

3. Menggali potensi diri dan meningkatkan ketrampilan para generasi muda sehingga menjadi individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan negara.

Hakikat menggali potensi diri adalah menanam dan mengokohkan aqidah setiap generasi muda sehingga ia terampil dalam hal ketuhanan, ibadah, tasawuf.

Ia mengenal Tuhan bukan saja tau namanya "Allah", tapi lebih sehingga terbentuk keyakinan yang kokoh, tidak dapat goyah oleh rayuan kekosongan bertuhan atau atheisme.

Mengetahui setiap syariat-syariat yang ada dalan Islam merupakan pondasi untuk bisa bermanfaat bagi masyarakat dan negara.

Menjalankan syariat dengan sempurna merupakan perwujudan kemanfaatan, ia mampu memberi manfaat untuk dirinya, orang lain dan negaranya.

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat fahala (dari kebajikan) yang diusahakannya, dan ia mendapat siska (dari kejahatan) yang dimerjakannya. (Mereka berdoa) : Ya Tuhan kami, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami, apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir", (Q. S Al-Baqarah: 286).

Pramuka Sebagai Penyelamatan Bangsa

Membentuk generasi muda yang berkarekter adalah sesuatu yang sedang digodok dalam kepramukaan, dan bangsa dan negara ini membutuhkan orang-orang yang berkarakter, mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya.

Bangsa ini sedang sakit, sakit yang dideritanya sudah mulai komplite, mulai masalah tatanan, masyarakat dan kebijakan.

Bangsa yang maju yaitu bangsa yang dapat mensejahterakan rakyatnya, tidak ada yang melarat, saling menolong dalam kebaikan dan menegakkan kebenaran.

"Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya", (Q. S Al-Maidah: 2).

Mensejahterakan rakyat adalah kewajiban pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa.

Tidak ada yang mengambil bukan hak nya, mereka mengerjakan dan mengurus bangsa ini dengan ikhlas, bukan karena jerih yang besar atau karena bisa memanfaatkan kekayaan negara untuk dirinya.

Kebathilan tidak akan dicampur dengan kebenaran, begitu juga sebaliknya. Mereka akan mengatakan ini haq walau berat bagi dirinya dan keluarganya demi kepentingan kebangsaan.

"Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui", (Q. S Al-Baqarah: 42).

Inilah yang dibentuk dalam kepramukaan, menjadi generasi yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu Allah Swt, yang tentunya senantiasa menjalankan kewajibannya kepada dirinya, rakyat dan negara.

Menyiapkan generasi berkarakter sejak dini merupakan suatu kegiatan menolong bangsa ini dari krisis identitas dan karakter generasi.

Tatanan dan kebijakan bangsa yang sakit akan diobati oleh mereka kelak, alam yang ditebas seakan tak bertuan dan hilangnya rasa kasih sayang kepada alam akan dikasihi dan dicintai oleh pandu generasi muda.

Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia adalah butiran dari dasa darma pramuka yang setiap jiwa dalam pramuka wajib menjalankannya sebagai tatanan sosial bagi mereka.

Menyelamatkan bangsa ini dengan membentuk generasi pandu muda sejak dasar, pertengahan dan atas. Mereka disiapkan sejak dini sehingga kelak menjadi pemimpin yang selalu mengamalkan seluruh poin dasa darma dalam kepemerintahan.

Bukan generasi yang ingkar dan durhaka kepada yang dipimpinya, karena setiap kepemimpinan akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah kelak.

"S

Sunday, August 11, 2019

Nilai-nilai Tarbiyah Ketika Nabi Ibrahim Menyembelih Nabi Ismail

Awal dari beberapa syariat yang berada dalam Islam adalah peninggalan nabi-nabi terdahulu yang dilanggengkan.

Salah satunya adalah syariatnya nabi Ibrahim a.s, dimana nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih anaknya nabi Ismail dan juga nabi Ibrahim a.s membangun Ka'bah, Ka'bah merupakan qiblatnya umat muslim diseluruh dunia.

Ketika nabi Ibrahim menikahi Hajar, beliau dikaruniai seorang putra yang bernama Ismail. Hajar merupakan isteri kedua nabi Ibrahim setelah Sarah.

Dalam mengarungi rumah tangganya bersama Hajar, banyak kisah yang di abadikan dalam Quran yang kemudian menjadi i'tibar dan hukum bagi umat nabi Muhammad Saw.

Awal qurban yang disyariatkan kepada nabi Muhammad Saw juga sebagian berpendapat bahwa itu awalnya dari syariat nabi Ibrahim, walau sebagian yang lain berpendapat itu sudah ada sejak nabi Adam a.s yaitu ketika Qabil dan Habil diperintahkan berkurban oleh ayahnya nabi Adam a.s.

Kisah nabi Ibrahim ketika menyembelih anaknya nabi Ismail kemudian Allah gantikan dengan qibasy, mengandung beberapa nilai tarbiyah yang menjadi i'tibar bagi umat nabi Muhammad Saw.

Nilai-nai Tarbiyah Ketika Nabi Ibrahim Menyembelih Ismail

Ada beberapa nilai tarbiyah yang terkandung ketika nabi Ibrahim menyembelih anaknya nabi Ismail, yaitu:

Iman, keimanan nabi Ibrahim tidak dapat diragukan lagi, sehingga apapun yang diperintahkan oleh Allah Swt, beliau meyakininya dengan sepenuh hati dan ini dapat dilihat dari langsung mengerjakan perintah Allah tersebut.

Ketika nabi Ibrahim menerima perintah untuk menyembelih anak semata wayangnya Ismail, nabi Ibrahim mengerjakannya dengan ikhlas, karena beliau senantiasa memprioritaskan Allah Swt sebagai Tuhannya.

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata "wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka fikirkanlah apa pendapatmu?", Ia menjawab, "wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada mu, insyaa Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"", (Q. S As-safat: 102).

Bukan saja imannya nabi Ibrahim, namun imannya nabi Ismail yang kokoh, senantiasa menyakini segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah Swt adalah suatu kewajiban yang wajib dikerjakan dan ia yakin bahwa banyak hikmah dibalik menjalankan perintah Allah.

Hajar merupakan seorang isteri dan ibu yang sangat sabar dan kokoh keimanannya, melihat Ibrahim bersama Ismail dengan membawa pisau, tali dan kain penutup mata, tapi Hajar tidak curiga dan su-uldhan, ia mempercayai suaminya dan apa pun yang terjadi ia percaya kepada ketentuan Allah Swt.

Inilah keberhasilan nabi Ibrahim dalam menanam keimanan kepada dirinya, isteri dan anaknya, sehingga mereka selalu menjadikan Allah Swt sebagai prioritas utama dalam kehidupan.

Anak yang shalih, nabi Ismail bukan saja sekedar anak biasa, namun beliau adalah anak yang shalih, senantiasa taat kepada orang tuanya, ini terbukti ketika nabi Ibrahim menceritakan kepada Ismail bahwa Allah memerintahkan dirinya untuk menyembelih Ismail, dengan mantap dan penuh ketaatan Ismail menjawab yang itinya kalau itu perintah Allah, kerjakanlah wahai ayah ku.

Disembelih resikonya adalah meninggal, berpisah dengan ayah, ibu dan kehidupan dunia, namun lantaran ketaatan Ismail kepada ayahnya, tidak ada sepatah kata pun menolak apa yang ayahnya ceritakan kepadanya.

Keikhlasan, keikhlasan nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah adalah telah membuahkan hasil yang sangat baik.

Ketika nabi Ibrahim menyembelih Ismail dengan mata tertutup dan tangan kaki terikat, pisau tidak dapat melukai Ismail, akhirnya Ibrahim menceritakan kepada Ismail.

Keikhlasan Ismail dalam menuruti perintah ayahnya itu terbukti, ketika pisau tidak dapat melukai dirinya, maka Ismail meminta ayahnya untuk membuka ikatan tangan dan kaki dirinya agar tidak terlihat terpaksa.

Namun pisau masih saja belum mampu melukai Ismail, Ismail pun meminta ayahnya untuk membuka tutup matanya agar ia benar-benar ikhlas menjalankan perintah Allah.

Suatu keajaiban terjadi, ketika nabi Ibrahim menyembelih Ismail, keluarlah darah berceceran, namun betapa terkejutnya mereka, ternyata yang disembelih itu adalah qibasy yang digantikan oleh Allah Swt.

Allah merupakan prioritas utama, kisah nabi Ibrahim yang digambarkan dalam Al-Quran adalah merupakan buktinya keluarga Ibrahim senantiasa memprioritaskan Allah Swt dalam segala hal.

Apapun yang Allah perintahkan kepadanya, nabi Ibrahim, Hajar dan Ismail, itu yang pertama sekali dikerjakan.

Ketika Allah menjadi prioritas utama, maka tidak akan ada keraguan dalam menjalankan syariat.

Bisikan dalam hati dari gangguan si khannas dari golongan jin dan manusia untuk senantiasa meninggalkan perintah Allah, maka tidak akan dihiraukannya lagi.

Ketika Iblis berbisik kepada Ibrahim untuk tidak menyembelih anaknya Ismail, Ibrahim tidak menghiraukannya sehingga iblis dilempar dengan batu.

Bisikan kedua iblis kepada Ismail utuk tidak mematuhi perintah ayahnya untuk menyembelihnya pun tidak dihiraukan, sehingga Ismail melempar iblis dengan batu.

Bisikan terakhir iblis kepada Hajar agar menggalkan nabi Ibrahim untuk tidak menyembelih putranya Ismail juga tidak membuahkan hasil, Hajar melempar iblis dengan batu.

Ketika ditanam dalam hati, Allah sebagai prioritas utama, maka manusia tidak akan mendengarkan lagi bisikan iblis untuk senantiasa melakukan maksiat, baik secara dhahir atau pun batin.

Korupsi, kolusi, khianat, mendhalimi, pacaran, berzina, meninggalkan perintah Allah dan segala macamnya tidak akan lagi dikerjakan oleh manusia.

Maka ketika itulah, manusia akan menemukan hakikat dari tujuan hidup, yaitu senantiasa mencari ridha Allah Swt sehingga ia akan terpetunjuk dalam segala, inilah tujuan akhir, bahagia didunia dan di akhirat, husnul khatimah dalam menghadap Allah Swt.

Sunday, August 4, 2019

Benarkah Pendidikan Berasrama (Dayah) Sebagai Ancaman Homoseksual?

Asrama ialah bangunan tempat tinggal bagi sekelompok orang untuk sementara waktu, terdiri dari sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang kepala asrama (KBBI).

Pendidikan berasrama merupakan program pendidikan yang komprehensif-holistik mencakup pendidikan keagamaan, pengembangan akademik, life skills (soft skills-hard skills), memupuk wawasan kebangsaan, dan membangun wawasan global, yang digunakan sebagai bagian integral dalam sistem penyelenggaraan program PPG untuk menghasilkan calon guru profesional yang memiliki kompetensi utuh, unggul dan berkarakter (Ditjen Belmawa, 2017, h. 6).

Pendidikan berasrama (boarding school) juga diartikan adalah lembaga pendidikan dimana siswa tidak hanya belajar, tetapi mereka bertempat tinggal dan hidup menyatu dilembaga tersebu. Boarding School mengkombinasikan tempat tinggal para siswa di institusi sekolah yang jauh dari rumah dan keluarga mereka dengan diajarkan agama serta pembelajaran beberapa mata pelajaran (Maksudin: Pendidikan Nilai Boarding School Di SMPIT Yogyakarta, Disertasi UIN Sunan Kalijaga, 2008, h. 111).

Pendidikan berasrama ini dilaksanakan oleh beberapa pendidikan formal dan pendidikan non formal. Lembaga pendidikan formal yang melaksanakan pendidikan berasrama adalah sekolah terpadu dan kampus-kampus yang menyediakan asrama untuk menggodok mahasiswa agar mempunyai kemampuan dibidang agama. Sedangkan pendidikan non formal yang melaksanakan pendidikan berasrama adalah dayah-dayah atau pesantren-pesantren.

Dayah atau pesantren merupakan pusat pendidikan agama Islam untuk mempelajari lebih dalam lagi tentang kaidah-kaidah agama, baik tentang ilmu aqidah, fiqih, tasauf, hadits dan keilmuan lainnya sebagai pedoman hidup untuk diamalkan dalam kehidupan berkelurga dan bermasyarakat.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”, (Q. S At-Tahrim: 6).

Sistem pendidikan yang dilaksanakan di dayah adalah sistem pendidikan berasrama, dan ini sudah dilaksanakan bertahun-tahun lamanya semenjak adanya dayah, banyak pakar-pakar agama Islam telah dilahirkan dari dayah yang sekarang menjabat di berbagai instansi pemerintah dan non pemerintah. Pimpinan-pimpinan dayah dilahirkan dari pendidikan dayah, imum syik mesjid, imum gampong, pakar agama, akademisi juga ada yang dilahirkan dari dayah atau pesantren yang pendidikan mereka tempuh itu merupakan pendidikan berasrama.

Jadi secara garis besar, pendidikan berasrama adalah bertujuan untuk menjadikan generasi yang lebih bertanggungjawab, toleransi, mandiri, disiplin, berkarakter dan berakhlakul karimah.

Siswa atau santri yang telah mendapatkan pendidikan berasrama, mereka memiliki sifat yang lebih ta’dhim kepada gurunya, orang tuanya dan mampu beradabtasi dengan lingkungannnya, ini dapat dilihat dari karakter, sikap dan adab mereka, namun ada juga yang sudah diasramakan tetap masih berperilaku tidak baik.

Apakah setelah diasramakan mereka masih berperilaku menyimpang dan tidak sesuai dengan tuntunan syariat Islam adalah salah pendidikan berasrama? Atau kembali kepada individu masing-masing? Karena hasil ini akan didapatkan dengan melakukan penelitian sehingga dapat diketahui berapa persentase siswa yang terbentuk baik atau menyimpang setelah dilaksanakan pendidikan berasrama, bukan sekedar berasumsi dengan hanya terungkap kasus pelecehan seksual (homoseksual) disalah satu yayasan di Lhokseumawe (Serambi Indonesia, 12/07/2019), karena untuk kebenarannya perlu putusan hakim dan sebelum putusan tersebut tetap berazaskan prasangka tidak bersalah.


Berasramakah Penyebab Lahirnya Perilaku Homoseksual?

Homoseksualitas adalah rasa ketertarikan romantis dan/atau seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama (Wikipedia).

Homoseksual juga diartikan adalah makna rasa ketertarikan perasaan (kasih sayang, hubungan perasaan dan atau secara erotik). Baik secara eksklusif terhadap orang-orang yang berjenis kelamin sama yang berhubungan fisik atau tidak berhubungan fisik (PPDGJ II, Depkes RI, 1983).

“Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsukalian (kepada mereka) bukan kepada wanita, malah kalian ini adalah kaum yang melampaui batas”, (Q. S Al-A’raf: 81).

Homo seksual merupakan suatu perilaku yang sangat dilarang dalam Islam, bahkan status hukum syar’inya adalah haram dengan ketentuan sanksi yang jelas.

“Dan (Kam) juga telah mengutus Nabi) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala ia berkata kepada mereka: Mengapa kalian mengerjakan perbuatan yang sangat hina itu yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun (didunia ini) sebelum kalian?” (Q. S Al-A’raf: 80).

“Ulama sepakat atas keharaman sodomi (liwath). Allah Swt telah mencelanya dalam kitab Nya dan mencela pelakunya, demikian pula Rasulullah saw beliau mencelanya” (Ibnu Qudamah)
“Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth, Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth, beliau sampaikan sampai tiga kali ”, (Hadits).

Dalam wikipedia juga disebutkan bahwa ilmuwan tidak tau secara pasti apa yang menentukan orientasi seksual seseorang, tetapi mereka menduga bahwa orientasi seksual dipicu oleh kombinasi faktor genetik, hormon dan lingkungan, dan bukanlah suatu pilihan. Mereka mengacu kepada teori-teori yang berbasiskan pada bilogi, yang menyebut faktor genetik, lingkungan awal diuterus, atau keduanya. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pengalaman pada masa kecil berperan terhadap orientasi seksual. Selain itu, upaya untuk mengubah orientasi seksual juga tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiyah.

Dr. Margaretha Sih Setija Utami, M. Kes, Dekan Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata mengatakan banyak hal yang menyebabkan seseorang menjadi gay, diantaranya adalah kondisi biologis sejak lahir, perubahan hormonal heterogen menjadi homoseksual, dan kondisi sosial, contohnya satu grup dengan homoseks, lama-lama bisa ikut homo (Tribun Jateng, 29/05/2017).

Juga penyebab homoseksual pada seseorang adalah faktor herediter, berupa ketidakseimbangan hormon-hormon seks, seperti cairan dan kelenjar endokrin pada fase-fase pertumbuhan yang kritis dapat mempengaruhi arah dari dorongan-dorongan seksual dan tingkahlaku. Faktor pengaruh lingkungan yang tidak baik atau tidak menguntungkan bagi perkembangan kematangan seksual yang normal, seperti individu yang besar di lingkungan yang terdiri dari para homoseksual. Faktor seseorang selalu mencari kepuasan relasi homoseksual karena pernah menghayati pengalaman homoseksual yang menggairahkan pada masa remaja, seperti laki-laki yang sudah pernah melakukan homoseksual pada masa remajanya. Faktor seseorang anak laki-laki pernah mengalami traumatis dengan ibu (Kajian Pustaka.Com).

Beberapa sebab lahirnya perilaku homoseksual bagi seseorang itu disebabkan oleh gentik yang ada padanya, perubahan hormon dan dan kondisi sosial.

Pendidikan berasrama didayah-dayah atau sekolah-sekolah terpadu tidak pernah mengajari para sanrtri atau siswanya untuk melakukan perbuatan homoseksual, tapi mereka yang digodok diasrama untuk dimanusiakan secara sempurna, sehingga suatu saat ketika mereka keluar dari asrama telah terbentuk manusia yang berakhlakul karimah, yang berpengetahuan dan beradab mulia.

Mari kita melihat pendidikan berasrama dengan bijak, kesalahan oknum bukanlah kesalahan keseluruhan, berpendapat yang kontroversial dapat melahirkan kaum yang anti dan ini bisa berefek negatif terhadap pemikiran dan asumsi mereka. Dayah dengan model pendidikan berasrama adalah tetap suatu solusi terhadap pendidikan bebas dengan kondisi lingkungan sosial yang demikian rupa. Game online, judi online, narkoba dimana-mana, perilaku penyimpangan seks bebas dan kehidupan jam malam adalah musuh kita bersama. Pendidikan bersama dan diasramakan atau tidak adalah tanggungjawab kita bersama, demi generasi yang dapat dibanggakan oleh agama dan bangsa.

“Lingkungan sering menjadi alasan kegagalan anda, tapi ambillah tanggungjawab atas segala kegagalanmu, jangan terbiasa menyalahkan lingkungan, setitik nira tidak mungkin lebih berharga dari sebelanga susu”

Friday, August 2, 2019

Ku Berjihad Ketika Ruku' Ku

September 2017 awal segala rasa sakit yang aku alami, ya pusing yang sangat super, membuat keseimbangan ku ambruk takbtertahankan, akhir rawat inap di RS Arun Lhokseumawe.

Ya, dr Basli selaku dokter spesialis saraf yang menanganinya, seminggu lamanya dirawat inap disana, tidak ada ciri-ciri akan sembuh, hasil pemeriksaan darah di lab normal, diperkirakan ada kerusakan diradang telinga dalam.

Seminggu lamanya berselang dianjurkan untuk mengontrol kembali ke RS Arun dengan dokter yang bersangkutan, tetap saja masih belum sembuh dan masih pusing, ya, saat itu masih bisa bawa motor dan berjamaah seperti biasa.

Setelah beberapa minggu, mencoba konsul dengan dr Lukmanul Hakim, beliau adalah dokter spesiali THT, seteleh diperiksa dengan menggunakan alat, katanya tidak ada kelainan di radang telinga dalam, semuanya normal.

Berbulan lamanya menahan rasa sakit sampai akhirnya harus rawat inap lagi, RS Melati menjadi pilihan ketika itu dengan dr Darmadi yang menanganinya, beliau adalah dokter spesialis dalam.

Tahun ini sakit makin bertambah dosis, sehingga semakin parah aku rasakan.

Seminggu dirawat di RS Melati, tidak ada tanda-tanda berkurang, sehingga akhirnya aku dipersilahkan pulang tanpa ada titik temu, hasil pemeriksaan darah di lab juga normal.

Beberapa minggu kemudian mencoba konsul lagi dengan dr Basli ditempat prakteknya, ya tebusan obat yang begitu mahal, namun tetap saja tidak ada tanda-tanda berkurang dari sakit.

Akhirnya dr Basli menyarankan untuk konsultasi di RS Cut Mutia saja, biar hemat uang, karena harus konsul seminggu sekali dan ini saya lakukan berbulan-bulan.

Akhirnya dr Basli menyarankan CT Scan di bagian kepala, agar terindentifikasi penyebab vertigo yang tak kunjung sembuh.

Setelah mengambil rujukan/pengantar CT Scanning dan mendaftar diruang Scan, ya.... Hampir 3 minggu baru dapat jadwal di Scanning, katanya pasien padat.

Sebelumnya dr Basli juga menyarankan untuk operasi sinus, karena kemungkinan sinus juga bisa berefek vertigo.

Entah bulan berapa dalam tahun 2018 saya memilih RS Kesrem Lhokseumawe untuk operasi sinus yang ditangani oleh dr. Lukmanul Hakim.

Selama 3 hari disana terbaring dengan hidung diperban, ya sangat sulit bernafas awalnya, tapi ujung-ujungnya sudah terbiasa.

Parahnya setelah selesai operasi sinus bertambah satu rukun lagi, dulunya cuma vertigo tapi bertambah sakit kepala.

Rupanya operasi sinus yang saya lakukan tidak membuahkan hasil untuk kesembuhan, dan tetap saja pusing dan makin parah.

Awal tahun 2019 kembali harus rawat inap di RS Sakinah, dr Ichwan yang menanganinya, awalnya dr. Ichwan mengatakan kita lihat saja hasilnya beberapa hari lagi.

Tapi ternyata juga tak kunjung berkurang (jangankan sembuh), akhirnya dengan kepenasaran dr Ichwan menganjurkan saya untuk mengambil rujukan dan MRI di RS Zainal Abidin Banda Aceh.

Namun dr Ichwan juga menyarankan untuk konsul dengan dr spesialis mata, jangan-jangan gara-gara mata timbulnya vertigo itu.

Memang dulu awal 2017 juga sudah pernah konsul mata dengan dr spesialis mata di RS Kesrem, saya lupa nama dokternya (malas saya ingat karena ada kesan tidak baik) dan disarankan berkacamata.

Seminggu sebelum ramadhan di tahun 2019 saya coba periksa mata di spesialis mata di Mata Gading Bireun, dr Muhammad yang menanganinya, setelah diperiksa dengan beberapa alat, ternyata semuanya masih bagus, baik saraf mata, cornea, dll. Akhirnya disela bercanda dr Muhammad menyarankan untuk "seumbo".

Awalnya juga saya sudah pergi "seumbo" dan ruqyah keberapa ustaz.

Ustaz Asanawi (alumni datah Malikussaleh), ustaz Ali (pakar ruqyah), ustaz Yunus (pimpinan pesantren Babussalamah), ustaz Mukhlis (pimpinan pesantren Babussalam), ustaz Zakaria (imum gampong) dan beberapa tabib gampong.

Sebelumnya saya juga sudah berobat dengan beberapa obat herbal yang disarankan teman-teman, HPA, HPAI, Izora, dan lainnya.

Ramadhan tahun 2019 kemaren, terkuaklah bahwa sakit saya bukan sakit rumah sakit, tapi saya disihir oleh dukun jahat.

Ini saya dapatkan informasi saat saya suruh doakan untuk saya sama peserta khalut didayah Keutapang (dayah Abu Balah)

Juga teman saya alumni dayah Cot Trueng juga mengatakan saya diserang dengan sihir.

Masih seputaran teman yang mempunyai kelebihan dalam bidang menganalisa penyakit, juga dikatakan saya diserang oleh dukun dan ada teman saya juga mengatakan saya diserang oleh dukun dengan mengguanakan media 12 raja jin yang mahir konto.

Ya. Saya baru ingat, bahwa dulu setahun sebelum saya sakit, saya pernah berdebat dengan seorang dukun, yang ketika itu ia ingin saya mempercayai yang ia katakan, padahal itu ruanglingkup aqidah dan bisa-bisa syirik dengan mempercayainya.

Semoga dukun tersebut mendapat hidayah Allah Swt sebelum laknat Allah kepadanya dan neraka jahannam tempatnya.

Boleh berbangga ketika aku mampu disihir (dengan ijin Allah), tapi Allah tidak akan pernah ridha kepada penyihir.

Bila aku mati, terimakasi engkau telah menyiapkan surga untuk ku dan menyiapkan neraka untuk dirimua.

Tapi ketika Allah tidak mengijinkan aku sakit lagi, maka engkau akan merakannya sendiri, tidak ada yang mustahil bagi Allah.

Allah Maha Kauasa dan Allah Maha menerima doa orang yang teraniaya.

Siapa pun yang membacanya, bantu doain saya semoga lekas sembuh dan dukun itu sadar atau hancur dengan sihirnya sendiri.

Mungkin setiap ruku' yang saya kerjakan saat shalat adalah jihat, jihat antara tetap kekar melaksanakan shalat atau tersungkur dan bangun melaksakan shalat dengan duduk.

Inilah masa yang sangat berat saat saya beribadah, ketika waktu ruku'.