Saturday, October 31, 2020

Riwayat Hidup Syech Abdul Qadir Al Jailani

 


NASAB


Sayyid Abu Muhammad Abdul Qadir dilahirkan di Naif, Jailan, Iraq, pada bulan Ramadhan 470 H, bertepatan dengan th 1077 M. Ayahnya bernama Shahih, seorang yang taqwa keturunan Hadhrat Imam Hasan, r.a., cucu pertama Rasulullah saw, putra sulung Imam Ali ra dan Fatimah r.a., puteri tercinta Rasul. Ibu beliau adalah puteri seorang wali, Abdullah Saumai, yang juga masih keturunan Imam Husein, r.a., putera kedua Ali dan Fatimah. Dengan demikian, Sayid Abdul Qadir adalah Hasani sekaligus Huseini.


MASA MUDA

Sejak kecil, ia pendiam, nrimo, bertafakkur dan sering melakukan agar lebih baik, apa yang disebut 'pengalaman-pengalaman mistik'. Ketika berusia lapan belas tahun, kehausan akan ilmu dan keghairahan untuk bersama para saleh, telah membawanya ke Baghdad, yang kala itu merupakan pusat ilmu dan peradaban. Kemudian, beliau digelari orang Ghauts Al-Azam atau wali ghauts terbesar.


Dalam terminologi kaum sufi, seorang ghauts menduduki jenjang ruhaniah dan keistimewaan kedua dalam hal memohon ampunan dan ridha Allah bagi ummat manusia setelah para nabi. Seorang ulama' besar di masa kini, telah menggolongkannya ke dalam Shaddiqin, sebagaimana sebutan Al Qur'an bagi orang semacam itu. Ulama ini mendasarkan pandangannya pada peristiwa yang terjadi pada perjalanan pertama Sayyid Abdul Qadir ke Baghdad.


Diriwayatkan bahwa menjelang keberangkatannya ke Baghdad, ibunya yang sudah menjanda, membekalinya delapan puluh keping emas yang dijahitkan pada bagian dalam mantelnya, persis di bawah ketiaknya, sebagai bekal. Uang ini adalah warisan dari almarhum ayahnya, dimaksudkan untuk menghadapi masa-masa sulit. Kala hendak berangkat, sang ibu diantaranya berpesan agar jangan berdusata dalam segala keadaan. Sang anak berjanji untuk senantiasa mencamkan pesan tersebut.


Begitu kereta yang ditumpanginya tiba di Hamadan, menghadanglah segerombolan perampok. Kala menjarahi, para perampok sama sekali tak memperhatikannya, karena ia tampak begitu sederhana dan miskin. Kebetulan salah seorang perampok menanyainya apakah ia mempunyai uang atau tidak. Ingat akan janjinya kepada sang ibu, si kecil Abdul Qadir segera menjawab: "Ya, aku punya delapan puluh keping emas yang dijahitkan di dalam baju oleh ibuku." Tentu saja para perampok terperanjat keheranan. Mereka heran, ada manusia sejujur ini.


Mereka membawanya kepada pemimpin mereka, lalu menanyainya, dan jawabannya pun sama. Begitu jahitan baju Abdul Qadir dibuka, didapatilah delapan puluh keping emas sebagaimana dinyatakannya. Sang kepala perampok terhenyak kagum. Ia kisahkan segala yang terjadi antara dia dan ibunya pada saat berangkat, dan ditambahkannya jika ia berbohong, maka akan tak bermakna upayanya menimba ilmu agama.


Mendengar hal ini, menangislah sang kepala perampok, jatuh terduduk di kali Abdul Qadir, dan menyesali segala dosa yang pernah dilakukan. Diriwayatkan, bahwa kepala perampok ini adalah murid pertamanya. Peristiwa ini menunjukkan proses menjadi Shiddiq. Andaikata ia tak benar, maka keberanian kukuh semacam itu demi kebenaran, dalam saat-saat kritis, tak mungkin baginya.


BELAJAR DI BAGHDAD

Selama belajar di Baghdad, karena sedemikian jujur dan murah hati, ia terpaksa mesti tabah menderita. Berkat bakat dan kesalehannya, ia cepat menguasai semua ilmu pada masa itu. Ia membuktikan diri sebagai ahli hukum terbesar di masanya. Tetapi, kerinduan ruhaniahnya yang lebih dalam gelisah ingin mewujudkan diri. Bahkan di masa mudanya, kala tenggelam dalam belajar, ia gemar musyahadah*).

Ia sering berpuasa, dan tak mau meminta makanan dari seseorang, meski harus pergi berhari-hari tanpa makanan. Di Baghdad, ia sering menjumpai orang-orang yang berfikir serba ruhani, dan berintim dengan mereka. Dalam masa pencarian inilah, ia bertemu dengan Hadhrat Hammad, seorang penjual sirup, yang merupakan wali besar pada zamannya.


Lambat laun wali ini menjadi pembimbing ruhani Abdul Qadir. Hadhrat Hammad adalah seorang wali yang keras, karenanya diperlakukannya sedemikian keras sufi yang sedang tumbuh ini. Namun calon ghauts ini menerima semua ini sebagai koreksi bagi kecacatan ruhaninya.



LATIHAN-LATIHAN RUHANIAH

Setelah menyelesaikan studinya, ia kian keras terhadap diri. Ia mulai mematangkan diri dari semua kebutuhan dan kesenangan hidup. Waktu dan tenaganya tercurah pada shalat dan membaca Qur'an suci. Shalat sedemikian menyita waktunya, sehingga sering ia shalat shubuh tanpa berwudhu lagi, karena belum batal.


Diriwayatkan pula, beliau kerapkali tamat membaca Al-Qur'an dalam satu malam. Selama latihan ruhaniah ini, dihindarinya berhubungan dengan manusia, sehingga ia tak bertemu atau berbicara dengan seorang pun. Bila ingin berjalan-jalan, ia berkeliling padang pasir. Akhirnya ia tinggalkan Baghdad, dan menetap di Syustar, dua belas hari perjalanan dari Baghdad. Selama sebelas tahun, ia menutup diri dari dunia. Akhir masa ini menandai berakhirnya latihannya. Ia menerima nur yang dicarinya. Diri-hewaninya kini telah digantikan oleh wujud mulianya.



DICOBA IBLIS

Suatu peristiwa terjadi pada malam babak baru ini, yang diriwayatkan dalam bentuk sebuah kisah. Kisah-kisah serupa dinisbahkan kepada semua tokoh keagamaan yang dikenal di dalam sejarah; yakni sebuah kisah tentang penggodaan. Semua kisah semacam itu memaparkan secara perlambang, suatu peristiwa alamiah dalam kehidupan.


Misal, tentang bagaimana nabi Isa as digoda oleh Iblis, yang membawanya ke puncak bukit dan dari sana memperlihatkan kepadanya kerajaan-kerajaan duniawi, dan dimintanya nabi Isa a.s., menyembahnya, bila ingin menjadi raja dari kerajaan-kerajaan itu. Kita tahu jawaban beliau, sebagai pemimpin ruhaniah. Yang kita tahu, hal itu merupakan suatu peristiwa perjuangan jiwa sang pemimpin dalam hidupnya.


Demikian pula yang terjadi pada diri Rasulullah saw. Kala beliau kukuh berdakwah menentang praktek-praktek keberhalaan masyarakat dan musuh-musuh beliau, para pemimpin Quraisy merayunya dengan kecantikan, harta dan tahta. Dan tak seorang Muslim pun bisa melupakan jawaban beliau: "Aku sama sekali tak menginginkan harta ataupun tahta. Aku telah diutus oleh Allah sebagai seorang Nadzir**) bagi umat manusia, menyampaikan risalah-Nya kepada kalian. Jika kalian menerimanya, maka kalian akan bahagia di dunia ini dan di akhirat kelak. Dan jika kalian menolak, tentu Allah akan menentukan antara kalian dan aku."


Begitulah gambaran dari hal ini, dan merupakan fakta kuat kemaujudan duniawi. Berkenaan dengan hal ini, ada dua versi kisah tentang Syaikh Abdul Qadir Jailani. Versi pertama mengisahkan, bahwa suatu hari Iblis menghadapnya, memperkenalkan diri sebagai Jibril, dan berkata bahwa ia membawa Buraq dari Allah, yang mengundangnya untuk menghadap-Nya di langit tertinggi.


Sang Syaikh segera menjawab bahwa si pembicara tak lain adalah si Iblis, karena baik Jibril maupun Buraq takkan datang ke dunia bagi selain Nabi Suci Muhammad saw. Setan toh masih punya cara lain, katanya: "Baiklah Abdul Qadir, engkau telah menyelamatkan diri dengan keluasan ilmumu." "Enyahlah!, bentak sang wali." Jangan kau goda aku, bukan karena ilmuku, tapi karena rahmat Allahlah aku selamat dari perangkapmu".


*) Musyahadah : penyaksian langsung. Yang dimaksud ialah penyaksian akan segala kekuasaan dan keadilan Allah melalui mata hati.

 
**) Nadzir : pembawa ancaman atau pemberi peringatan. Salah satu tugas terpenting seorang Rasul adalah membawa beita, baik berita gembira maupun ancaman.

Versi kedua mengisahkan, ketika sang Syaikh sedang berada di rimba belantara, tanpa makanan dan minuman, untuk waktu yang lama, awan menggumpal di angkasa, dan turunlah hujan. Sang Syaikh meredakan dahaganya. Muncullah sosok terang di cakrawala dan berseru: "Akulah Tuhanmu, kini Kuhalalkan bagimu segala yang haram." Sang Syaikh berucap: "Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk." Sosok itu pun segera pergi berubah menjadi awan, dan terdengar berkata: "Dengan ilmumu dan rahmat Allah, engkau selamat dari tipuanku."


Lalu setan bertanya tentang kesigapan sang Syaikh dalam mengenalinya. Sang Syaikh menyahut bahwa pernyataannya menghalalkan segala yang haramlah yang membuatnya tahu, sebab pernyataan semacam itu tentu bukan dari Allah.


Kedua versi ini benar, yang menyajikan dua peristiwa berlainan secara perlambang. Satu peristiwa dikaitkan dengan perjuangannya melawan kebanggaan akan ilmu. Yang lain dikaitkan dengan perjuangannya melawan kesulitan-kesulitan ekonomi, yang menghalangi seseorang dalam perjalanan ruhaniahnya.


Kesadaran aka kekuatan dan kecemasan akan kesenangan merupakan kelemahan terakhir yang mesti enyah dari benak seorang salih. Dan setelah berhasil mengatasi dua musuh abadi ruhani inilah, maka orang layak menjadi pemimpin sejati manusia.



PANUTAN MASYARAKAT

Kini sang Syaikh telah lulus dari ujian-ujian tersebut. Maka semua tutur kata atau tegurannya, tak lagi berasal dari nalar, tetapi berasal dari ruhaninya.


Kala ia memperoleh ilham, sebagaimana sang Syaikh sendiri ingin menyampaikannya, keyakinan Islami melemah. Sebagian muslim terlena dalam pemuasan jasmani, dan sebagian lagi puas dengan ritus-ritus dan upacara-upacara keagamaan. Semangat keagamaan tak dapat ditemui lagi.


Pada saat ini, ia mempunyai mimpi penting tentang masalah ini. Ia melihat dalam mimpi itu, seolah-olah sedang menelusuri sebuah jalan di Baghdad, yang di situ seorang kurus kering sedang berbaring di sisi jalan, menyalaminya.


Ketika sang Syaikh menjawab ucapan salamnya, orang itu memintanya untuk membantunya duduk. Begitu beliau membantunya, orang itu duduk dengan tegap, dan secara menakjubkan tubuhnya menjadi besar. Melihat sang Syaikh terperanjat, orang asing itu menentramkannya dengan kata-kata: " Akulah agama kakekmu, aku menjadi sakit dan sengsara, tetapi Allah telah menyehatkanku kembali melalui bantuanmu."


Ini terjadi pada malam penampilannya di depan umum di masjid, dan menunjukkan karir mendatang sang wali. Kemudian masyarakat tercerahkan, menamainya Muhyiddin, 'pembangkit keimanan', gelar yang kemudian dipandang sebagai bagian dari namanya yang termasyhur. Meski telah ia tinggalkan kesendiriannya (uzlah), ia tak jua berkhutbah di depan umum. Selama sebelas tahun berikutnya, ia mukim di sebuah sudut kota, dan meneruskan praktek-praktek peribadatan, yang kian mempercerah ruhaniyah.

 

KEHIDUPAN RUMAH TANGGA

Menarik untuk dicatat, bahwa penampilannya di depan umum selaras dengan kehidupan perkawinannya. Sampai tahun 521 H, yakni pada usia kelima puluh satu, ia tak pernah berpikir tentang perkawinannya. Bahkan ia menganggapnya sebagai penghambat upaya ruhaniyahnya. Tetapi, begitu beliau berhubungan dengan orang-orang, demi mematuhi perintah Rasul dan mengikuti Sunnahnya, ia pun menikahi empat wanita, semuanya saleh dan taat kepadanya. Ia mempunyai empat puluh sembilan anak - dua puluh putra, dan yang lainnya putri.


Empat putranya yang termasyhur akan kecendekian dan kepakarannya,:

Syaikh Abdul Wahab, putera tertua adalah seorang alim besar, dan mengelola madrasah ayahnya pada tahun 543 H. Sesudah sang wali wafat, ia juga berkhutbah dan menyumbangkan buah pikirannya, berkenaan dengan masalah-masalah syariat Islam. Ia juga memimpin sebuah kantor negara, dan demikian termasyhur.

Syaikh Isa, ia adalah seorang guru hadits dan seorang hakim besar. Dikenal juga sebagai seorang penyair. Ia adalah seorang khatib yang baik, dan juga Sufi. Ia mukim di Mesir, hingga akhir hayatnya.

Syaikh Abdul Razaq. Ia adalah seorang alim, sekaligus penghafal hadits. Sebagaimana ayahnya, ia terkenal taqwa. Ia mewarisi beberapa kecenderungan spiritual ayahnya, dan sedemikian masyhur di Baghdad, sebagaimana ayahnya.

Syaikh Musa. Ia adalah seorang alim terkenal. Ia hijrah ke Damaskus, hingga wafat.


Tujuh puluh delapan wacana sang wali sampai kepada kita melalui Syaikh Isa. Dua wacana terakhir, yang memaparkan saat-saat terakhir sang wali, diriwayatkan oleh Syaikh Wahab. Syaikh Musa termaktub pada wacana ke tujuh puluh sembilan dan delapan puluh. Pada dua wacana terakhir nanti disebutkan, pembuatnya adalah Syaikh Abdul Razaq dan Syaikh Abdul Aziz, dua putra sang wali, dengan diimlakkan oleh sang wali pada saat-saat terakhirnya.



KESEHARIANNYA

Sebagaimana telah kita saksikan, sang wali bertabligh tiga kali dalam seminggu. Di samping bertabligh setiap hari, pada pagi dan malam hari, ia mengajar tentang Tafsir Al Qur'an, Hadits, Ushul Fiqih, dan mata pelajaran lain. Sesudah Dhuhur, ia memberikan fatwa atas masalah-masalah hukum, yang diajukan kepadanya dari segenap penjuru dunia. Sore hari, sebelum sholat Maghrib, ia membagi-bagikan roti kepada fakir miskin. Sesudah sholat Maghrib, ia selalu makan malam, karena ia berpuasa sepanjang tahun. Sebalum berbuka, ia menyilakan orang-orang yang butuh makanan di antara tetangga-tetangganya, untuk makan malam bersama. Sesudah sholat Isya', sebagaimana kebiasaan para wali, ia mengaso di kamarnya, dan melakukan sebagian besar waktu malamnya dengan beribadah kepada Allah - suatu amalan yang dianjurkan Qur'an Suci. Sebagai pengikut sejati Nabi, ia curahkan seluruh waktunya di siang hari, untuk mengabdi ummat manusia, dan sebagian besar waktu malam dihabiskan untuk mengabdi Penciptanya.



WAFATNYA

Ia wafat pada 11 Rabi'ul Akhir 561 H (1166 M), pada usia 91 tahun. Tanggal ini diperingati oleh para pengagumnya sampai kini, dan anak benua India (Pakistan), dikenal sebagai Giarwin Syarif.



PENINGGALANNYA

Sepeninggal sang wali, para putra dan muridnya mendirikan suatu Thariqah, untuk menyuburkan spiritualitas Islami dan ajaran-ajaran Islami di kalangan umat dunia, yakni Thariqah Qadiriyah, yang sampai kini terkenal taat kepada prinsip-prinsip syari'at. Thariqah ini telah sedemikian besar jasanya bagi kebangkitan kembali 'dunia Islam', dan sumbangannya kepada Tasawuf tak terhingga. Tiga diantara catatan-catatan nasihat dan pengajarannya mencapai reputasi dunia. Yang paling luar biasa adalah FUTUH AL-GHAIB, yang terjemahannya disajikan berikut ini.


Selain itu, Fath al-Rabbani, kumpulan enam puluh delapan khutbah, yang disampaikan antara tahun 545 H dan 546 H. Yang ketiga adalah sebuah QASIDAH, sebuah syair yang memaparkan peranan dan peringkat wali dalam bahasa ekstatik. Syair ini disebut Qasidah al-Ghautsiyya.


Sebagaimana thariqah lain, Thariqah Qadiriyah dewasa ini, tampak lebih cenderung kepada risalah terakhir ini, dari pada karya-karya lainnya, yang memuat nasihat-nasihat tentang pembangunan diri, dan sebuah pesan dari alam ghaib.


Terlepas dari kekeliruan-kekeliruan pada para pengagumnya dewasa ini, pengaruh sang wali dalam sejarah Islami luar biasa. Kepribadiannya gemerlapan laksana zamrud berkilauan dari spiritualitas Islami dewasa ini, sebagaimana pada sejarah masa lalu.

 

Thursday, October 29, 2020

Resume Dalil Tentang Tashawuf Unit 2

 Tugas


Pilihlah salah satu dalil tentang tashawuf, kemudian jabarkan maksud ayat/hadits tersebut

Resume Dalil Tentang Tashawuf Unit 1

 Tugas


Pilihlah salah satu dalil tentang tashawuf, kemudian jabarkan maksud ayat/hadits tersebut

Wednesday, October 28, 2020

Perkembangan Pemikiran Tasauf Dalam Islam

 

Kehidupan spiritual sejatinya merupakan fase dimana manusia berotasi pada eksistensi dirinya, dimana fokus utama terletak pada dimensi spiritualnya dan nafs, ruh, qalb adalah sasaran dari kontemplasi tersebut (Dr. Isa Abduh Ahmad Isma’il Yahya, Hakikat al-Insan, Dar al-Ma’arif, tp, tt, hal. 85), yang lebih dikenal dengan asketisme (Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986, hal. 93-94).

 

Kehidupan asketis tidak dapat dipisahkan dari literatur dalam tradisi Islam, dimana dapat dijumpai sejumlah dalil-dalil dalam al-Qur’an maupun Hadits.

a.jpg

a.jpg

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah Zat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui

a.jpg

Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.

 

a.jpg

(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, (begitu juga balasan) atas kejahatan yang telah dia kerjakan. Dia berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan (hari) itu. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya. Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya.

a.jpg

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.

 

Sebagai salah satu dimensi keagamaan yang muncul di tengah agama dan peradaban lainnya, sufisme dalam Islam juga tidak luput dari keterpengaruhan tersebut.

 

Mulai konsep-konsep ketuhanan Neo-Platonisme Yunani sampai tradisi gnostik dan asketik yang berkembang di agama-agama Yahudi, Nasrani, Zoroaster, Hindu dan sebagainya, kemudian dengan dominasi warna Islamlah Sufisme berkembang. (Aboebakar Atjeh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, (Kelantan Malaysia: Pustaka Aman Press, 1977), hal. 67-78).

 

Sejak dekade akhir abad II Hijriah, sufisme sudah popular di kalangan masyarakat di kawasan dunia Islam, sebagai perkembangan lanjutan dari gaya keberagaman para zahid dan ‘abid, kesalehan yang mengelompok di serambi mesjid Madinah. (Abi Bakr Muhammad Ishaq al-Kalabadzi, Al-Tasawwuf li al- Mazhab Ahl al-Tasawwuf, (Beirut Libanon: Dar al-Kutb al-Ilmiyyah,, 1993), hal. 15).

 

Pada periode ini sudah mulai berkembang perbincangan tentang pada derajat fana dan ittihad.

 

Bersamaan dengan itu, tampillah para penulis tasawuf terkemuka, seperti al-Muhasibi (w.234 H), al-Harraj (w. 277H) dan al-Junaid al-Baghdadi (w. 297H)

 

Fase Yunani

Neoplatonisme dibangun oleh Plotinus (204-70 SM) yang merupakan filosof besar fase terakhir Yunani.

 

Neoplatonisme merupakan rangkaian terakhir dari fase Helenisme Romawi, yaitu suatu fase pengulangan ajaran Yunani yang lama, jadi aliran ini masih berkisar pada filsafat Yunani, yang teramu dalam mistik (tasawuf Timur), dan juga digabung dengan berbagai aliran lain yang mendukung. (Wikipedia)

 

Fase Arab Pra Islam

Bangsa Arab hanya memiliki ahli-ahli hikmat dan sebagian ahli syair. Yang memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendorong menuju keutamaan, dan menjauhkan diri dari kerendahan yang terkenal pada zaman mereka.  (H.A. Mustofa, 1999: 46)

 

Fase Islam

Sufisme  dalam Islam sudah dikenal sejak 2 Hijrah, yaitu dengan adanya para Zahid dan Abid di Serambi Mesjid Madinah. (Abi Bakr Muhammad Ishaq al-Kalabadzi, Al-Tasawwuf li al- Mazhab Ahl al-Tasawwuf, (Beirut Libanon: Dar al-Kutb al-Ilmiyyah,, 1993), hal. 15).

 

Tokoh populer yang dapat mewakili kelompok ini dapat ditunjuk Hasan al-Bashri (w. 110H), melalui doktrin al-zuhd, al-khauf dan al-raja’.

 

Selain tokoh ini, juga Rabiah al-Adawiyah (w.185H) dengan ajaran populernya al-mahabbah serta Ma’ruf al-Kharki (w.200H) dengan konsepsi al-syauq. (Julian Baldick, Mystical Islam; An Introduction to Sufism, (London: I.B. Tauris & Co Ltd., 1989,) , hal. 33).

 

Kemudian, Harits al-Muhasibi (w.234 H) dengan konsep ihya atsar al-salaf yang dipelopori orang Syiah.

 

Kemudian, Dzu al-Nan al-Mishri (w.245H) dengan konsepsi metodologi spiritual menuju Allah, yakni al-maqamat yang secara parallel berjalan bersama al-hal yang bersifat psiko-gnostik.

 

Kemudian, Surri al-Saqathi (w. 253H), yaitu yang mempelopori ajaran ‘Uzlah, karena ingin keluar dari radikalisme kaum Khawarij.

 

Kemudian, Abu Yazid al-Busthami (w.260H) melangkah lebih maju dengan doktrin al-ittihad melalui al-fana.

 

Kemudian, al-Harraj (w. 277H)  dengan konsep  al Hulul.

 

Kemudian, al-Junaid al-Baghdadi (w. 297H) dengan konsep Syariah, tharikat dan hakikat untuk mencapai Ma’rifah.

 

Kemudian, al-Ghazali (w.503H) dengan konsep alma’rifat

 

Ibn Arabi (w.638H), dengan konsep al Ma’rifah  Wahdatul Wujud (berbeda dengan Al ghazali).

Standar Baik dan Buruk Berdasarkan Ajaran Akhlak

 

qDefinisi Akhlak

فالخلق عبارة عن هيئة فى النفس راسخة عنها تصدر الافعال بسهولة ويسر من غير حاجة الى فكر ورؤية

“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan tindakan-tindakan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran atau pun pertimbangan”,(Ihya Ulumiddin, Juz. III, hal. 53).

qAkhlak Baik

qAt Taqwa

التقوى هي امتثال اوامر الله عز وجل واجتناب نواهه سرا وعلانية

“Taqwa  adalah melaksanakan segala perintah Allah Swt dan menjauhi segaa larangan Nya, secara sembunyi dan terang-terangan”.

 

qAl Alfah (Kelembutan)

الاالفة هي الاستئناس بالناس والفرح بلقائهم

“Alafah Berjinak-jinak (lembut) dengan manusia dan merasa senang ketika berjumpa dengan mereka“.

 

qAl Akha-a (Persaudaraan)

الاخاء رابطة بين الشخصين تحقق بينهما المودة

“Akha-a adalah suatu ikatan diantara dua orang yang sudah pasti rasa kash sayang antara keduanya“.

 

qAsh Shidiq (Benar)

الصدق هو الاخبار بما يطابق الواقع

“Ash Shidiq adalah menyampaikan suatu berita yang seperti realita terjadi“.

 

qAl Amanah

الامانة هي القيام بحقوق الله وحقوق عباده

“Amanah adalah mendidirkan haq Allah dan haq hambanya Allah“.

 

qAl Iffah (Terpelihara)

العفة هي صفة للنفس تكفها عن المحرمات ورذائل الشهوات

“’Iffah adalah suatu sifat untuk mencegah seseorang dari yang haram dan kehinaan syahwat“.

 

qAl-Muru-ah (Marwah)

المروءة هي صفة تدعو الى التمسك بمكارم الاخلاق ومحاسن العادات

“Muru-ah adalah suatu sifat yang mengajak seseorang untuk berjalan dengan kemuliaan akhlak dan kebagusan sikap“.

 

qAl Hilmu (Lemah Lembut)

الحلم هو صفة تحمل صاحبها على ترك الانتقام ممن اغضبه مع قدرته على ذلك

“Al Hilmu adalah suatu sifat yang membuat seseorang meninggalkan penyiksaan terhadap orang yang marah kepadanya serta mampu untuk membalas kemarahan tersebut“.

 

qAs Sakha-a (Dermawan)

السخاء هو بذل المال من غير مسئلة ولا استحقاق

“Sakha-a adalah memberikan harta kepada seseorang tanpa suatu sebab dan tidak mengharapkan sesuatu“.

 

qAt Tawadhu’ (Merendahkan Diri)

التواضع هو خفض الجناح والانة الجانب من غير خسة ولا مذلة

“Tawadhu’ adalah rendah hati dan rendah diri yang tidak membuat diri rendahan dan hina.

 

qAkhlak Buruk

qAl Kazbi (Dusta)

الكذب هو الاخبار بما لا يطابقه

“Al Kazbi adalah menyampaikan sesuatu yang tidak sesuai dengan realita“.

 

qAl Hiqdu (Licik)

الحقد هو اضمار السوء والحرص على الايذاء

“Al Hiqdu adalah menyembunyikan keburukan dan merencanakan untuk menyakiti“.

 

qAl Hasad (Dengki)

الحسد هو تمنى زوال النعمة عنيره

“Al Hasad adalah bercita-cita untuk menghilangkan nikmat orang lan“.

 

qAl Ghibah

الغيبة هي ذكراخيك بما يكره ولو فى وجهه

“Al Ghibah adalah menyebut sesuatu yang dibenci  tentang saudara kita, walau dihadapannya“.

 

qAn Namimah(Membawa Berita)

النميمة هي نقل اقوال الناس او اعمالهم او احوالهم الى الغير على وجه الافساد

“An Namimah adalah memindahkan (membawa/menyampaikan) perkatan, perbuatan atau keadaan manusia kepada orang lain untuk merusak repuasi orang tersebut”.

 

qAl Kibru (Takabur)

الكبر هو استعظام النفس ورؤية قدرها فوق قدر الغير

“Al Kibru adalah menuntut besar dirinya dan mengagap dirinya lebih mulia dari orang lain“.

 

qAl Ghurur (Penipuan)

الغرور هو سكون النفس الى ما يوافق الهوى ويميل اليه طبع بسبب شبهة شيطانية

“Al Ghurur adalah ketetapan jiwa kepada kemauan nafsu dan menjadi suatu tabiat dengan sebab tipu daya sifat syaithaniyah“.

 

qAdh Dhulmu (Dhalim)

الظلم هو الخروج عن حد الاعتدال بالتقصير

“Adh Dhulmu adalah keluar dari pada batasan keadilan dengan sebab muta’di“.

 

Friday, October 23, 2020

Resume: Perkembangan Pemikiran Tashawuf Dalam Islam Unit 2

 Ikutilah video ini sampai selesai 

https://youtu.be/ANigvQxbcdI 

Kemudian buatlah resume dikolom komentar

Resume: Perkembangan Pemikiran Tashawuf Dalam Islam Unit 1

 Ikutilah semua materi yang disajikan di video ini

https://youtu.be/ANigvQxbcdI 

Kemudian buatlah resume di kolom komentar

Saturday, October 17, 2020

Resume: Standar Baik dan Buruk Menurut Ajaran Akhlak, Moral & Etika, Unit 2

 Pilihlah salah satu akhlak baik atau akhlak buruk yang mudah antum fahami, kemudian jabarkan pada kolom komentar.

Resume: Standar Baik dan Buruk Menurut Ajaran Akhlak, Moral & Etika Unit 1

 Pilihlah salah satu akhlak baik atau akhlak buruk yang mudah antum fahami, kemudian jabarkan pada kolom komentar.

Friday, October 16, 2020

Sumber Ajaran Akhlak

 

1.     Al Quran Surat Al Bayyinah: 5

!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.

 

 

2. Al Quran Surat Al Baqarah: 153

$ygƒr'¯»tƒ z`ƒÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qãYÏètGó$# ÎŽö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# yìtB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÌÈ

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.

 

 

3.   Al Quran Surat Al A’raf: 199

Éè{ uqøÿyèø9$# óßDù&ur Å$óãèø9$$Î/ óÚ̍ôãr&ur Ç`tã šúüÎ=Îg»pgø:$# ÇÊÒÒÈ

“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.

 

 

4. Al Quran Surat An Nahl: 90

* ¨bÎ) ©!$# ããBù'tƒ ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGƒÎ)ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztƒur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍x6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏètƒ öNà6¯=yès9 šcr㍩.xs? ÇÒÉÈ

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”

 

 

5.   Hadits Riwayat Ibnu Majah

Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, dia berkata, Nabi shallallahu alaihi was sallam, bersabda : “Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islami adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah)

 

6.   Hadits Riwayat Bukhari Muslem

“Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah (hina).” (HR. Bukhari, Muslim)

 

7.   Hadits Riwayat Tirmizi

“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah ia yang memiliki akhlak terbaik. Yang terbaik diantara kalian adalah yang terbaik akhlaknya kepada pasangannya.” (HR. At Tirmidzi)

 

8.   Hadits Riwayat Tirmizi

Abu Darda radhiallahu anhu, meriwayatkan, “Aku mendengar Nabi shallallahu alaihi was sallam berkata, ‘Tak ada yang lebih berat pada timbangan (mizan, pada hari pembalasan) dari pada akhlak yang baik. Sungguh orang yang berakhlak baik akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat.” (HR. At Tirmidzi)