Tuesday, March 26, 2019

Melawan Rasa Sakit Saat Yudisium

Hari ini selasa, 26 Maret 2019 adalah hari yang sangat berbahagia, karena mayoritas teman2 seleting di pascasarjana IAIN Lhokseumawe di yudisium.

Namun hari ini berbeda yang saya rasakan dengan apa yang dirasakan teman2.

Dengan rasa sakit yang sudah 2 tahun ini yang tidak tau penyebabnya kenapa, saya mengikuti yudisium dengan rasa was-was.

Was-was takut tumbang saat acara demi acara berlalu, was-was tumbang saat ketika pengukuhan per mahasiswa yang harus berjalan didepan Kajur masing2 untuk menerima transkrip nilai.

Dengan penuh was-was akhir Allah juga memberi kekuatan kepada ku tuk bisa mengikuti acara yudisium dengan khidmat walau was-was dan rasa tertekan dijiwa.

Sejak semester kedua kuliah dulu sakit ini sudah saya rasakan, sampai sekali hampir tumbang saat kuliah dengan salah seorang dosen dari luar, walau sangat sakit saya pertahankan sampai akhir kuliah dari pagi sampai malam hari.

Namun bertahannya saya ketika itu tidak membuat nilai saya lebih bahus dari orang lain, ya...hanya B+ yang diberikan, padahal ketika itu saya telah mempertaruhkan antara tumbang dan tidak.

Ah sudahlah, bukan masalah nilai, masalahnya ketika itu sudah mulai sakit.

Sakit yang berkelanjutan itu juga sangat mengganggu saya saat mengadakan penelitian menyelesaikan tesis.

Namun dengan berbekal asa yang kuat, akhirnya tesis pun terselesaikan dengan masa sidang 1,8 tahun.

Dengan serba kekurangan dalam kesehatan, setelah sidang saya ditawarkan mengajar di IAIN Lhokseumawe di strata 1.

3 semester sempat mengajar, kemudian rasa sakit semakin parah dan tak tau kapan datangnya. Akhirnya dengan alasan kesehatan saya memutuskan diri untuk istirahat dari dosen, walau mereka kebanyakan memburu titel dosen itu.

Hampir seluruh dokter spesialis sudah saya datangi, namun tentang apa penyebab vertigo yang saya derita belum ada titik temu.

Saya tidak mengeluh tentang sakit, tapi saya hanya resah, gelisah dan was-was ketika ada kegiatan2 serupa yudisium atau lainnya. Tapi saya tak bisa tenang saat kegiatan, karena rasa takut tumbang yang senantiasa menghantui.

Sebagai manusia biasa, saya juga rindu kesembuhan, ingin sembuh seperti mereka, kemana-mana tanpa dihantui rasa sakit.

Tapi saya tak akan berharap lebih, saya yakin Allah Swt sedang mempersiapkan apa yang terbaik buat saya, ya yang baik menurut Allah Swt.

Namun sesakit-sakitnya rasa sakit dan se was-was nya akan tumbang, namun saya senantiasa nyaman dan aman ketika dirumah dan dipesantren, nyaman saat mengajar mereka di balee.

Saya senantiasa berharap, bila sakit saya tak ada obatnya didunia ini, bila sakit ini sebagai sebab berjumpa dengan Allah, maka Husnul Khatimahlah yang saya harap.

Tak ada suatu yang lebih pun yang dapat saya handalkan, hanya keridhaan dan bifadhlillah segalanya.


Thursday, March 21, 2019

Kampanye Akal Sehat Dalam Pilpres 2019


Manusia adalah makhluk yang sangat sempurna Allah ciptakan dari pada makhluk-makhluk yang lain, bahkan dalam al-Quran Allah menegaskan:
Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya”, (Q. S At-Tin: 4).

Manusia juga sebagai makhluk yang menciptakan perubahan di permukaan bumi ini, dari perilaku jahiliyah yang tidak beradab ke perilaku yang beradab, ini khusus dipelopori oleh Nabi Muhammad saw.
Hanyasanya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak”, (H. R Bayhaqi).

Akal adalah utusan kebenaran, ia adalah kendaraan pengetahuan, serta pohon yang membuahkan istiqamah dan konsistensi dalam kebenaran, karena itu, manusia baru bisa menjadi manusia kalau ada akalnya. (Muhammad Quraisy Shihab).

Akal bukan saja daya pikir, tetapi gabungan dari sekian daya dalam diri manusia yang menghalanginya terjerumus ke dalam dosa, kesalahan dan kemaksiatan, Karena itulah maka ia di namai oleh al-Qur‟an “’aql” (akal) yang secara harfiah berarti tali, yakni yang mengikat hawa nafsu manusia dan menghalanginya terjerumus kedalam dosa, pelanggaran dan kesalahan.

Menjelang pemelihan presiden April 2019 mendatang, kita sering mendengar kata pilpres akal sehat, dimana setiap kubu dari capres-cawapres mengatakan kelompoknyalah sebagai pemilih akal sehat untuk perubuhan Indonesia yang lebih beradab.

Hakikat manusia menurut al-Ghazali terkait erat dengan akal dan hati yang dimiliki manusia, yakni akal yang sehat tidak berdiri sendiri namun sangat terkait dengan hati.

Kalau diibaratkan, hati sebagai raja, akal sebagai panglima dan anggota (jawarih) sebagai tentara, panglima yang baik dan bijaksana adalah panglima yang menerima perintah dari raja bukan dari hasil ijtihadnya sendiri, karena rasa kemanusia itu lahir dalam relung hati yang paling dalam. Dan ini tidak akan terlepas dari undang-undang yaitu konsep al-Quran dan Hadits.

Konsep akal sehat bukan saja sehat menurut pemikiran kita namun terbentur disana-sini dengan syariat, namun konsep akal sehat adalah akal yang tumbuh berkembang dibawah syariat, yang senantiasa menumbuhkan sifat ukhuwah islamiyah, mengutakan hablu minallah dan hablu minannas.


Siapakah Pemilik Akal Sehat?

Pemilik akal sehat adalah mereka yang senantiasa mempergunakan akalnya untuk mengenal Allah Swt melalui penciptaan Allah, senantiasa meningkatkan ketaqwaan dan berlaku adil sesama manusia.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”, (Q. S Ali Imran: 90-91).

Orang yang berakal sehat adalah orang yang senantisa mengingat Allah, mengambil i’tibar dari apa yang telah diciptakan oleh Allah sehingga ia makin taat kepada Allah Swt, menjunjung segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah dan tentunya senantiasa meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang khilaf dilakukan, senantiasa mencari ridha Allah agar diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan kedalam surga.

Manusia yang memiliki akal sehat ini dapat dilihat dari beberapa tanda, yaitu pertama; orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian serta terlepas dirinya dari sifat munafiq. Orang munafiq adalah orang-orang yang jika berbicara maka ia berdusta, jika membuat janji tidak menepatinya, jika berselisih melampaui batas, dan jika melakukan perjanjian mengkhianatinya.

Kedua; orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa menjaga tali silaturrahmi.

Ketiga; orang-orang yang takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Yaitu mereka yang senantiasa takut untuk melakukan kemaksiatan kepada Allah, baik dalam keramaian atau kesendirian, karena ia berkeyakinan bahwa ia senantiasa dalam pengawasan Allah Swt dan juga yakin suatu saat di yaumil hisab ia akan dihisab dengan sangat berat atas kemaksiatan yang dilakukan didunia ini.

Keempat; orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Allah. Sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah dengan mengharap limpahan fahala dan juga sabar untuk tidak melakukan kemungkaran dengan rasa takutnya kepada azab Allah.

Kelima; orang-orang yang mendirikan shalat. Mendirikan shalat itu bukan saja mengerjakannya, namun mengerjakannya dengan aturan syarat dan rukun serta mengetahui yang membatalkan shalat dan yang membatalkan fahala shalat, serta mengerjakan shalat tepat waktu dengan berjama’ah.

Keenam;  orang-orang yang menafkahkan sebagian rezkinya kepada orang lain secara sembunyi atau terang-terangan. Yakni menafakahkan keluarganya, membayar zakat serta berifaq secara tatawu’.

Ketujuh; orang-orang yang menolak kejahatan dengan kebaikan. Orang-orang yang ketika disakiti dan didhalimi ia tidak membalas dengan kedhaliman pula, namun senantiasa berlaku baik kepada semua manusia serta mempunyai sifat pemaaf.
Dan tidak sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang diantaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar”, (Q. S Al- Fushshilat: 34-35.


Sudahkah kita berkampanye dengan akal sehat?

Kampanye adalah sebuah tindakan dan usaha yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna mempengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian. Dalam sistem politik demokrasi, kampanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral pencapaian dukungan, di mana wakil terpilih atau referenda diputuskan. Kampanye politis tindakan politik berupaya meliputi usaha terorganisir untuk mengubah kebijakan di dalam suatu institusi (wikipedia).

Dalam mencari dukungan kepada calon presiden yang kita usung, apakah kita telah berkampanye dengan menggunakan akal sehat? Atau hanya menggunakan akal dan nafsu yang saling menghujat, menyalahkan serta saling mencari aib-aib dan kesalahan dari capres lawan politik kita.

Berkampanye yang baik adalah dengan mensosialisasikan visi dan misi dari calon yang kita usung, menyampaikan program-program yang pro rakyat yang program tersebut mampu dicerna dengan akal, jadi buka saja sekedar program yang kadang bernuilai cet langet.

Anehnya ini yang jarang dilakukan oleh timses atau simpatisan suatu calon yang didukung, mereka lebih suka dengan mencari kejelakan lawan politik mereka, menulis kata-kata yang proaktif, mencari referensi-referensi bodong (entah apa nama medianya) tentang kebeurukan calon lain dan kebaikan calonnya.

Media sosial menjadi salah satu sarana untuk saling mencerca, memaki bahkan saling mengkafirkan (ini sangat bahaya bagi aqidah kita), menghina ulama dan menganggap kita yang paling benar.

Beda dukungan adalah beda dalam pemilihan yang tentunya siapapun yang akan terpilih menjadi presiden kelak, ia akan menjalankan negara ini suai dengan undang-undang yang berlaku.

Didalam pemlihan capres-cawapres kali ini, kita tidak dapat mempungkirinya bahwa dalam setiap calon capres-cawapres ada ulama yang berperan sebagai penasehat mereka dan ini menjadi penyemangat dalam kita berpesta demokrasi.

Sebaik-baik pemilih, marilah kita memilih presiden yang mengayomi rakyat, mensejahterakan rakyat dan tentunya mereka yang mampu menolong agama Allah.

“Hai   orang-orang  yang  beriman,  janganlah  kamu  mengambil  jadi pemimpinmu, orang-orang  yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik).  Dan  bertakwalah kepada Allah  jika  kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (QS:  Al-Maidah: 57).

Bersatulah dalam memilih pemimpin dan jangan bercerai-berai, bersatu dalam kebersamaan walau beda pendapat, sungguh negeri ini adalah anugerah terindah bagi kita dan Islam adalah pengikatnya.

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang  yang bersaudara,... ... ... (Q. S Ali Imran:103)

Wednesday, March 13, 2019

Apakah Kita Back To Jahiliyah?


Jahiliyah (bahasa Arab: جاهلية, Jāhilīyyah) adalah konsep dalam agama Islam yang menunjukkan masa di mana penduduk Mekkah berada dalam ketidaktahuan (kebodohan). Akar istilah jahiliyyah adalah bentuk kata kerja I pada kata jahala, yang memiliki arti menjadi bodoh, bodoh, bersikap dengan bodoh atau tidak peduli. Kemudian dalam syariat Islam memiliki arti "ketidaktahuan akan petunjuk Ilahi" atau "kondisi ketidaktahuan akan petunjuk dari Tuhan". Keadaan tersebut merujuk pada situasi bangsa Arab kuno, yaitu pada masa masyarakat Arab pra-Islam sebelum diutusnya seorang rasul yang bernama Muhammad. Pengertian khusus kata jahiliyah ialah keadaan seseorang yang tidak memperoleh bimbingan dari Islam dan al-Qur'an, (wikipedia).

Menurut P.K Hitti dalam bukunya History of The Arabic, menjelaskan makna jahiliyah bukan bermakna bodoh dalam ilmu pengetahuan, namun bodoh dari sudut pemahaman agama, karena sebelum nabi Muhammad saw diutus, tidak ada nabi dan tidak ada kitab yang dijadikan sebagai petunjuk hidup.

Menurut Mahyuddin dan Hilmi, pengertian jahiliyah mempunyai makna kekufuran, keangkuhan, kemaksiatan dan juga kebodohan.

Kebodohan orang jahiliyah tentang agama, kekurangan akhlak, kurang moral, tidak beradab dan tidak berpegang kepada aturan agama nabi terdahulu, namun mereka sudah lumayan dalam berpolitik, ekonomi dan ilmu pengetahuan dalam berdagang.


Kebiasaan yang dilakukan orang jahiliyah

Pertama; orang-orang jahiliyah jazirah, seperti Mekkah, Thaif, San’a, Hajar, Yatsrib, Daumatul Jandal dan sekitarnya sangat gemar melakukan berjudi, dan berjudii tersebut selain sebagai kebiasaan mereka juga menganggap sebagai sumber penghasilan.

Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung.” (Q.S. Al-Maidah: 90).

Kedua; meneguk khamar, kebiasaan orang-orang jahiliyah ketika itu berkumpul-kumpul untuk meneguk khamar, kemudian setelah mereka setengah mabuk mereka berbangga diri dengan kemabukannya.

Ketiga; nikah Istibdha’, yaitu seseorang membawa isterinya kepada orang yang diinginkannya. Yaitu, orang tertentu dari kalangan pemimpin dan pembesar yang dikenal dengan keberanian dan kedermawanannya agar sang isteri melahirkan anak sepertinya.

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, bahwa dia mengatakan: “Seorang pria berkata kepada isterinya ketika telah bersih dari haidhnya: ‘Pergilah kepada si fulan lalu mintalah tidur dengannya.’ Kemudian suaminya menyingkirinya dan tidak menyentuhnya selamanya hingga nampak kehamilannya dari pria yang diminta menidurinya. Jika kehamilannya telah tampak, maka suaminya menyetubuhinya jika suka. Ia melakukan demikian hanyalah karena menginginkan kelahiran anak. Oleh karenanya, nikah ini disebut nikah Istibdha’.

Keempat; mengubur hidup-hidup anak perempuan, seorang ayah yang melihat anaknya yang lahir anak perempuan, maka mereka menguburkannya hidup-hidup dengan dalih takut mendapat aib.

Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh”, (Q.S. At-Takwir: 8-9).

Kelima; membunuh anak-anak karena takut miskin, ketika mereka telah putus asa atas bencana kemiskinan yang mereka dera, maka mereka membunuh anak-anak mereka.

Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka”, (Q.S. Al-An’am: 151).
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu”,(Q.S. Al-Isra’:31).
Keenam; wanita berdandan ketika keluar rumah, tujuan dari para wanita jahiliyah ketika itu mereka berdandan untuk menarik simpati dan perhatian para lelaki ajnabi, sehingga ketika mereka dirayu dan dipikat akan merasa bangga.
Ketujuh; perselingkuhan, para wanita-wanita mardeka yang sudah bersuami mereka memelihara lelaki-lelaki lain sebagai pemuas nafsunya, mereka melakukan hubungan haram ini secara sembunyi-sembunyi.
… Dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya ….”(Q.S. An-Nisa’: 25).

Kedelapan; menjadikan budaknya sebagai pelacur, salah satu penghasilan yang diapat para tuan-tuan ketika itu adalah dengan menjadikan budak-budaknya sebagai pelacur di tempat hiburan-hiburan malam.
Kesembilan; fanatisme golongan. Mereka menganggap golongannya yang terbaik dan perlu ditolong, walau golongannya melakukan kedhaliman.
Tolonglah saudaramu, baik dia menzalimi ataupun dizalimi.” Kemudian ada yang mengatakan, “Wahai Rasulullah, kami akan menolongnya (saudara kami) jika dia dizalimi, maka bagiamana cara kami akan menolongnya jika dia menzalimi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau mencegahnya supaya tak berbuat zalim”, (H. R Bukhari).

Kesepuluh; mempercayai takhayul, takhayul adalah sesuatu yang hanya berdasarkan pada khayalan belaka. Seperti Mereka berkeyakinan bahwa barangsiapa mencela dan mencaci maki berhala Laata' atau Uzza, ia akan mendapat penyakit supak.

Kesebelas; Menyembah Berhala,  awal mula penyembahan berhala di Mekah adalah ketika seorang bernama Amr bin Luhay membawa berhala besar bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam. Di Mekah, berhala Hubal ditaruh di Ka'bah dan disuruhnya orang-orang datang menyembahnya.

Apakah kita telah melakukan kebiasaan jahiliyah?

Kita umat nabi Muhammad Saw pada akhir zama yang telah datang risalah kebenaran Islam  kepada kita, al-Quran dan hadits sebagai pedoman hidup yang didalamnya termaktub tatanan cara beribadah kepada Allah Swt, cara mu’amalah, munahakat, siyasah dan lain tentang kesempurnaan hidup didunia ini baik dalam hubungan dengan Allah atau hubungan dengan makhluk lainnya.

Islam sebagai agama yang kita anut dan percayai kebenarannya telah menyempurnakan akhlak kita dan perilaku hidup baik sesama Islam atau non Islam, hubungan sesama Islam adalah dengan ukhuwah Islamiyah sedangkan hubungan dengan non Islam adalah tasamuh.

Perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari semuanya telah diatur dalam Islam, sehingga kita dapat membedakan yang mana perilaku yang baik sesuai suri teladannya Rasulullah Saw ataukah tanpa kita sadari kita telah terjerumus kedalam kejahilan masa jahiliyah.

Allah sangat melarang kepada kita untuk tidak kembali lagi ke perangai jahiliyah setelah datang kebenaran kepada kita.

Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah : 49-50).

Kembali ke peradaban jahiliyah sama dengan telah mendhalimi diri sendiri, dan dalam Islam mendhalimi diri sendiri sangat dilarang.

Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka”,(QS. Huud : 101 ).

Sungguh hakikat kebenaran telah dibawa oleh Rasulullah Saw, mari kita senantiasa menjadikan Beliau sebagai suri teladan dalam segala hal, kesempurnaan akhlak yang hancur pada masa jahiliyah telah Beliau sempurnakan dan ini merupakan salah satu warisan yang perlu kita warisi.

Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk dita'ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”, ( QS. An Nisaa: 64).

Tuesday, March 12, 2019

Pecinta ataukah Pembenci Hoax?

Hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya (wikipedia).

Al- Mawardi menjelaskan Hakikat dusta yaitu pengkabaran tentang sesuatu yang bertentangan dengan realita. Dan pengkabaran tersebut tidaklah terbatas pada perkataan, akan tetapi terkadang dengan perbuatan. Seperti dengan isyarat tangan, atau dengan anggukan kepala, bahkan terkadang dengan sikap diam”.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak tidak terlepas dengan bermedia sosial, bakl itu facebook, twiter, instagram dan media sosial lainnya.

Menjelang pilpres April 2019 ini, bermacam berita kita dapatkan di media sosial, baik itu bersumber dari media yang terpercaya yang ada legalitasnya atau media bodong yang tidak ada legalitasnya.

Berita-berita tersebut sarat hari kita baca dan share tanpa di akun-akun media sosial kita tanpa pernah kita tabayyun atau cerna dulu.

Anehnya, pada satu sisi kita pembeci berita-berita yang tidak jelas dari media yang tidak jelas tentang keburukan capres-cawapres yang kita dukung, dan menganggap itu adalah hoax yang kebenarannya dipertanyakan.

Namun pada sisi yang lain kita juga termasuk salah seorang yang mengupload atau share berita-berita tersebut untuk kepuasan nafsu kita.


Pencinta Berita Hoax

Bagi yang menganggap capres-cawapresnya segala-galanya, maka ia akan menempuh berbagai cara untuk menaikkan elekbilitas calon yang ia dukung. Maka sarat hari ia akan mencari berita-berita yang menulis tentang kebaikan-kebaikan capres-cawapresnya dari berbagai sumber bacaan tanpa menghiraukan akuntabelitas media atau bacaan tersebut.

Tugasnya setiap hari berita-berita tersebut ia share di media sosial sebagai bahan komsumsi peminat media-media sosial, dan ini masih dalam tingkat wajar, karena ia bertujuan meningkjatkan persentase peminat terhadap calon yang ia dukung.

Namun pada sisi yang lain, ia mencari semua berita-berita yang menulis tentang keburukan lawan capres-cawapresnya tanpa melihat dan memfilter media-media tersebut apakah legal atau media bodong, kemudian ia share untuk memburukkan dan menurunkan elekbilitas capres-cawapres yang tidak ia dukung.

Dan sandainya yang ia share itu benar, maka ia telah menyebarkan aib orang lain dan ini tidak disukai oleh Islam (kecuali menyampaikan pengkhianatannya tentang Islam), dan bila yang ia sampaikan itu tidak benar maka ia telah memfitnah sesama Islam.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, ‘Tahukah kalian, apakah itu ghibah? Para sahabat menjawab, ‘Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘engkau membicarakan sesuatu yang terdapat dalam diri saudaramu mengenai sesuatu yang tidak dia sukai. Salah seorang sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah SAW, bagaimana pendapatmu jika yang aku bicarakan benar-benar ada pada diri saudaraku? Rasulullah SAW menjawab, jika yang kau bicarakan ada pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mengghibahinya. Sedangkan jika yang engkau bicarakan tidak terdapat pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mendustakannya (HR. Muslim).

Membenarkan berita-berita yang tidak benar kepada capres-cawapresnya dan menyebarkan berita aib lawan capres-cawapresnya tanpa tabayyun adalah bentuk cintanya seseorang kepada hoax.


Cara Melawan Berita Hoax

Kita sebagai pengguna media sosial, mari kita gunakan media sosial dengan bijak, memfilter media-media yang mempunyai legalitasnya agar berita-berita yang kita konsumsi dan share paling tidak mendekati realita sebenarnya. Atau mentabayyun terlebih dahulu informasi-informasi yang sampai kepada kita agar kita tidak menjadi korban berita hoax.

Dijaman politik sekarang ini, sangat sulit membedakan mana berita hoax dan yang mana berita asli, karena tidak ada standar keasliannya suatu berita.

Dalam membuat berita, sebagian berita khusus dibuat untuk menjelekkan lawan politiknya sehingga apapun yang namanya jelek akan ditulisnya, baik itu ada atau tiada, asal tujuannya untuk meningkat elekbilitas capres-cawapres yang ia dukung.

Untuk melawan berita hoax kepada kita, mari kita tidak termasuk orang yang menyebarkan berita-berita yang memuat tentang aib orang lain, baik berita itu benar secara mutawatir atau masih diragukan kebenarannya.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka ‘memakan daging’ saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(Al-Hujurat : 12).

Rasulullah Saw juga bersabda:

Barang siapa yang melihat aurat (aib), lalu ia menutupinya maka ia seperti telah menghidupkan bayi yang dikuburkan hidup-hidup” (H.R Abu Dawud).

Diam, melihat dan menilai mana yang lebih baik dizaman sekarang ini lebih baik, menentukan pilihan bukan saja sesuai nafsu, namun melalui istikharah dan siapa diantara mereka yang dianggap lebih menguntungkan Islam, maka dialah pilihan kita. Mari senantiasa meminta pertolongan Allah Swt.

Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di Tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atyas segala sesuatu”, (Q. S Ali Imran: 26).