Thursday, March 21, 2019

Kampanye Akal Sehat Dalam Pilpres 2019


Manusia adalah makhluk yang sangat sempurna Allah ciptakan dari pada makhluk-makhluk yang lain, bahkan dalam al-Quran Allah menegaskan:
Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya”, (Q. S At-Tin: 4).

Manusia juga sebagai makhluk yang menciptakan perubahan di permukaan bumi ini, dari perilaku jahiliyah yang tidak beradab ke perilaku yang beradab, ini khusus dipelopori oleh Nabi Muhammad saw.
Hanyasanya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak”, (H. R Bayhaqi).

Akal adalah utusan kebenaran, ia adalah kendaraan pengetahuan, serta pohon yang membuahkan istiqamah dan konsistensi dalam kebenaran, karena itu, manusia baru bisa menjadi manusia kalau ada akalnya. (Muhammad Quraisy Shihab).

Akal bukan saja daya pikir, tetapi gabungan dari sekian daya dalam diri manusia yang menghalanginya terjerumus ke dalam dosa, kesalahan dan kemaksiatan, Karena itulah maka ia di namai oleh al-Qur‟an “’aql” (akal) yang secara harfiah berarti tali, yakni yang mengikat hawa nafsu manusia dan menghalanginya terjerumus kedalam dosa, pelanggaran dan kesalahan.

Menjelang pemelihan presiden April 2019 mendatang, kita sering mendengar kata pilpres akal sehat, dimana setiap kubu dari capres-cawapres mengatakan kelompoknyalah sebagai pemilih akal sehat untuk perubuhan Indonesia yang lebih beradab.

Hakikat manusia menurut al-Ghazali terkait erat dengan akal dan hati yang dimiliki manusia, yakni akal yang sehat tidak berdiri sendiri namun sangat terkait dengan hati.

Kalau diibaratkan, hati sebagai raja, akal sebagai panglima dan anggota (jawarih) sebagai tentara, panglima yang baik dan bijaksana adalah panglima yang menerima perintah dari raja bukan dari hasil ijtihadnya sendiri, karena rasa kemanusia itu lahir dalam relung hati yang paling dalam. Dan ini tidak akan terlepas dari undang-undang yaitu konsep al-Quran dan Hadits.

Konsep akal sehat bukan saja sehat menurut pemikiran kita namun terbentur disana-sini dengan syariat, namun konsep akal sehat adalah akal yang tumbuh berkembang dibawah syariat, yang senantiasa menumbuhkan sifat ukhuwah islamiyah, mengutakan hablu minallah dan hablu minannas.


Siapakah Pemilik Akal Sehat?

Pemilik akal sehat adalah mereka yang senantiasa mempergunakan akalnya untuk mengenal Allah Swt melalui penciptaan Allah, senantiasa meningkatkan ketaqwaan dan berlaku adil sesama manusia.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”, (Q. S Ali Imran: 90-91).

Orang yang berakal sehat adalah orang yang senantisa mengingat Allah, mengambil i’tibar dari apa yang telah diciptakan oleh Allah sehingga ia makin taat kepada Allah Swt, menjunjung segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah dan tentunya senantiasa meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang khilaf dilakukan, senantiasa mencari ridha Allah agar diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan kedalam surga.

Manusia yang memiliki akal sehat ini dapat dilihat dari beberapa tanda, yaitu pertama; orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian serta terlepas dirinya dari sifat munafiq. Orang munafiq adalah orang-orang yang jika berbicara maka ia berdusta, jika membuat janji tidak menepatinya, jika berselisih melampaui batas, dan jika melakukan perjanjian mengkhianatinya.

Kedua; orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa menjaga tali silaturrahmi.

Ketiga; orang-orang yang takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Yaitu mereka yang senantiasa takut untuk melakukan kemaksiatan kepada Allah, baik dalam keramaian atau kesendirian, karena ia berkeyakinan bahwa ia senantiasa dalam pengawasan Allah Swt dan juga yakin suatu saat di yaumil hisab ia akan dihisab dengan sangat berat atas kemaksiatan yang dilakukan didunia ini.

Keempat; orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Allah. Sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah dengan mengharap limpahan fahala dan juga sabar untuk tidak melakukan kemungkaran dengan rasa takutnya kepada azab Allah.

Kelima; orang-orang yang mendirikan shalat. Mendirikan shalat itu bukan saja mengerjakannya, namun mengerjakannya dengan aturan syarat dan rukun serta mengetahui yang membatalkan shalat dan yang membatalkan fahala shalat, serta mengerjakan shalat tepat waktu dengan berjama’ah.

Keenam;  orang-orang yang menafkahkan sebagian rezkinya kepada orang lain secara sembunyi atau terang-terangan. Yakni menafakahkan keluarganya, membayar zakat serta berifaq secara tatawu’.

Ketujuh; orang-orang yang menolak kejahatan dengan kebaikan. Orang-orang yang ketika disakiti dan didhalimi ia tidak membalas dengan kedhaliman pula, namun senantiasa berlaku baik kepada semua manusia serta mempunyai sifat pemaaf.
Dan tidak sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang diantaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar”, (Q. S Al- Fushshilat: 34-35.


Sudahkah kita berkampanye dengan akal sehat?

Kampanye adalah sebuah tindakan dan usaha yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna mempengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian. Dalam sistem politik demokrasi, kampanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral pencapaian dukungan, di mana wakil terpilih atau referenda diputuskan. Kampanye politis tindakan politik berupaya meliputi usaha terorganisir untuk mengubah kebijakan di dalam suatu institusi (wikipedia).

Dalam mencari dukungan kepada calon presiden yang kita usung, apakah kita telah berkampanye dengan menggunakan akal sehat? Atau hanya menggunakan akal dan nafsu yang saling menghujat, menyalahkan serta saling mencari aib-aib dan kesalahan dari capres lawan politik kita.

Berkampanye yang baik adalah dengan mensosialisasikan visi dan misi dari calon yang kita usung, menyampaikan program-program yang pro rakyat yang program tersebut mampu dicerna dengan akal, jadi buka saja sekedar program yang kadang bernuilai cet langet.

Anehnya ini yang jarang dilakukan oleh timses atau simpatisan suatu calon yang didukung, mereka lebih suka dengan mencari kejelakan lawan politik mereka, menulis kata-kata yang proaktif, mencari referensi-referensi bodong (entah apa nama medianya) tentang kebeurukan calon lain dan kebaikan calonnya.

Media sosial menjadi salah satu sarana untuk saling mencerca, memaki bahkan saling mengkafirkan (ini sangat bahaya bagi aqidah kita), menghina ulama dan menganggap kita yang paling benar.

Beda dukungan adalah beda dalam pemilihan yang tentunya siapapun yang akan terpilih menjadi presiden kelak, ia akan menjalankan negara ini suai dengan undang-undang yang berlaku.

Didalam pemlihan capres-cawapres kali ini, kita tidak dapat mempungkirinya bahwa dalam setiap calon capres-cawapres ada ulama yang berperan sebagai penasehat mereka dan ini menjadi penyemangat dalam kita berpesta demokrasi.

Sebaik-baik pemilih, marilah kita memilih presiden yang mengayomi rakyat, mensejahterakan rakyat dan tentunya mereka yang mampu menolong agama Allah.

“Hai   orang-orang  yang  beriman,  janganlah  kamu  mengambil  jadi pemimpinmu, orang-orang  yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik).  Dan  bertakwalah kepada Allah  jika  kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (QS:  Al-Maidah: 57).

Bersatulah dalam memilih pemimpin dan jangan bercerai-berai, bersatu dalam kebersamaan walau beda pendapat, sungguh negeri ini adalah anugerah terindah bagi kita dan Islam adalah pengikatnya.

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang  yang bersaudara,... ... ... (Q. S Ali Imran:103)

3 komentar: