Tuesday, March 12, 2019

Pecinta ataukah Pembenci Hoax?

Hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya (wikipedia).

Al- Mawardi menjelaskan Hakikat dusta yaitu pengkabaran tentang sesuatu yang bertentangan dengan realita. Dan pengkabaran tersebut tidaklah terbatas pada perkataan, akan tetapi terkadang dengan perbuatan. Seperti dengan isyarat tangan, atau dengan anggukan kepala, bahkan terkadang dengan sikap diam”.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak tidak terlepas dengan bermedia sosial, bakl itu facebook, twiter, instagram dan media sosial lainnya.

Menjelang pilpres April 2019 ini, bermacam berita kita dapatkan di media sosial, baik itu bersumber dari media yang terpercaya yang ada legalitasnya atau media bodong yang tidak ada legalitasnya.

Berita-berita tersebut sarat hari kita baca dan share tanpa di akun-akun media sosial kita tanpa pernah kita tabayyun atau cerna dulu.

Anehnya, pada satu sisi kita pembeci berita-berita yang tidak jelas dari media yang tidak jelas tentang keburukan capres-cawapres yang kita dukung, dan menganggap itu adalah hoax yang kebenarannya dipertanyakan.

Namun pada sisi yang lain kita juga termasuk salah seorang yang mengupload atau share berita-berita tersebut untuk kepuasan nafsu kita.


Pencinta Berita Hoax

Bagi yang menganggap capres-cawapresnya segala-galanya, maka ia akan menempuh berbagai cara untuk menaikkan elekbilitas calon yang ia dukung. Maka sarat hari ia akan mencari berita-berita yang menulis tentang kebaikan-kebaikan capres-cawapresnya dari berbagai sumber bacaan tanpa menghiraukan akuntabelitas media atau bacaan tersebut.

Tugasnya setiap hari berita-berita tersebut ia share di media sosial sebagai bahan komsumsi peminat media-media sosial, dan ini masih dalam tingkat wajar, karena ia bertujuan meningkjatkan persentase peminat terhadap calon yang ia dukung.

Namun pada sisi yang lain, ia mencari semua berita-berita yang menulis tentang keburukan lawan capres-cawapresnya tanpa melihat dan memfilter media-media tersebut apakah legal atau media bodong, kemudian ia share untuk memburukkan dan menurunkan elekbilitas capres-cawapres yang tidak ia dukung.

Dan sandainya yang ia share itu benar, maka ia telah menyebarkan aib orang lain dan ini tidak disukai oleh Islam (kecuali menyampaikan pengkhianatannya tentang Islam), dan bila yang ia sampaikan itu tidak benar maka ia telah memfitnah sesama Islam.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, ‘Tahukah kalian, apakah itu ghibah? Para sahabat menjawab, ‘Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘engkau membicarakan sesuatu yang terdapat dalam diri saudaramu mengenai sesuatu yang tidak dia sukai. Salah seorang sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah SAW, bagaimana pendapatmu jika yang aku bicarakan benar-benar ada pada diri saudaraku? Rasulullah SAW menjawab, jika yang kau bicarakan ada pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mengghibahinya. Sedangkan jika yang engkau bicarakan tidak terdapat pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mendustakannya (HR. Muslim).

Membenarkan berita-berita yang tidak benar kepada capres-cawapresnya dan menyebarkan berita aib lawan capres-cawapresnya tanpa tabayyun adalah bentuk cintanya seseorang kepada hoax.


Cara Melawan Berita Hoax

Kita sebagai pengguna media sosial, mari kita gunakan media sosial dengan bijak, memfilter media-media yang mempunyai legalitasnya agar berita-berita yang kita konsumsi dan share paling tidak mendekati realita sebenarnya. Atau mentabayyun terlebih dahulu informasi-informasi yang sampai kepada kita agar kita tidak menjadi korban berita hoax.

Dijaman politik sekarang ini, sangat sulit membedakan mana berita hoax dan yang mana berita asli, karena tidak ada standar keasliannya suatu berita.

Dalam membuat berita, sebagian berita khusus dibuat untuk menjelekkan lawan politiknya sehingga apapun yang namanya jelek akan ditulisnya, baik itu ada atau tiada, asal tujuannya untuk meningkat elekbilitas capres-cawapres yang ia dukung.

Untuk melawan berita hoax kepada kita, mari kita tidak termasuk orang yang menyebarkan berita-berita yang memuat tentang aib orang lain, baik berita itu benar secara mutawatir atau masih diragukan kebenarannya.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka ‘memakan daging’ saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(Al-Hujurat : 12).

Rasulullah Saw juga bersabda:

Barang siapa yang melihat aurat (aib), lalu ia menutupinya maka ia seperti telah menghidupkan bayi yang dikuburkan hidup-hidup” (H.R Abu Dawud).

Diam, melihat dan menilai mana yang lebih baik dizaman sekarang ini lebih baik, menentukan pilihan bukan saja sesuai nafsu, namun melalui istikharah dan siapa diantara mereka yang dianggap lebih menguntungkan Islam, maka dialah pilihan kita. Mari senantiasa meminta pertolongan Allah Swt.

Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di Tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atyas segala sesuatu”, (Q. S Ali Imran: 26).

1 komentar: