Tuesday, March 26, 2019

Melawan Rasa Sakit Saat Yudisium

Hari ini selasa, 26 Maret 2019 adalah hari yang sangat berbahagia, karena mayoritas teman2 seleting di pascasarjana IAIN Lhokseumawe di yudisium.

Namun hari ini berbeda yang saya rasakan dengan apa yang dirasakan teman2.

Dengan rasa sakit yang sudah 2 tahun ini yang tidak tau penyebabnya kenapa, saya mengikuti yudisium dengan rasa was-was.

Was-was takut tumbang saat acara demi acara berlalu, was-was tumbang saat ketika pengukuhan per mahasiswa yang harus berjalan didepan Kajur masing2 untuk menerima transkrip nilai.

Dengan penuh was-was akhir Allah juga memberi kekuatan kepada ku tuk bisa mengikuti acara yudisium dengan khidmat walau was-was dan rasa tertekan dijiwa.

Sejak semester kedua kuliah dulu sakit ini sudah saya rasakan, sampai sekali hampir tumbang saat kuliah dengan salah seorang dosen dari luar, walau sangat sakit saya pertahankan sampai akhir kuliah dari pagi sampai malam hari.

Namun bertahannya saya ketika itu tidak membuat nilai saya lebih bahus dari orang lain, ya...hanya B+ yang diberikan, padahal ketika itu saya telah mempertaruhkan antara tumbang dan tidak.

Ah sudahlah, bukan masalah nilai, masalahnya ketika itu sudah mulai sakit.

Sakit yang berkelanjutan itu juga sangat mengganggu saya saat mengadakan penelitian menyelesaikan tesis.

Namun dengan berbekal asa yang kuat, akhirnya tesis pun terselesaikan dengan masa sidang 1,8 tahun.

Dengan serba kekurangan dalam kesehatan, setelah sidang saya ditawarkan mengajar di IAIN Lhokseumawe di strata 1.

3 semester sempat mengajar, kemudian rasa sakit semakin parah dan tak tau kapan datangnya. Akhirnya dengan alasan kesehatan saya memutuskan diri untuk istirahat dari dosen, walau mereka kebanyakan memburu titel dosen itu.

Hampir seluruh dokter spesialis sudah saya datangi, namun tentang apa penyebab vertigo yang saya derita belum ada titik temu.

Saya tidak mengeluh tentang sakit, tapi saya hanya resah, gelisah dan was-was ketika ada kegiatan2 serupa yudisium atau lainnya. Tapi saya tak bisa tenang saat kegiatan, karena rasa takut tumbang yang senantiasa menghantui.

Sebagai manusia biasa, saya juga rindu kesembuhan, ingin sembuh seperti mereka, kemana-mana tanpa dihantui rasa sakit.

Tapi saya tak akan berharap lebih, saya yakin Allah Swt sedang mempersiapkan apa yang terbaik buat saya, ya yang baik menurut Allah Swt.

Namun sesakit-sakitnya rasa sakit dan se was-was nya akan tumbang, namun saya senantiasa nyaman dan aman ketika dirumah dan dipesantren, nyaman saat mengajar mereka di balee.

Saya senantiasa berharap, bila sakit saya tak ada obatnya didunia ini, bila sakit ini sebagai sebab berjumpa dengan Allah, maka Husnul Khatimahlah yang saya harap.

Tak ada suatu yang lebih pun yang dapat saya handalkan, hanya keridhaan dan bifadhlillah segalanya.


1 komentar: