Monday, April 25, 2022

Perbedaan Sulok Tasawuf dengan Sulok Kebatinan

Tulisan ini saya tulis karena pernah membaca dan mendengar ada beberapa tempat sulok yang selesai sulok disana atau hanya mengambil tarekat terus melakukan zikir sir yang dianjurkan seseorang akan sakti atau akan sembuh atau lainnya kadar hajat manusia.

Perbedaan SULOK Tasawuf dan SULOK Kebatinan, Sulok Tasawuf untuk mendekatkan diri kepada Allah (Taqarub ilallah), Sulok Kebatinan untuk mendapatkan kesaktian dengan dalih taqarub.

Maka dalam sulok tasawuf sang Mursyid tidak akan menyebutkan sesuatu yang lain dari hanya tujuan taqarub ilallah.

Zikir-zikir sir atau jihar yang dilaksanakan dalam sulok hanya bertujuan menumdukkan sifat-sifat buruk yang ada dalam tubuh manusia, sehingga manusia tersebut akan lebih dhahir sifat-sifat hasanah dan ini tentunya ia makin ikhlas kepada Allah.

Orang yang sudah taqarub ilallah boleh saja sakti boleh saja tidak, karena tidak ada maksud untuk sakti, sehingga saat sulok-sulok dilakukan tidak ada embel-embel atau ucapan yang keluar bahwa dengan sulok seseorang akan sakti, tapi berharap dengan ma'rifah yang diilhamkan kepadanya ia semakin ikhlas atas kadha Allah dan senantiasa husnuldhan kepada Allah, ia makin sadar kalau dirinya merupakan hamba yang hina dan Allah lah tuhan yang megah.

Karena kalau hanya sakti, maka Iblis itu lebih sakti tapi ia tidak tasawuf, bahkan ia ingkar kepada Allah, sombong dan angkuh.

Jadi sunguh tidak baik kalau ada tempat sulok yang memgembel-embel kepada orang lain dengan kata "yok sulok disana, kita akan begini dan begitu" agar jamaah jadi rame.

Sulok itu si salek yang akan mencari mursyid untuk menjadi guru rohaninya bukan ada sekelompok tim yang terjun kelapangan untuk merayu dan mengajak orang-orang untuk ikut sulok tempatnya dengan janji-janji manis (laksana kampanye politik) dan akhirnya ia katakan "datang saja nanti kamu akan rasakan sendiri kelebihan itu (amrun kharij).

Maka, siapa pun yang membaca tulisan ini semoga menjadi pertimbangan, saat ada ajakan-ajakan sulok pada tempat tertentu dengan bisiskan-bisikan tertentu.

Kalau ingin sakti (secara adat) maka belajarlah beladiri tanpa mesti kita beri umbul-umbul tasawuf untuk  kesaktian (selama praktek belajar itu tidak bertentangan dengan syariat). Sama seperti seseorang ingin kenyang, maka makanlah.

Nama boleh saja sama, yaitu SULOK, tapi maksud berbeda.

Monday, April 18, 2022

Larangan Memanggil Manusia Dengan Gelar Yang Dibenci

 Larangan memanggil kepada orang lain dengan panggilan yang dibenci.

Firman Allah

ولا تنابزوا بالالقاب

(dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk) 

yaitu janganlah sebagian di antara kalian memanggil sebagian yang lain dengan nama julukan yang tidak disukainya, antara lain seperti, hai orang fasik, atau hai orang kafir.

Para ulama sepakat bahwa haram memanggil manusia dengan nama yang ia benci, baik itu dari sifatnya atau sifat orang tuanya atau lainnya yang dibenci.

Namun, bila ia tidak dikenal oleh orang lain, selain panggilan yang buruk padanya, maka boleh menyebutnya untuk mengenalinya bagi orang yang tidak kenal.

(Azkar, h. 259-260)

Contoh nama ngetrendnya "sihitam pembegal" dan hanya nama itu yang masyhur dan jarang sekali nama aslinya diketahui, maka boleh menyebutnya dengan "sihitam pembegal" untuk memperkenalkannya.

Sunday, April 17, 2022

Bolehkah Memanggil Seseorang Dengan Panggilan "Abu Qasim"?

 Larangan memanggil dengan panggilan (kuniyah) "Abi Qasim".

Sabda Rasulullah Saw:

سموا باسمى ولا تكنوا بكنيتى

"Namailah dengan namaku dan jangan kuniyahkan (panggil) dengan kuniyahku".

Note: kuniyah adalah panggilan kepada seseorang dengan diawali abu/abi/aba atau ummi/ummu/umma.

Para imam mazhab berbeda pendapat tentang boleh dan tidak boleh memanggil seseorang dengan panggilan Abi Qasim.

Imam Syafi'i dan orang² yang sepakat dengannya meng tidak bolehkan kepada siapa pun untuk dipanggil dengan Abu Qasim, baik nama orang tersebut Muhammad atau lainnya.

Imam Malik membolehkan memanggil dengan panggilan Abu Qasim, baik nama orang tersebut Muhammad atau lainnya, dengan catatan panggilan itu digunakan setelah Rasullah Saw wafat

Mazhab yang ketiga meng tidak bolehkan memanggil Abu Qasim bagi orang yang namanya Muhammad, dan boleh memanggil Abu Qasim bagi namanya bukan Muhammad.