Wednesday, November 4, 2020

KONSEP BAIK DAN BURUK MENURUT ALIRAN ILMU KALAM

 Rahil Annisa

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian ilmu kalam

    Ilmu kalam dalam bahasa Arab biasa diartikan sebagai ilmu tentang perkara Allah dan sifat-sifatnya. oleh sebab itu ilmu kalam biasa disebut juga sebagai ilmu Ushuluddin atau ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang penetapan aqoid Diniyah[1] dengan dalil atau petunjuk yang konkrit.[2]

Al-farabi mendefinisikan ilmu kalam sebagai disiplin ilmu yang membahas zat dan sifat Allah beserta eksistensi[3] semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin[4] Islam. Stressing[5] akhirnya adalah memproduksi ilmu ketuhanan secara filosofis.

Sedangkan Ibnu Khaldun mendefinisikan ilmu kalam sebagai disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional.

Melihat dari kedua definisi tersebut ilmu kalam bisa juga didefinisikan sebagai ilmu yang membahas berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika atau filsafat. Oleh sebab itu sebagian teolog membedakan antara ilmu kalam dengan ilmu tauhid.

B.Perbuatan baik dan buruk dalam pandangan ilmu kalam

    1. Pengertian perbuatan baik dan buruk

       Dalam Islam perbuatan baik dan buruk itu sering disebutkan dengan Amar ma'ruf nahi mungkar yang dilakukan manusia dalam seluruh kehidupannya, manusia itu dikatakan berbuat baik apabila dia dapat melaksanakan ajaran agama secara “kaffah” ( keseluruhan).manusia dikatakan berbuat yang tidak baik apabila ia melakukan perbuatan yang menyimpang dari ketentuan yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Pada dasarnya tugas dan tanggung jawab manusia adalah untuk mengabdi kepadanya dalam proses pengabdiannya manusia harus mengetahui atau memiliki dasar yang hakiki untuk dijadikan landasan yang utama dalam hidupnya agar dalam menjalani kehidupan dunia ini lebih bermakna, adapun landasan yang dimaksudkan adalah sumber-sumber ajaran Islam yang mengatur semua aspek kehidupan manusia yaitu hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT., Sesama manusia, sesama alam atau lingkungannya. Mengabdi diri dalam Islam erat kaitannya dengan pendidikan akhlak, kemudian konsep mengabdikan diri dalam Alquran dikaitkan dengan taqwa dan taqwa itu sendiri melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Perintah Allah itu berkaitan dengan perbuatan-perbuatan yang baik, sedangkan yang berkaitan larangan adalahdengan perbuatan-perbuatan yang tidak baik.

Kebaikan dan keburukan dalam Islam merupakan dua bahasa yang berbeda, akan tetapi memiliki keterkaitan antara keduanya, yaitu kalau tidak berbuat baik maka berbuat buruk, maka manusia tinggal memilih pada posisi mana iya harus berbuat karena kebaikan dan keburukan itu itu sudah jelas diatur dalam ajaran agama. Sebenarnya makna kebaikan dan keburukan itu sudah sangat jelas bagi setiap orang dan tidak perlu diberikan definisi, yang penting disini ini adalah penggolongan pengaplikasian kedua makna itu sehingga menjadi jelas hubungan pembahasan kebaikan dan keburukan perspektif akal dengan bagian mana dari penggunaan makna-makna tersebut. Dengan menelusuri item-item penggunaan dua kata tersebut maka kita dapat mengidentifikasikan empat penggunaan asli dari makna keduanya:

·         Pertama, terkadang kebaikan dan keburukan bermakna kesempurnaan dan kekurangan yang berhubungan dengan jiwa manusia. Dan dalam pengaplikasian ini termasuk seluruh perbuatan manusia, apakah perbuatan itu berdasarkan ikhtiar manusia ataukah di luar ikhtiar manusia seperti sifat dasar manusia. Sebagai contoh dikatakan, “pengetahuan itu ialah suatu kebaikan “,atau “belajar ilmu pengetahuan merupakan sebuah perbuatan baik”, dan juga dikatakan, “kebodohan itu adalah suatu keburukan”atau “ meninggalkan pencarian ilmu merupakan suatu perbuatan buruk”. Pengetahuan dan mencari ilmu pengetahuan merupakan sifat kesempurnaan bagi jiwa manusia, sementara kebodohan dan meninggalkan pencarian ilmu merupakan kekurangan baginya. Berdasarkan hal tersebut, maka sifat-sifat seperti berani dan dermawan merupakan bagian dari sifat-sifat baik, sementara sifat penakut dan kikir termasuk dari sifat-sifat jelek. Yakni, yang menjadi tolak ukur adalah kesempurnaan dan ketidak sempurnaan pada jiwa manusia.

 

·         Kedua, terkadang aplikasi makna kebaikan dan keburukan berdasarkan kemaslahatan dan ke mafsadahan (tak berfaedah) sebuah perbuatan atau sesuatu dan terkadang maslahat dan mafsadah berhubungan dengan unsur individu atau berhubungan dengan unsur masyarakat.

 

·         Ketiga, aplikasi dari makna baik dan buruk adalah pada tinjauan kesesuaian dan ketidak sesuaian dengan perbuatan ikhtiar manusia.

 

2. .pandangan ilmu Kalam tentang perbuatan baik dan buruk

2.1 Pandangan Mu'tazilah

       Pada dasarnya Mu’tazilah merupakan aliran yang mengetengahkan pendapat pendapatnya yang rasionalistis[6] tentang berbagai macam masalah, sungguh menurut mereka akal lah yang sangat berperan ketimbang Wahyu, salah satu pendapatnya yang rasionalistis adalah pandangannya tentang perbuatan baik dan buruk manusia pada prinsipnya masalah ini berkaitan erat dengan prinsip keadilan dimana Tuhan maha adil yang menunjukkan kesempurnaan pada segala hal pada manusia ajaran ini bertujuan ingin menunjukkan Tuhan benar-benar adil menurut sudut pandang manusia karena alam semesta ini diciptakan untuk kepentingan manusia. Ajaran tentang keadilan ini terkait erat dengan perbuatan manusia, manusia menurut mu'tazilah melakukan dan menciptakan perbuatannya sendiri terlepas dari kehendak dan kekuasaan Tuhan baik secara langsung atau tidak. Perbuatan apa saja yang dilahirkan adalah perbuatan manusia itu sendiri kecuali dalam mempersepsi[7]warna, bau, dan sesuatu lainnya yang dialaminya tidak diketahui manusia. Pemahaman dan pengetahuan yang timbul dengan selain melalui informasi dan instruksi itu diciptakan sendiri oleh Allah dan bukan perbuatan manusia. Kalau dilihat pendapat ini memang Allah maha adil atas segala makhlukNya karena alam ini beserta isinya diciptakan untuk manusia tapi dalam masalah perbuatan, sudah pasti ada campur tangan Tuhan karena apapun yang dikerjakan oleh manusia bukan karena kehendaknya sendiri akan tetapi, ada yang menggerakkan sehingga ia berbuat.

Kalau manusia berbuat baik dan buruk sudah pasti ada konsekuensi[8] logis yang harus diterima, karena konsep ajaran Islam yang dijelaskan oleh Wahyu bahwa kebenaran dan kesesatan itu sudah jelas, jadi manusia tinggal memilih mana perbuatan menurut kehendaknya yang harus dilaksanakan, akan tetapi di dalam masalah pemberian ganjaran Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan wajib memberikan ganjaran kepada seseorang yang berbuat baik dan memberi hukuman kepada seseorang yang salah. Asy'ari berkata urusan ganjaran dan hukuman itu terserah kepada Allah semata-mata. Akal memang merupakan media yang paling istimewa yang diberikan tuhan kepada manusia. Anugerah akal inilah yang menjadi ukuran seseorang untuk menerima taklif[9] dalam syariat Islam. Akal ditinjau dari sudut pandang fungsi dan tugasnya dapat dibagi menjadi dua bagian, berurusan dengan penerapan universal[10] dan berkaitan dengan urusan partikular[11]. Dengan akal universalnya manusia dapat man conclude[12] kan bahwa setelah menciptakan manusia, Tuhan menurunkan kitab dan mengutus nabi untuk memberikan penjelasan dari apa yang terkandung di dalam kitab tersebut. Karena dalam pandangan akal (universal), sangat tidak fair[13] Tuhan menciptakan manusia lalu membiarkannya tanpa petunjuk visual[14] dan eksternal yang dapat mengantarkannya meraih kesempurnaan insaniah.dengan akal universal, ia mampu dengan lantang mengatakan bahwa dua hal yang kontradiktif[15] tidak akan pernah bersatu pada ruang dan waktu yang bersamaan. Atau menerapkan segala yang universal lebih besar dari yang partikular. Dibalik fungsi universal ini akal dalam beberapa hal tertentu akal tidak mampu menerapkan secara pasti sejarah nabi diutus, menikah dengan beberapa orang, usia berapa, dan juga hukum-hukum praktis, seperti jumlah rakaat, bagaimana melaksanakan salat dan sebagainya. Iya perlu bimbingan seorang nabi yang bertugas memaparkan secara elaboratif[16] masalah-masalah partikular ini. Maksudnya adalah untuk menduduk jelaskan perkara dan fungsi akal sehingga tidak secara general memandang akal sebagai media tunggal dalam beragama, akan tetapi harus melalui dua sumber naql(Qur’an dan hadist) dan aqli (akal).

2.2 Pandangan Qadariyah

      Ada hal yang berbeda dengan paham qadariyah di mana aliran ini mengatakan bahwa dalam masalah perbuatan baik dan buruk manusia, manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya dan mereka menolak adanya qada dan qadar. Menurut paham ini perbuatan manusia merupakan hasil usaha manusia itu sendiri dan bukan perbuatan Tuhan, artinya manusia mempunyai kemampuan untuk mengerjakan dan meninggalkan suatu perbuatan tanpa campur tangan kehendak dan kekuasaan Tuhan. Dalam menanggapi masalah ini Abd.jabbar mengemukakan bahwa perbuatan manusia bukanlah diciptakan oleh Tuhan akan tetapi pada manusia, manusia sendirilah yang mewujudkan nya. Keterangan keterangan telah jelas mengatakan bahwa kehendak untuk berbuat adalah kehendak manusia, tetapi tidak jelas apakah daya untuk mewujudkan perbuatan itu daya manusia sendiri ataukah bukan dan dalam hubungannya dengan ini perlu kiranya ditegaskan bahwa dalam melaksanakan perbuatan itu harus ada kemauan atau kehendak dan daya untuk melaksanakan kehendak itu dan barulah perbuatan itu dilaksanakan. Karena manusia bebas, merdeka, dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya, maka ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah SWT. , Jika ia banyak berbuat kebaikan, maka ia akan mendapat balasan berupa nikmat dan karunia yang besar dan sebaliknya apabila ia lebih banyak melakukan perbuatan yang tidak baik maka ia akan mendapatkan ganjaran nya karena perbuatan itu sendiri diwujudkan oleh manusia itu sendiri dan merupakan suatu kewajaran apabila Tuhan menyiksa atau memberikan pahala.

2.3 Pandangan Jabariyah

      Paham jabariyah merupakan pecahan dari aliran qadariyah dimana manusiamewujudkan perbuatannya sendiri tanpa campur tangan Tuhan akan tercapai dalam paham aliran jabariyah maka manusia tidak berkuasa atas perbuatannya, yang menentukan perbuatan itu adalah kehendak Allah. Dalam paham jabariyah bahwa perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan sering digambarkan sebagai bulu ayam yang diikat dengan tali digantungkan di udara, kemana angin itu bertiup, maka ia akan terbang ia tidak mampu menentukan perbuatannya sendiri tapi, terserah angin dan apabila perbuatan manusia itu diumpamakan seperti ayam maka angin itu adalah Tuhan yang menentukan arah ke mana dan bagaimana perbuatan itu dilakukan.paham jabariyah sebagaimana dikemukakan di atas adalah paham yang dilontarkan oleh jaham bin Shofwan, tokoh utama jabariyah yang ekstrim sebab dalam paham tersebut manusia tidak punya andil sama sekali dalam menentukan perbuatannya semua ditentukan oleh Tuhan, disamping paham ini, ada paham kelompok jabariyah yang dianggap moderat[17]. Menurut paham jabariyah yang moderat perbuatan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh Tuhan, tetapi manusia punya andil juga dalam mewujudkan perbuatannya seolah-olah ada kerjasama Tuhan dengan manusia dalam mewujudkan perbuatannya sehingga manusia tidak semata-mata dipaksa dalam melakukan perbuatannya. Kalau dilihat dari pendapat di atas bahwa di satu sisi perbuatan manusia itu ditentukan oleh Tuhan dan di sisi lain perbuatan manusia itu tidak sepenuhnya campur tangan Tuhan akan  tetapi manusia juga punya andil untuk mewujudkan perbuatannya, dalam hal ini Asy’ari membantah pernyataan ini lewat argumentasinya.

2.4 Ays'ariyah (Ahli Sunnah wal jamaah)

      Berbicara tentang aliran Asy’ari pada dasarnya merupakan pecahan dari aliran mu’tazilah yang mendewakan akal, rasionalistis dan filosofis[18]. Di mana asy’ariyyah menganut paham ini selama 40 tahun, namun setelah itu menyatakan ajaran yang merupakan counter[19] terhadap gagasan Mu’tazilah yang kemudian dikenal dengan Asy'ariyah.

Pandangan Asy'riyah mengenai perbuatan baik dan buruk, sungguh sangatlah berbeda dengan aliran-aliran yang lain aliran ini sangat menolak keras bahwa perbuatan baik dan buruk yang berasal dari akal, Asy'riyah mengemukakan argumentasinya untuk membenarkan atas konsep kebaikan dan keburukan yang berasal dari akal yaitu jika akal yang menentukan kebaikan dan keburukan, maka tidak akan pernah perbuatan buruk itu menjadi baik. Di dalam menyikapi masalah ini, sangatlah jelas bahwa kemampuan akal dalam menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan tidak memiliki independensi sama sekali, dan meyakini bahwa yang ada hanyalah baik dan buruk yang ditentukan agama. Dengan demikian perbuatan dikatakan baik menurut Asy'riyah, apabila dihukumi oleh syariat adalah baik dan perbuatan dikatakan buruk jika dikatakan oleh syariat ialah buruk. Kalau manusia dalam konteks ini tidak mampu mendeteksi dan menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan, bahkan yang menjadi syarat keutamaan suatu perbuatan tersebut adalah kebergantungan nya pada perintah dan larangan Tuhan. Masalah perbuatan baik dan buruk yang dilakukan oleh manusia aliran asy’ariyah berada pada posisi tengah antara aliran jabariyah dengan mu'tazilah, menurut mu'tazilah manusia itulah yang mengerjakan perbuatannya dengan sesuatu kekuasaan yang diberikan tuhan kepadanya, begitu pula dengan jabariyah manusia tidak berkuasa mengadakan atau menciptakan atau memperoleh sesuatu, bahkan ia ibarat bulu yang bergerak menurut arah angin yang meniupnya, maka datanglah Asy’ari yang mengatakan bahwa manusia tidak berkuasa menciptakan sesuatu, tetapi berkuasa untuk memperoleh sesuatu perbuatan. Berdasarkan pendapat di atas Asy'riyah juga mengatakan:”akal tidak dapat menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan, dan kewajiban mengetahui yang baik dan yang buruk hanya diketahui lewat Wahyu dan tidak dapat menentukan apakah suatu perbuatan mendatangkan pahala atau siksa. Dengan demikian kalau dianalisa pendapat Asy’riyah perbuatan baik dan buruk dalam arti yang sebenarnya adalah yang bersifat syar'i (Wahyu) bukan aqli, artinya suatu perbuatan hanya bisa dipandang baik, jika terdapat dalil syar’i yang menunjukkan bahwa perbuatan itu baik dan demikian pula suatu perbuatan hanya dapat dipandang buruk jika terdapat dalil yang menunjukkan bahwa perbuatan itu buruk.

 

BAB III

KESIMPULAN

    Berangkat dari berbagai macam persoalan yang ada dalam teologi Islam tentang perbuatan baik dan buruk manusia dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya:

 1.bahwa manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki sifat kesempurnaan bila dibandingkan dengan makhluk lainnya dan sifat kesempurnaan itu menghasilkan beraneka ragam manfaat diambil oleh manusia sebagai khalifah di bumi, diantara sifat kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia ialah akal yang dapat digunakan untuk membuktikan kebenaran dari apa yang telah diturunkan oleh Allah SWT detik namun perlu diingat bahwa peran akal sangatlah terbatas bila dibandingkan dengan Wahyu karena itu sangatlah tidak rasional apabila manusia mendewakan akalnya bila dibandingkan dengan Wahyu sebab dalam ajaran Islam dengan tegas dikatakan bahwa manusia itu diberikan kan ilmu pengetahuan melainkan sedikit.

2. Dalam masalah perbuatan baik dan buruk manusia merupakan kajian yang sangat sentral dalam dunia sejarah teologi Islam di mana semua aliran atau firqoh memunculkan berbagai macam pendapat yang berbeda-beda yang dapat diambil sebagai landasan berpikir untuk memperkuat argumentasinya dalam upaya untuk memperkuat aliran-aliran mereka,namun dalam tulisan makalah ini hanya membahas sebagian aliran-aliran an dari sekian banyak aliran yang berkembang dalam teologi Islam yang dapat diambil sebagai bahan perbandingan untuk mengkajinya lebih lanjut.

3.diantara aliran aliran teologi Islam yang membahas tentang perbuatan baik dan buruk manusia ialah aliran mu'tazilah, di mana aliran ini terkenal dengan pendapat rasionalnya,mereka mengatakan bahwa masalah perbuatan baik dan buruk manusia yang terkenal dengan prinsip keadilan sedangkan ajaran tentang keadilan ini terkait erat dengan perbuatan manusia, jadi manusia menurut mu’tazilah melakukan dan menciptakan perbuatannya sendiri tanpa campur tangan Tuhan.Kemudian Qadariyah mengatakan bahwa dalam masalah perbuatan baik dan buruk manusia, manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya dan mereka menolak adanya qada dan qadar. Menurut paham ini perbuatan manusia merupakan hasil usaha manusia itu sendiri dan bukan perbuatan Tuhan artinya manusia mempunyai kemampuan untuk mengerjakan dan meninggalkan suatu perbuatan tanpa campur tangan kehendak dan kekuasaan Tuhan. Sementara jabariyah mengatakan bahwa manusia mewujudkan perbuatannya sendiri tanpa campur tangan tuhan akan tetapi, dalam paham aliran jabariyah maka manusia tidak berkuasa atas perbuatannya, yang menentukan perbuatan itu adalah kehendak Allah. Asy’ariyah dalam menampilkan pendapatnya tentang perbuatan baik dan buruk ia berada pada posisi tengah mereka mengatakan bahwa manusia tidak berkuasa menciptakan sesuatu, tetapi berkuasa untuk memperoleh sesuatu perbuatan.

                                     

                                    DAFTAR PUSTAKA

 

Asmuni Muhammad,1993, ilmu Tauhid, Grapindo persada: Jakarta

Abdul Karim Syahrastani bin Muhammad, 2004, sekte-sekte Islam, pustaka: Bandung

Afrizal.M, 2006, tujuh perdebatan utama dalam teologi Islam, Erlangga: Jakarta

Abdul Rozak, Rosihon Anwar, 2007, mengenal aliran-aliran dalam Islam dan ciri-ciri ajaran nya, pustaka Riyadl: Bandung

Hanafi,2003, pengantar teologi Islam, pustaka Al Husna, Baru: Jakarta

Ibn Taimiyah Syaikh, 2008, misteri kebaikan dan keburukan, pustaka hidayah: Bandung

Ismail abu Hasan Al Asy’ari,1993, prinsip-prinsip dasar aliran-aliran teologi Islam, pustaka setia: Bandung

Jaih Mubarok, hakim, 2007, metodologi studi Islam remaja rosdakarya: Bandung

Muhammad Afif, 2004 dari teologi ke ideologi telaah atas metode dan pemikiran teologi Sayyid qhutb,pena merah : Bandung

Nasution Harun, 2008, teologi Islam, aliran-aliran sejarah analisa perbandingan, UI: Jakarta, 1995,gagasan dan pemikiran Harun Nasution, Mizan: Jakarta

Nasir. M, 1998, kebudayaan Islam dalam perspektif sejarah girimukti pasaka: Jakarta

Saleh abu bakar, 2008 responses To “baik dan buruk dalam perbuatan Tuhan, Februari: Bandung

Syam firdaus, 2007, pemikiran politik barat, sejarah, filsafat, ideologi, dan pengaruhnya terhadap dunia ketiga, bumi aksara: Jakarta

Yunan Yusuf. M, 2004, corak pemikiran kalam tafsir Al Azhar, penadnadani, Bandung.

 



[1] Aqoid Diniyah sejenis kitab tauhid, mempelajari tentang akidah

[2] Konkrit: benarr.

[3] Eksistensi: keberadaan

 

[4] Doktrin adalah sebuah ajaran pada suatu aliran politik dan keagamaan serta pendirian segolongan ilmu pengetahuan, keagamaan, ketatanegaraan secara bersistem.

[5] Stressing : menekan kan/ menitik beratkan.

[6] Rasionalistik : pembuktian logika, analisis berdasarkan fakta.

[7] .mempersepsi : tindakan menyusun,mengenali,dan menafsirkan informasi.

[8] Konsekuensi adalah akibat dari suatu perbuatan, pendirian,dll.

[9] Taklif adalah penyerahan beban pekerjaan,tugas yang berat kepada seseorang.

[10] Universal : umum

[11] Partikular adalah suatu sistem yang di dasari oleh kepentingan individual.

[12] Conclude : menyimpulkan

[13] Fair : adil

[14] Visual : dapat dilihat dengan indera penglihatan.

[15] Kontradiktif : berlawanan/ bertentangan

[16] Elaboratif : tekun dan cermat

[17] Moderat : mempertimbangkan pandangan pihak lain.

[18] Filosofis : berdasarkan filsafat

[19] Counter : berlawanan

0 komentar:

Post a Comment