¨ Ittihad
Ittihad adalah
suatu tingkatan dalam tasawuf di mana seorang sufi telah merasa dirinya
bersatu dengan Tuhan;
suatu tingkatan di mana yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu,
sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satunya lagi dengan
katakata: Hai Aku.
(Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, h. 43)
Pencetus konsep al-ittihad adalah Abu Yazid al-Busthami. Nama lengkapnya adalah Thaifur Ibn Isa ibnu
Sarusyan. Dia berasal dari Bustham. Kakeknya, Sarusyan sebelum masuk Islam adalah
seorang pemeluk agama Majusi yang selanjutnya masuk Islam. Abu Yazid meninggal tahun 261
H (ada juga yang berpendapat dia meninggal th. 264 H).
(A.R. Badawi, Syathahat al-Sufiyah, an-Nahdhah al-Misriyah
1949)
Untuk sampai ke
Ittihad, seorang Sufi harus sampai pada tahap fana dan baqa.
Fana berarti hancur, sirna dan lenyap, sedangkan baqa keadaan
dari sesuatu yang tidak berakhir.
Untuk sampai ketahap fana harus memiliki 4 ini:
1. Al Sukr
2. Al Syathahat
3. Zawal al Hujab
4. Glalbat al
Syuhud
5. Al Sukr
Al Sukar
didahului oleh fase Ghaibah yaitu suatu keadaan pertengahan antara hubb dan
fana‟. Al-Sukkar tidak bisa dicapai kecuali orang yang dalam keadaan
“mencintai” (“mawajid”).
(Ibn Qayyim al-Jauziyah, Raudah
al-Muhbbin wa Nuzhat al-Musytaqin, h. 244)
q Al Syathahat
¨ Al Syathahat
adalah gerakan yaitu: gerakan rahasia dari orang yang sangat cinta, lalu
mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang aneh bagi pendengarnya, sehingga tidak ada
orang yang dapat memahami ungkapan itu kecuali orang yang diberikan kemuliaan
dan pemahaman yang luas.
¨ (Ibn Qayyim
al-Jauziyah, Raudah al-Muhbbin wa Nuzhat al-Musytaqin, h. 246)
¨ Zawal al Hujab
Zawal al Hujab
adalah suatu keadaan seorang sufi tidak ada lagi yang diinginkan kecuali Allah.
(Ibn Qayyim
al-Jauziyah, Raudah al-Muhbbin wa Nuzhat al-Musytaqin, h. 248)
q Ghalbat al
Syuhud
Ghalbat al
Syuhud Ini merupakan tempat di atas tempat, dan waktu diatas waktu, disini
tidak lagi menanyakan kenapa dan
bagaimana. Hal ini terjadi ketika perasaan, kesadaran dan penyaksian seorang
sufi sampai kepada puncak fana‟, lalu dia lupa dirinya dan tidak ada selain
Allah, sekiranya ditanya: dari mana? Dan hendak kemaan? Tidak ada jawaban kecuali
“Allah.
(Ibn Qayyim
al-Jauziyah, Raudah al-Muhbbin wa Nuzhat al-Musytaqin, h. 257)
¨ Ungkapan Abu
Yazid al-Busthami tentang kefanaan dan penyatuannya dengan kekasihnya memang
terasa berlebihan, antara lain sebagaimana ucapannya
yang ganjil: Aku ini Allah, tidak ada Tuhan kecuali Aku, maka
sembahlah Aku. Katanya pula: betapa sucinya Aku, betapa
besarnya Aku”. “Aku keluar dari Abu Yazidku, seperti halnya ular
keluar dari kulitnya, dan pandanganku pun
terbuka, dan ternyata sang pecinta, Yang dicinta, dan cinta adalah satu. Sebab
manusia itu dalam alam penyatuan adalah satu.
(Fariduddin
al-Aththar, hal. 140 dala Abu at-wafa
at-Ghanimi, haL.116 )
¨ Ungkapan Abu
Yazid al-Busthami tentang kefanaan dan penyatuannya dengan kekasihnya memang
terasa berlebihan, antara lain sebagaimana ucapannya
yang ganjil: Aku ini Allah, tidak ada Tuhan kecuali Aku, maka
sembahlah Aku. Katanya pula: betapa sucinya Aku, betapa
besarnya Aku”. “Aku keluar dari Abu Yazidku, seperti halnya ular
keluar dari kulitnya, dan pandanganku pun
terbuka, dan ternyata sang pecinta, Yang dicinta, dan cinta adalah satu. Sebab
manusia itu dalam alam penyatuan adalah satu.
(Fariduddin
al-Aththar, hal. 140 dala Abu at-wafa
at-Ghanimi, haL.116 )
¨ Ungkapan Abu
Yazid al-Busthami tentang kefanaan dan penyatuannya dengan kekasihnya memang
terasa berlebihan, antara lain sebagaimana ucapannya
yang ganjil: Aku ini Allah, tidak ada Tuhan kecuali Aku, maka
sembahlah Aku. Katanya pula: betapa sucinya Aku, betapa
besarnya Aku”. “Aku keluar dari Abu Yazidku, seperti halnya ular
keluar dari kulitnya, dan pandanganku pun
terbuka, dan ternyata sang pecinta, Yang dicinta, dan cinta adalah satu. Sebab
manusia itu dalam alam penyatuan adalah satu.
(Fariduddin
al-Aththar, hal. 140 dala Abu at-wafa
at-Ghanimi, haL.116 )
¨ Ungkapan Abu
Yazid al-Busthami tentang kefanaan dan penyatuannya dengan kekasihnya memang
terasa berlebihan, antara lain sebagaimana ucapannya
yang ganjil: Aku ini Allah, tidak ada Tuhan kecuali Aku, maka
sembahlah Aku. Katanya pula: betapa sucinya Aku, betapa
besarnya Aku”. “Aku keluar dari Abu Yazidku, seperti halnya ular
keluar dari kulitnya, dan pandanganku pun
terbuka, dan ternyata sang pecinta, Yang dicinta, dan cinta adalah satu. Sebab
manusia itu dalam alam penyatuan adalah satu.
(Fariduddin
al-Aththar, hal. 140 dala Abu at-wafa
at-Ghanimi, haL.116 )
Yang perlu diingat:
Fana itu adalah sifatnya makhluk, sedangkan baqa itu
merupakan sifatnya Khaliq.
Jadi sungguh berlebihan ketika mengatakan makhluk itu telah
baqa sepertinya baqanya Khaliq, karena Khaliq itu bersalahan dengan makhluk.
ليس كمثله شيء
Junaid al Banghdadi mengatakan :
“Abu Yazid
sekalipun agung kondisinya dan tinggi isyaratnnya, tidaklah keluar dari kondisi
permulaannya, dan darinya belum pernah aku mendengar sepatah kata pun yang menunjukkan
pada kesempurnaan dan akhir.
(al-Sarraj
al-Thusi hal .479
dalam Abu al-Wafa 2003 hal. 119)
Menurut Abu al
Wafa, pendapat Junaid ini mempunyai makna bahwa al Busthami termasuk para sufi
yang tidak bisa mengendalikan diri, serta orang yang tunduk pada intuisi.
Dengan sendirinya hal itu membuat mereka tetap dalam keadaan
permulaan, dan tidak bisa
menjadi panutan bagi sufi-sufi lain.
(al-Sarraj
al-Thusi hal .479
dalam Abu al-Wafa 2003 hal. 119)
¨ Hulul
Kata
Hulul berasal dari halla, yahullu, hululan. Kata ini memiliki arti
menempati, mistis, berinkarnasi.
(Depag RI, Ensiklopedi Islam, Jakarta, 1993, hal. 339)
¨ Hulul juga bermakna
penitisan Tuhan ke makhluk atau benda.
(lhsan Ilahi
Dhahir, Sejarah Hitam Tasawuf (terjemah), Jakarta, 2001, hal. 242)
¨ Secara harfiah
hulul mengandung arti bahwa Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu
yang telah lenyap sifat kemanusiaannya melalui fana.
(Abdu Qadir
Mahmud, al-falsafah al-Sufiyah fi al-Islam, Beirut: Dar al-Fikr, 1996, hal.337)
¨ Abu Nasr al-Tusi
Hulul adalah
faham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk
mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam
tubuh itu dilenyapkan
(Abu Nasr
al-Tusi, al-Luma‟, al-Qahirah, Dar al-Kitabah alHaditsah, 1960)
¨ AI-Hallaj adalah ulama tasawuf yang pertama kali mencetuskan konsep Hulul. Ia berpendapat bahwa
Allah mempunyai dua sifat dasar (nature), yaitu ketuhanan (lahut) dan kemanusiaan (nasut). Teorinya ini
dapat dilihat dalam bukunya yang berjudul at-Tawasin
(Harun
Nasution, Filsafat dan mistisisme dalam Islam. Bulan Bintang 2006, hal. 71)
¨ Kalangan ahli
Sufi berbeda pendapat dalam menyikapi
fenomena al-Hallaj, ada yang pro ada yang kontra. Yang pro diantaranya
abul abbad bin atha‟, Abu abdillah Muhammad Khafif, Abul
qasim al-Junaid dan Ibrahim Nashru Abadzy.
¨ Sedangkan yang kontra diantaranya yang pernah menjadi gurunya seperti al-Junaid
al-baghdadi. abul-Husain an-Nury, Amr al-Makky, abu baker al-Fuwathi.
(Ali Ibnu
Anjab al-Sal, Akhbar al-Hallaj (Kairo tt. Tanpa penerbit), hal
10-11. Lihat Abu at-Wafa, hal. 122)
Nama: Hayatur Ridha
ReplyDeleteNim:202021050
Unit:2
Resume ke10
Judul
Konsep tentang ittihad dan hulul dalam tasawuf
ITTIHAD
Ittihad suatu aliran yang dikatakan wahdatul wujud, wahadatul wujud ada dua, yaitu ada yang wahdah ada yang mulhik. Yang menyatu antara antara makhluk dan khalik adalah wahdatul wujud mulhik yang ditolak oleh ulama ulama tasawuf yang muktabar
Definisi Ittihad yang sebagaimana yang ditulis oleh Harun Nasution dalam buku filsafat adalah Suatu tingkatan dalam tasawuf dimana seorang sufi telah merasa dirinya menyatu dengan tuhan ketika dia telah naik kepada tingkat makrifah maka ketika itu seorang sufi tersebut dia merasa dia telah menyatu dengan tuhan. Penyatuan diri khalik dengan diri makhluk ataupun sebaliknya ini dikatakan ittihad.
Pencetus aliran ittihad dalam tasawuf adalah Abu Yazid Al bustami berasal dari Bustam
Proses seorang sufi agar samapi ketingkat ittihad menurut mereka adalah seorang sufi itu harus sampai pada tahap fana dan baqa, fana disini berarti hancur,sirna dan lenyap sedangkan baqa adalah keadaan dari suatu yang tidak berakhir. Maka untuk sampai ke tahap fana maka seorang sufi itu harus ada 4, yaitu:
- Al sukar
Didahului oleh fase gaibah yaitu hilang,al sukar tidak bisa dicapai oleh orang-orang yang mencintai Allah lebih dari lainnya.
- Al syatahat
Adalah gerakan rahasia dari orang yang sangat cinta sehingga mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang sangat aneh dan tidak ada orang yang dapat memahami selain orang yang diberikan kemuliaan dan pemahaman yang luas.
- Zawal al hujab
Adalah keadaan seorang sufi tidak ada yang diinginkan kecuali Allah
- Galba as syuhud
Adalah tempat di atas tempat, dan waktu diatas waktu. Disini tidak lagi menanyakan kenapa dan bagaimana hal ini terjadi ketika seorang sufi telah sampai ke tingkat fana sehingga dia lupa akan dirinya dan tidak ada selain Allah.
Yang perlu digaris bawahi adalah
Fana adalah sifatnya makhluk
- Baqa adaalh sifatnya khalik
Junaid Al Baghdadi mengatakan Abu Yazid itu adalah makhluk tetap makhluk karena sesuatu yang baharu.
HULUL
Hulul berasal dari kata halla memiliki arti menempati mistis berinkarnasi menurut eksklopedia islam. Hulul juga bermakna penitisan dari tuhan ke makhluk sebagaimana dalam buku hitam tasawuf.
Secara harfiah tuhan mengambil tempat dari tubuh manusia tertentu yang telah lenyap sifat kemanusiannya melalui fana.
Abu Nasir mengatakan hulul adalah tuhan mengambil tubuh tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat tertentu setelah sifat sifat kemanusiaan nya itu dilenyapkan.
Al Halaj adalah ulama tasawuf yang pertama sekali menciptakan konsep hulul ia berpendapat bahwa Allah mempunyai dua sifat dasar, ketuhanan dan kemanusiaan.sebagian ahli sufi ada yang pro dan kontra dari pendapat Al halaj.
Ittihad dan hulul, Kedua aliran tersebut bertentangan dengan imam junaid al Baghdadi dan imam alghazali.
Nama : nursajidah
ReplyDeleteNim : 202021068
Unit : 2
Resume Konsep Tentang Ittihad dan Hulul Dalam Tasawuf
- Ittihad adalah suatu tingkatan dalam tasawuf dimana seorang sufi merasa bahwa dirinya telah bersatu dengan Tuhan. Pencetus aliran ittihad adalah Abu Yazid Al-Busthami atau Thoifur Ibnu Salusian, beliau berasal dari Bustam. Sebagaimana yang dikatakan badawi dalam kitab Syatahad Al-Sufiyah. Bahwa proses seorang sufi agar sampai pada tingkat ittihad nenurut mereka adalah seorang sufi itu harus sampai kepada tahap fana dan baka.
Untuk mencapai tahap fana, seorang sufi harus mencapai 4 tahap, yaitu :
1. Al-Syuq atau Al- sukar, yaitu keadaan dimana lebih besar cinta kepada Khaliq(Allah) daripada makhluk yang lain.
2. Al-Syatahat, yaitu gerakan rahasia dari orang yang sangat cinta lalu mengungkapkan ungkapan-ungkapan aneh bagi pendengarnya, sehingga tidak ada orang yang mendengar kecuali orang yanv diberikan kemuliaan dan pemahaman yang lain.
3. Zawal Al-Hujab, yaitu suatu keadaan seorang sufi tidak ada yang lain yang diinginkan melainkan Allah.
4. Ghalbat Al-Syuhud, yaitu tempat diatas tempat dan waktu diatas waktu.
*Fana adalah sifatnya makhluk sedangkan baka adalah sifatnya Allah.
*Fana yang dijelaskan oleh Abu Yazid bahwa penyatuan antara makhluk dengan khaliq ditentang oleh Imam Al-Junaid Al-Baghdad dan Abu Wafa' sebagaimana yang termaktub dalam kitab Al-Syarat At-Tusi halaman 479.
- Hulul adalah penitisan Tuhan ke makhluk atau benda sebagaimana termaktub dalam kitab sejarah hitam tasawuf “Ihsan Ilahi Dhohir". Al-Halaj adalah ulama tasawuf pertama kali yang mencetus konsep Hulul. Menurut beliau, Allah mempunyai 2 sifat dasar yaitu, Ketuhanan (lahut) dan kemanusiaan (nasut). Tetapi pendapat beliau tanggap pro dan kontra oleh ulama² sufi.
*Ittihad dipelopori oleh Abu Yazid Al-Bustami
*Hulul dipelopori oleh Al-Halaj
Kedua pelopor tersebut bertentangan dengan ulama² mu'tabar dalam tasawuf yaitu Imam Junaid Al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali.