Thursday, November 26, 2020

Ittihad dan Hulul Dalam Tashawuf

 ¨ Ittihad

          Ittihad adalah suatu tingkatan dalam tasawuf di mana seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan; suatu tingkatan di mana yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu, sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satunya lagi dengan katakata: Hai Aku.

(Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, h. 43)

Pencetus konsep al-ittihad adalah Abu Yazid al-Busthami.  Nama lengkapnya adalah Thaifur Ibn Isa ibnu Sarusyan. Dia berasal dari Bustham. Kakeknya, Sarusyan sebelum masuk Islam adalah seorang pemeluk agama Majusi yang selanjutnya masuk Islam. Abu Yazid meninggal tahun 261 H (ada juga yang berpendapat dia meninggal th. 264 H).

(A.R. Badawi, Syathahat al-Sufiyah, an-Nahdhah al-Misriyah 1949)

Untuk  sampai ke Ittihad, seorang Sufi harus sampai pada tahap fana dan baqa.

Fana berarti hancur, sirna dan lenyap, sedangkan baqa keadaan dari sesuatu yang tidak berakhir.

Untuk sampai ketahap fana harus memiliki  4 ini:

1.   Al Sukr

2.   Al Syathahat

3.   Zawal al Hujab

4.   Glalbat al Syuhud

5.   Al Sukr

          Al Sukar didahului oleh fase Ghaibah yaitu suatu keadaan pertengahan antara hubb dan fana‟. Al-Sukkar tidak bisa dicapai kecuali orang yang dalam keadaan “mencintai” (“mawajid”).

          (Ibn Qayyim al-Jauziyah, Raudah al-Muhbbin wa Nuzhat al-Musytaqin, h. 244)

q Al Syathahat

¨ Al Syathahat adalah gerakan yaitu: gerakan rahasia dari orang yang sangat cinta, lalu mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang aneh bagi pendengarnya, sehingga tidak ada orang yang dapat memahami ungkapan itu kecuali orang yang diberikan kemuliaan dan pemahaman yang luas.

¨ (Ibn Qayyim al-Jauziyah, Raudah al-Muhbbin wa Nuzhat al-Musytaqin, h. 246)

¨ Zawal al Hujab

          Zawal al Hujab adalah suatu keadaan seorang sufi tidak ada lagi yang diinginkan kecuali Allah.

          (Ibn Qayyim al-Jauziyah, Raudah al-Muhbbin wa Nuzhat al-Musytaqin, h. 248)

q Ghalbat al Syuhud

          Ghalbat al Syuhud Ini merupakan tempat di atas tempat, dan waktu diatas waktu, disini tidak  lagi menanyakan kenapa dan bagaimana. Hal ini terjadi ketika perasaan, kesadaran dan penyaksian seorang sufi sampai kepada puncak fana‟, lalu dia lupa dirinya dan tidak ada selain Allah, sekiranya ditanya: dari mana? Dan hendak kemaan? Tidak ada jawaban kecuali “Allah.

          (Ibn Qayyim al-Jauziyah, Raudah al-Muhbbin wa Nuzhat al-Musytaqin, h. 257)

¨ Ungkapan Abu Yazid al-Busthami tentang kefanaan dan penyatuannya dengan kekasihnya memang terasa berlebihan, antara lain sebagaimana ucapannya yang ganjil: Aku ini Allah, tidak ada Tuhan kecuali Aku, maka sembahlah Aku. Katanya pula: betapa sucinya Aku, betapa besarnya Aku”. “Aku keluar dari Abu Yazidku, seperti halnya ular keluar dari kulitnya, dan pandanganku pun terbuka, dan ternyata sang pecinta, Yang dicinta, dan cinta adalah satu. Sebab manusia itu dalam alam penyatuan adalah satu.

          (Fariduddin al-Aththar, hal. 140 dala  Abu at-wafa at-Ghanimi, haL.116 )

¨ Ungkapan Abu Yazid al-Busthami tentang kefanaan dan penyatuannya dengan kekasihnya memang terasa berlebihan, antara lain sebagaimana ucapannya yang ganjil: Aku ini Allah, tidak ada Tuhan kecuali Aku, maka sembahlah Aku. Katanya pula: betapa sucinya Aku, betapa besarnya Aku”. “Aku keluar dari Abu Yazidku, seperti halnya ular keluar dari kulitnya, dan pandanganku pun terbuka, dan ternyata sang pecinta, Yang dicinta, dan cinta adalah satu. Sebab manusia itu dalam alam penyatuan adalah satu.

          (Fariduddin al-Aththar, hal. 140 dala  Abu at-wafa at-Ghanimi, haL.116 )

¨ Ungkapan Abu Yazid al-Busthami tentang kefanaan dan penyatuannya dengan kekasihnya memang terasa berlebihan, antara lain sebagaimana ucapannya yang ganjil: Aku ini Allah, tidak ada Tuhan kecuali Aku, maka sembahlah Aku. Katanya pula: betapa sucinya Aku, betapa besarnya Aku”. “Aku keluar dari Abu Yazidku, seperti halnya ular keluar dari kulitnya, dan pandanganku pun terbuka, dan ternyata sang pecinta, Yang dicinta, dan cinta adalah satu. Sebab manusia itu dalam alam penyatuan adalah satu.

          (Fariduddin al-Aththar, hal. 140 dala  Abu at-wafa at-Ghanimi, haL.116 )

¨ Ungkapan Abu Yazid al-Busthami tentang kefanaan dan penyatuannya dengan kekasihnya memang terasa berlebihan, antara lain sebagaimana ucapannya yang ganjil: Aku ini Allah, tidak ada Tuhan kecuali Aku, maka sembahlah Aku. Katanya pula: betapa sucinya Aku, betapa besarnya Aku”. “Aku keluar dari Abu Yazidku, seperti halnya ular keluar dari kulitnya, dan pandanganku pun terbuka, dan ternyata sang pecinta, Yang dicinta, dan cinta adalah satu. Sebab manusia itu dalam alam penyatuan adalah satu.

          (Fariduddin al-Aththar, hal. 140 dala  Abu at-wafa at-Ghanimi, haL.116 )

Yang perlu diingat:

Fana itu adalah sifatnya makhluk, sedangkan baqa itu merupakan sifatnya Khaliq.

Jadi sungguh berlebihan ketika mengatakan makhluk itu telah baqa sepertinya baqanya Khaliq, karena Khaliq itu bersalahan dengan makhluk.

ليس كمثله شيء

Junaid al Banghdadi mengatakan :

          “Abu Yazid sekalipun agung kondisinya dan tinggi isyaratnnya, tidaklah keluar dari kondisi permulaannya, dan darinya belum pernah aku mendengar sepatah kata pun yang menunjukkan pada kesempurnaan dan akhir.

          (al-Sarraj al-Thusi hal .479 dalam Abu al-Wafa 2003  hal. 119)

          Menurut Abu al Wafa, pendapat Junaid ini mempunyai makna bahwa al Busthami termasuk para sufi yang tidak bisa mengendalikan diri, serta orang yang tunduk pada intuisi. Dengan sendirinya hal itu membuat mereka tetap dalam keadaan permulaan, dan tidak bisa menjadi panutan bagi sufi-sufi lain.

          (al-Sarraj al-Thusi hal .479 dalam Abu al-Wafa 2003  hal. 119)

 

¨ Hulul

          Kata Hulul berasal dari halla, yahullu, hululan. Kata ini memiliki arti menempati, mistis, berinkarnasi.

(Depag RI, Ensiklopedi Islam, Jakarta, 1993, hal. 339)

¨ Hulul juga bermakna penitisan Tuhan ke makhluk atau benda.

          (lhsan Ilahi Dhahir, Sejarah Hitam Tasawuf (terjemah), Jakarta, 2001, hal. 242)

¨ Secara harfiah hulul mengandung arti bahwa Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu yang telah lenyap sifat kemanusiaannya melalui fana.

         

          (Abdu Qadir Mahmud, al-falsafah al-Sufiyah fi al-Islam, Beirut: Dar al-Fikr, 1996, hal.337)

¨ Abu Nasr al-Tusi

          Hulul adalah faham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan

          (Abu Nasr al-Tusi, al-Luma‟, al-Qahirah, Dar al-Kitabah alHaditsah, 1960)

¨ AI-Hallaj adalah ulama tasawuf yang pertama kali  mencetuskan konsep Hulul. Ia berpendapat bahwa Allah mempunyai dua sifat dasar (nature), yaitu ketuhanan (lahut) dan kemanusiaan (nasut). Teorinya ini dapat dilihat dalam bukunya yang berjudul at-Tawasin

          (Harun Nasution, Filsafat dan mistisisme dalam Islam. Bulan Bintang 2006, hal. 71)

¨ Kalangan ahli Sufi berbeda pendapat dalam menyikapi  fenomena al-Hallaj, ada yang pro ada yang kontra. Yang pro diantaranya abul abbad bin atha‟, Abu abdillah Muhammad Khafif, Abul qasim al-Junaid dan Ibrahim Nashru Abadzy.

¨ Sedangkan yang kontra diantaranya yang pernah menjadi gurunya seperti al-Junaid al-baghdadi. abul-Husain an-Nury, Amr al-Makky, abu baker al-Fuwathi.

          (Ali Ibnu Anjab al-Sal, Akhbar al-Hallaj (Kairo tt. Tanpa penerbit), hal 10-11. Lihat Abu at-Wafa, hal. 122)

 

 

2 komentar:

  1. Nama: Hayatur Ridha
    Nim:202021050
    Unit:2

    Resume ke10
    Judul

    Konsep tentang ittihad dan hulul dalam tasawuf


    ITTIHAD
    Ittihad suatu aliran yang dikatakan wahdatul wujud, wahadatul wujud ada dua, yaitu ada yang wahdah ada yang mulhik. Yang menyatu antara antara makhluk dan khalik adalah wahdatul wujud mulhik yang ditolak oleh ulama ulama tasawuf yang muktabar 
    Definisi Ittihad yang sebagaimana yang ditulis oleh Harun Nasution dalam buku filsafat adalah Suatu tingkatan dalam tasawuf dimana seorang sufi telah merasa dirinya menyatu dengan tuhan ketika dia telah naik kepada tingkat makrifah maka ketika itu seorang sufi tersebut dia merasa dia telah menyatu dengan tuhan. Penyatuan diri khalik dengan diri makhluk ataupun sebaliknya ini dikatakan ittihad.

    Pencetus aliran ittihad dalam tasawuf adalah Abu Yazid Al bustami berasal dari Bustam
    Proses seorang sufi agar samapi ketingkat ittihad menurut mereka adalah seorang sufi itu harus sampai pada tahap fana dan baqa, fana disini berarti hancur,sirna dan lenyap sedangkan baqa adalah keadaan dari suatu yang tidak berakhir. Maka untuk sampai ke tahap fana maka seorang sufi itu harus ada 4, yaitu:
    - Al sukar
    Didahului oleh fase gaibah yaitu hilang,al sukar tidak bisa dicapai oleh orang-orang yang mencintai Allah lebih dari lainnya.
    - Al syatahat
    Adalah gerakan rahasia dari orang yang sangat cinta sehingga mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang sangat aneh dan tidak ada orang yang dapat memahami selain orang yang diberikan kemuliaan dan pemahaman yang luas.
    - Zawal al hujab
    Adalah keadaan seorang sufi tidak ada yang diinginkan kecuali Allah
    - Galba as syuhud
    Adalah tempat di atas tempat, dan waktu diatas waktu. Disini tidak lagi menanyakan kenapa dan bagaimana hal ini terjadi ketika seorang sufi telah sampai ke tingkat fana sehingga dia lupa akan dirinya dan tidak ada selain Allah.

    Yang perlu digaris bawahi adalah
    Fana adalah sifatnya makhluk
    - Baqa adaalh sifatnya khalik

    Junaid Al Baghdadi mengatakan Abu Yazid itu adalah makhluk tetap makhluk karena sesuatu yang baharu.

    HULUL
    Hulul berasal dari kata halla memiliki arti menempati mistis berinkarnasi menurut eksklopedia islam. Hulul juga bermakna penitisan dari tuhan ke makhluk sebagaimana dalam buku hitam tasawuf.
    Secara harfiah tuhan mengambil tempat dari tubuh manusia tertentu yang telah lenyap sifat kemanusiannya melalui fana.

    Abu Nasir mengatakan hulul adalah tuhan mengambil tubuh tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat tertentu setelah sifat sifat kemanusiaan nya itu dilenyapkan.

    Al Halaj adalah ulama tasawuf yang pertama sekali menciptakan konsep hulul ia berpendapat bahwa Allah mempunyai dua sifat dasar, ketuhanan dan kemanusiaan.sebagian ahli sufi ada yang pro dan kontra dari pendapat Al halaj.

    Ittihad dan hulul, Kedua aliran tersebut bertentangan dengan imam junaid al Baghdadi dan imam alghazali.

    ReplyDelete
  2. Nama : nursajidah
    Nim : 202021068
    Unit : 2

    Resume Konsep Tentang Ittihad dan Hulul Dalam Tasawuf

    - Ittihad adalah suatu tingkatan dalam tasawuf dimana seorang sufi merasa bahwa dirinya telah bersatu dengan Tuhan. Pencetus aliran ittihad adalah Abu Yazid Al-Busthami atau Thoifur Ibnu Salusian, beliau berasal dari Bustam. Sebagaimana yang dikatakan badawi dalam kitab Syatahad Al-Sufiyah. Bahwa proses seorang sufi agar sampai pada tingkat ittihad nenurut mereka adalah seorang sufi itu harus sampai kepada tahap fana dan baka.
    Untuk mencapai tahap fana, seorang sufi harus mencapai 4 tahap, yaitu :
    1. Al-Syuq atau Al- sukar, yaitu keadaan dimana lebih besar cinta kepada Khaliq(Allah) daripada makhluk yang lain.
    2. Al-Syatahat, yaitu gerakan rahasia dari orang yang sangat cinta lalu mengungkapkan ungkapan-ungkapan aneh bagi pendengarnya, sehingga tidak ada orang yang mendengar kecuali orang yanv diberikan kemuliaan dan pemahaman yang lain.
    3. Zawal Al-Hujab, yaitu suatu keadaan seorang sufi tidak ada yang lain yang diinginkan melainkan Allah.
    4. Ghalbat Al-Syuhud, yaitu tempat diatas tempat dan waktu diatas waktu.

    *Fana adalah sifatnya makhluk sedangkan baka adalah sifatnya Allah.
    *Fana yang dijelaskan oleh Abu Yazid bahwa penyatuan antara makhluk dengan khaliq ditentang oleh Imam Al-Junaid Al-Baghdad dan Abu Wafa' sebagaimana yang termaktub dalam kitab Al-Syarat At-Tusi halaman 479.


    - Hulul adalah penitisan Tuhan ke makhluk atau benda sebagaimana termaktub dalam kitab sejarah hitam tasawuf “Ihsan Ilahi Dhohir". Al-Halaj adalah ulama tasawuf pertama kali yang mencetus konsep Hulul. Menurut beliau, Allah mempunyai 2 sifat dasar yaitu, Ketuhanan (lahut) dan kemanusiaan (nasut). Tetapi pendapat beliau tanggap pro dan kontra oleh ulama² sufi.

    *Ittihad dipelopori oleh Abu Yazid Al-Bustami
    *Hulul dipelopori oleh Al-Halaj
    Kedua pelopor tersebut bertentangan dengan ulama² mu'tabar dalam tasawuf yaitu Imam Junaid Al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali.

    ReplyDelete