CUT INTAN MEUTIA
BAB
2
PEMBAHASAN
A.Pengertian
baik dan buruk
Dari segi bahasa adalah terjemahan dari
kata khoir dalam bahasa arab atau good dalam bahasa inggris. Louis Ma’ruf dalam
kitabnya Munjid mengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang telah
mencapai kesempurnaan.
Baik atau
kebaikan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermanfaat,
menyenangkan dan di sukai manusia.Definisi kebaikan tersebut terkesan
anthroposentris yakni memusat dan bertolak dari sesuatu yang menguntungkan dan
membahagiakan manusia, baik berarti sesuatu yang pantas di kerjakan dan di
usahakan/di kehendaki.Sesuatu yang baik adalah yang memenuhi hasrat dasar
manusia.
Dalam bahasa
arab, yang buruk itu di kenal dengan istilah syarr dan di artikan sebagai
sesuatu yang tidak baik, yang tidak seperti yang seharusnya, tidak sempurna
dalam kualitas, di bawah standar kurang dalam nilai.
Dalam beberapa
kamus ensiklopedia di himpun pengertian buruk sebagai berikut:
-Rusak / tidak
baik, jahat, tidak menyanangkan, tidak elok, jelek.
-Perbuatan yang
tidak sopan, kurang ajar, jahat, tidak menyenangkan.
-Segala yang
tercela, lawan baik, lawan pantas, lawan bagus perbuatan yang bertentangan
dengan norma-norma agama, adat istiadat di masyarakat yang berlaku.
Baik dan buruk
merupakan sifat yang selamanya akan menempel pada suatu benda terlepas apakah
benda itu mati / hidup. Setiap ada pengertian baik ada pula pengertian
buruk.Dalam mendefinisikan baik dan buruk setiap orang pasti berbeda-beda.Sebab
sumber penentu baik dan buruk yaitu tuhan dan manusia, wahyu dan akal, agama
dan filsafat.
Dari beberapa
definisi di atas pengertian baik dan buruk itu relatif karena bergantung kepada
pandangan dan penilaian masing-masing.Dengan demikian nilai baik/buruk menurut
pengertian tersebut bersifat subyektif karena bergantung kepada individu yang
menilainya.
B. Penentuan
Nilai Baik dan Buruk Menurut Aliran Hedonisme
Hedonis berasal dari bahasa Yunani
hedone yang berarti “kesenangan” atau "kenikmatan". Dalam filsafat
Yunani, Hedonisme ditemukan oleh Aristippos dari Kyrene (sekitar 433-355 SM),
seorang murid Socrates. Socrates bertanya tentang tujuan terakhir bagi
kehidupan manusia, atau apa yang sungguh-sungguh baik bagi manusia, tetapi ia
sendiri tidak memberikan jawaban yang jelas atas pertanyaan tersebut.
Aristippos akhirnya menjawab pertanyaan itu, “Yang sungguh-sungguh baik bagi
manusia adalah kesenangan.[1]
Hedonisme adalah
aliran filsafat yang terhitung tua, karena berakar pada pemikiran Filsafat
Yunani, khususnya pemikiran Epicurus (341-270 SM). Menurut paham ini, hal-hal
yang dipandang baik adalah sesuatu yang mendatangkan kenikmatan dan kelezatan
nafsu biologis. Dan sebaliknya, yang dikatakan buruk, bila sesuatu yang tidak bermanfaat
untuk memuaskan nafsu. Itulah sebabnya, sehingga Epicurus mengatakan, bahwa
kebahagiaan terletak pada kepuasan biologis, dan itulah yang merupakan tujuan
hidup manusia menurut pandangannya. Tidak ada kebaikan dalam hidup manusia
menurut pandangannya. Tidak ada kebaikan dalam hidup kecuali kelezatan, dan
tiada keburukan kecuali penderitaan. Maka orang yang bermoral (berakhlaq dalam
bahasa Islam), adalah orang yang berbuat untuk mendatangkan kelezatan, sebagai
wahana untuk mendapatkan kebahagiaan dan keutamaan hidup.[2]
Perkembangan
pemikiran hedonisme pada masa selanjutnya, terlihat adanya dua macam corak,
yaitu ada yang menekankan pada kelezatan yang dinikmati oleh perorangan yang
disebut egoistis hedonism, dan ada pula yang harus dinikmati oleh orang banyak
yang disebut universalistis hedonism. Hedonisme perorangan, mengatakan bahwa
orang yang bermoral adalah orang yang mampu berbuat untuk mendatangkan
kelezatan dirinya. Tetapi hedonisme universal mengatakan, bahwa orang yang
bermoral adalah ia yang mampu berbuat untuk mendatangkan sesuatu yang dapat
dinikmati secara bersama-sama. Hedonisme egoistis (individualistis), banyak
mempengaruhi kehidupan masyarakat Barat yang liberal dan kapitalistik, misalnya
masyarakat Amerika dan Eropa Barat. Sedangkan hedonisme yang universal , banyak
mempengaruhi kehidupan masyarakat komunis, misalnya Rusia dan Eropa Timur.[3]
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebaikan dan
keburukan adalah dua hal yang melekat pada diri kita sejak kita terlahir di
dunia. Banyak ulama’ maupun tokoh – tokoh yang memaparkan definisi kebaikan dan
keburukan. Seperti Louis Ma’luf berpendapat bahwa baik, lawan buruk, adalah
menggapai kesempurnaan sesuatu. Buruk, lawan baik, adalah kata yang menunjukkan
sesuatu yang tercela atau dosa.
Hedonisme adalah
aliran filsafat yang terhitung tua, karena berakar pada pemikiran Filsafat
Yunani, khususnya pemikiran Epicurus (341-270 SM). Menurut paham ini, hal-hal
yang dipandang baik adalah sesuatu yang mendatangkan kenikmatan dan kelezatan
nafsu biologis. Dan sebaliknya, yang dikatakan buruk, bila sesuatu yang tidak
bermanfaat untuk memuaskan nafsu. Itulah sebabnya, sehingga Epicurus
mengatakan, bahwa kebahagiaan terletak pada kepuasan biologis, dan itulah yang
merupakan tujuan hidup manusia menurut pandangannya. Tidak ada kebaikan dalam
hidup manusia menurut pandangannya. Tidak ada kebaikan dalam hidup kecuali
kelezatan, dan tiada keburukan kecuali penderitaan. Maka orang yang bermoral
(berakhlaq dalam bahasa Islam), adalah orang yang berbuat untuk mendatangkan
kelezatan, sebagai wahana untuk mendapatkan kebahagiaan dan keutamaan hidup.
B. Saran
Makalah kami
jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan-kesalahan yang perlu dibenahi
dari makalah kami ini. Oleh karena itu, kami meminta kritik dan saran yang
membangun agar makalah kami menjadi lebih baik dan sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
[1] Rosihon
Anwar, Akhlak Tasawuf(Bandung : Penerbit Pustaka Setia, 2010), 73.
[2] Mahjuddin,
Akhlak Tasawuf II (Jakarta : Kalam Mulia, 2010), 41.
[3] Mahjuddin,
Akhlak Tasawuf II (Jakarta : Kalam Mulia, 2010), 42.
0 komentar:
Post a Comment