Firza Humaira
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tasawuf
Kata tasawuf diambil dari kata shafa
yang berarti bersih. Dinamakan shufi karena hatinya tulus dan bersih di hadapan
Tuhannya. Teori lain mengatakan bahwa kata tersebut diambil dari kata
Shuffahyangberarti serambi Masjid Nabawi di Madinah yang ditempati oleh
sahabat-sahabat Nabi yang miskin dari golongan Muhajirin. Mereka disebut ahl
as-shuffah yang sungguh pun miskin namun berhati mulia dan memang sifat tidak
mementingkan kepentingan dunia dan berhati mulia adalah sifat-sifat kaum sufi/
teori lainnya menegaskan bahwa kata sufi diambil dari kata suf yaitu kain yang
dibuat dari bulu atau wool, dan kaum sufi memilih memakai wool yang kasar
sebagai simbol kesederhanaan.
Dari berbagai teori di atas, tampak
bisa dipahami bahwa sufi dapat dihubungkan dengan dua aspek, yaitu aspek
lahiriyah dan bathiniyah. Teori yang menghubungkan orang yang menjalani
kehidupan tasawuf dengan orang yang berada di serambi masjid dan bulu domba
merupakan tinjauanaspeklahiriyah dari shufi. Ia dianggap sebagai orang yang
telah meninggalkan dunia dan hasrat jasmani, dan menggunakan benda-benda di
dunia hanya untuk sekedar menghindarkan diri dari kepanasan, kedinginan dan
kelaparan. Sedangkan teori yang melihat sufi sebagai orang yang mendapat
keistimewaan di hadapan Tuhan nampak lebih memberatkanpada aspek bathiniyah.
Tasawuf sebagaimana disebutkan dalam
artinya di atas bertujuan untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari
dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan,
dan intisari dari sufisme itu adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan
dialog antara roh manusia dan[1]
Tuhan dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran berada[2]
dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ittihad atau menyatu dengan
Tuhan.
Dalam ajaran tasawuf, seorang sufi
tidak begitu saja dapat berada dekat [3]dengan
Tuhan, melainkan terlebih dahulu ia harus menempuh latihan tertentu. Ia
misalnya harus menempuh beberapa maqam (stasiun), yaitu disiplin kerohanian
yang ditujukan oleh seorang calon sufi dalam bentuk berbagai pengalaman yang
dirasakan dan diperoleh melalui usaha-usaha tertentu.
Mengenai jumlah maqamat yang harus
ditempuh oleh para sufi berbeda-beda sesuai dengan pengalaman pribadi yang
bersangkutan. Abu Bakar Muhammad al-Kalabadzi misalnya, mengemukakan beberapa
mawamat, yaitu : taubat, zuhud, sabar, al-faqr, al-tawadhu’, taqwa, tawakkal,
al-ridha, al-mahabbah, al-ma’rifat dan kerelaan hati.
A. Sejarah Munculnya Tasawuf
Tasawuf pada mulanya adalah bagian dari
ajaran zuhd dalam islam. Yaitu lebih berkonsentrasi dalam pendekatan diri
kepada Allah SWT dengan ketaatan dan ibadah. Semakin jauh dari zaman Rasul SAW
semakin banyak aliran-aliran tasawuf berkembang. Dari perbedaan tatacara yang
digunakan oleh masing-masing aliran itu tasawuf menjadi istilah yang terpisah
dari ajaran zuhud. Karena tasawuf telah menjadi aliran yang memiliki makna
khusus sebab kekhususan praktek ajaran yang ditempuhnya.
Ada tiga unsur dalam diri manusia
yaitu: ruh, akal, dan jasad. Kemulian manusia dibanding dengan makhluk lainnya
adalah karena manusia memiliki unsur ruh ilahi. Ruh yang dinisbahkan kepada
Allah. SWT. Ruh Ilahi inilah yang menjadikan manusia memiliki sisi kehidupan
rohani yang dapat diistilahkan dengan makna tasawuf. Dimana kec[4]ondongan
ini juga dimiliki oleh semua manusia dalam setiap agama. Karena perasaan itu
merupakan fitrah manusia. Secara umum dapat juga kita ibaratkan makna tasawuf
dengan filsafat kehidupan dan metode khusus sebagai jalan manusia untuk
mencapai akhlak sempurna, menyingkap hakikat dan kebahagiaan jiwa.
Adapun inti dari tasawuf sendiri ialah
tekun beribadah, menjauhi kemewahan dunia dan mengasingkan diri dari manusia
untuk beribadah sebagaimana para sahabat dan ulama terdahulu melakukannya. Nabi
SAW sendiri secara sufistic telah memiliki prilaku sufi sejak dalam
kehidupannya, seperti dalam perilaku atau pribadi beliau, peristiwa dalam
hidup, ibadah. Sebelum menjadi Rasul, beliau sering berkholwat di gua hira
dengan berdzikir, bertafakur untuk mendekatkan diri kepada Alloh SWT.
·
Asal-usul
Kata Tasawuf
Al-Qusyairi di dalam Al- Risalah
al-Qusyairiyyah, mengatakan bahwa para generasi pertama ( sahabat ) dan
sesudahnya (tabi’in ) mereka lebih menyukai dan merasakannya sebagai
penghormatan apabila mereka disebut sebagai sahabat. Pada saat itu istilah-istilah
seperti ‘abid, zahid dan sufi belumlah dikenal dan belum populer bila
dibandingkan dengan masa setelahnya. Dengan demikian, istilah-istilah seperti
‘abid, zahid dan kemudian sufi, yang digunakan untuk para ahli ibadah, baru
dikenal setelah generasi sahabat dan tabi’in ini. Tentang asal kata Tasawwuf,
yang berasal dari kata sufi, terdapat beberapa pendapat yang berbeda.
Diantaranya ada yang menganggap bahwa secara lahiriah sebutan tersebut hanya
semacam gelar, sebab dalam bahasa Arab tidak terdapat akar katanya. “Menurut
sejarah,orang yang pertama memakai kata sufi adalah seorang zahid atau asketik
bernama Abu Hasyim Al-kufi di Irak. Terdapat lima teori mengenai asal kata sufi
, teori-teori berikut selalu dikemukakan oleh para penulis tasawuf, yaitu :
1) Kata Tasawwuf adalah bahasa Arab dari
kata suf yang artinya bulu domba. Orang sufi biasanya memakai pakaian dari bulu
domba yang kasar sebagai lambang kesederhanaan dan kesucian. Dalam sejarah
disebutkan, bahwa orang yang pertama kali menggunakan kata sufi adalah seorang
zahid yang bernama Abu Hasyim Al-Kufi di Irak (wafat tahun 150H).
2) Ahl Al-Suffah, (أهل
الصفة)
yaitu orang-orang yang ikut hijrah dengan Nabi dari Mekkah ke Medinah yang
karena kehilangan harta, mereka berada dalam keadaan miskin dan tak memiliki
apa-apa. Mereka tinggal di serambi Mesjid Nabi dan tidur di atas batu dengan
memakai pelana sebagai bantal. Pelana disebut suffah. Walaupun hidup miskin,
Ahl Suffah berhati baik dan mulia. Gaya hidup mereka tidak mementingkan
keduniaan yang bersifat materi, tetapi mementingkan keakhiratan yang bersifat
rohani. Mereka miskin harta, tetapi kaya budi yang mulia. Itulah
sifat-sifatkaum sufi.
3) Shafi ( صافي) yaitu suci.
Orang-orang sufi adalah orang-orang yang mensucikan dirinya dari hal-hal yang
bersifat keduniawian dan mereka lakukan melalui latihan yang berat dan lama.
Dengan demikian mereka adalah orang-orang yang disucikan.
4) Sophia, berasal dari bahasa Yunani, yang
artinya hikmah atau filsafat. Jalan yang ditempuh oleh orang-orang sufi
memiliki kesamaan dengan cara yang ditempuh oleh para filosof. Mereka sama-sama
mencari kebenaran yang berawal dari keraguan dan ketidakpuasan.
5) Saf ( صف) Sebagaimana
halnya orang yang shalat pada saf pertama mendapat kemuliaan dan pahala yang
utama, demikian pula orang-orang sufi dimuliakan Allah dan mendapat pahala,
karena dalam shalat jamaah mereka mengambil saf yang pertama.[5]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata tasawuf diambil dari kata shafa
yang berarti bersih. Dinamakan shufi karena hatinya tulus dan bersih di hadapan
Tuhannya. Teori lain mengatakan bahwa kata tersebut diambil dari kata
Shuffahyangberarti serambi Masjid Nabawi di Madinah yang ditempati oleh
sahabat-sahabat Nabi yang miskin dari golongan Muhajirin.Kehidupan Rasulullah
Saw. dan Tahanutsnya di Gua Hira merupakan cahaya pertama dan utama dalam
perkembangan tasawuf selanjutnya
Kehidupan sufi sudah terdapat pada
diri nabi dan kehidupan sehari-hari beliau. Tetapi kata tasawuf belum muncul
pada saat itu. Sahabat nabi yang pertama kali mempelajari tentang filsafat
ibadah dan menjadikan ibadah secara satu tariqah yang khusus adalah Hudzaifah
bin Al-Yamani. Hudzaifah pula yang pertama kali mendirikan madrasah tasawuf.
Dari madarsah tasawuf tersebut, lahir lah
imam sufi yang pertama yang bernama Al-Hasan Al-Basri. Dan dari Hasan Al-Basri
muncullah ilmu tasawuf yang diajarkan di madrasah yang ia pelopori.disusul
dengan berdirinya madrasah Sa’id bin Musayyab di Irak dan diteruskan dikurasan
Persia.
Dengan meluasnya ilmu tasawuf maka
hancur lah gerakan ilhadtau ateis. Dalam perluasan ilmu tasdawuf terdapat
beberapa aliran. Dan dari aliran-aliran tersebut, tasawuf tersebar diseluruh
dunia.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan.Masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan makalah ini,baik yang kami sengaja maupun yang tidak disengaja.Maka
dari itu sangat kami harapkan saran dan kritik yang membangun dari teman-teman
demi kesempurnaan makalah ini.Semoga dengan berbagai kekurangan yang ada ini
tidak mengurangi nilai-nilai dan manfaat dari mempelajari tasawuf.
http://kumpulanmakalah-kedokteran-psikologi.blogspot.in/2014/01/makalah-tasawuf.html
Prof. Dr. Amin Syukur, MA. Intelektualisme
Tasawuf, cetakan pertama, (Semarang, pustaka pelajar, Januari 2002), hal.17-33
Dr. Mustafa Zahri, Kunci Memahami Islam
Tasawuf, PT. Bwa Ilmu, hal.15
Ust Labib MZ dan
Drs. Moh. Al-‘Aziz,thashawwuf dan jalan hidup para wali,cetakan pertama,
(Surabaya, Bintang Usaha Jaya, 2000), hal.40-54
Prof. Dr.
Rosihon Anwar, M.Ag, akhlak tasawuf, cetakan kesepuluh, (Bandung, Pustaka
Setia, 2010), hal.165-194
[1] Prof. Dr. Syukur Amin, MA. Intelektualisme
Tasawuf, cetakan pertama, (Semarang, pustaka pelajar, Januari 2002), hal.17-33
[2]http://kumpulanmakalah-kedokteran-psikologi.blogspot.in/2014/01/makalah-tasawuf.html
[3] Prof. Dr. Anwar Rosihon, M.Ag, akhlak tasawuf, cetakan kesepuluh, (Bandung, Pustaka Setia, 2010), hal.165-194
[4] Prof. Dr. Anwar Rosihon, M.Ag, akhlak tasawuf, cetakan kesepuluh,
(Bandung, Pustaka Setia, 2010),
hal.165-194
[5] Dr. Zahri Mustafa, Kunci Memahami Islam Tasawuf, PT. Bwa Ilmu,
hal.15
0 komentar:
Post a Comment