Monday, November 2, 2020

SEJARAH DAN KONSEP ALIRAN TASAWUF FALSAFI

 

BAB  I  PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tasawuf merupakan suatu makna mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mahabbah yang sedekat-dekatnya. Tasawuf mengandung banyak arti dan istilah semuanya merupakan ajaran kezuhudan, kesahajaan, kesederhanaan, jauh dari kemegahan dan merendahkan diri dihadapan Allah, tanpa mementingkan duniawi. Dalam tindakan tasawuf selalu berbuat semata – mata hanya untuk Allah, maka tasawuf sebagai ajaran pembersih hati dan jiwa manusia. Pada perkembangan ilmu tasawuf, berorientasi kearah tasawuf akhlaqi, ada yang menyebutnya sebagai tasawuf yang banyak dikembangkan oleh kaum salaf. Selain itu juga mengacu kearah tasawuf falsafi, ini banyak dikembangkan para sufi yang berlatar belakang sebagai filosof disamping menjadi seorang sufi. Disini pemakalah akan memaparkan materi mengenai tasawuf falsafi,sejarah perkembangannya,ciri-ciri tashauf falsafi dan tokoh-tokoh yang berperan dalam tasawuf falsafi.

 

1.2  RUMUSAN MASALAH

1      Apa definisi tasawuf falsafi?

2      Bagaimanakah perkembangan tasawuf falsafi?

3      siapa saja tokoh ilmu tasawuf falsafi dan konsep ajarannya ?

 

1.3  TUJUAN

1.      Dapat mengetahui pengertian dari tasawuf falsafi

2.      Dapat mengetahui sejarah perkembangan tasawuf falsafi

3.      Dapat mengetahui tokoh –tokoh ilmu tasawuf falsafi konsep ajarannya

BAB   II  PEMBAHASAN

PENGERTIAN TASAWUF FALSAFI

Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf akhlaki, tasawuf falsafi menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi falsafi tersebut berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah memengaruhi para tokohnya.[1]

Tasawuf falsafi secara sederhana dapat di definisikan sebagai kajian dan jalan esoteris dalam Islam untuk mengembangkan kesucian batin yang kaya dengan pandangan-pandangan filosofis. Keberadaan tasawuf  bercorak falsafi ini pada satu sisi telah menarik perhatian para ulama yang pada awalnya kurang senang dengan kehadiran filsafat dalam khazanah Islam. Sementara bagi para ulama yang menyenangi kajian-kajian filsafat dan sekaligus menguasainya, tasawuf falsafi bagaikan sungai yang airnya demikian bening dan begitu menggoda untuk direnangi.[2]

 

SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF FALSAFI

Tasawuf falsafi, disebut pula dengan tasawuf nazhari, merupakan tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional sebagai pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf ssalafi (akhlaqi), tasawuf filosofis menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi filosofis tersebut berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah memengaruhi para tokohnya. Tasawuf filosofis ini mulai muncul dengan jelas dalam khazanah Islam sejak abad keenam Hijriyah, meskipun para tokohnya bbaru dikenal seabad kemudian. Sejak itu tsaswuf jenis ini terus hidup dan berkembang, terutama di kalangan para sufi yang juga filosof, sampai menjelang akhir-akhir ini.

Pemaduan antara tasawuf dan filsafat telah membuat ajaran-ajaran tasawuf filosofis bercampur dengan sejumlah ajaran filsafat di luar Islam, seperti Yunani, Persia, India, dan agama Nashrani. Namun, orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap tidak hilang, karena para tokohnya ̶ meskipun mempunyai latar belakang kebudayaan dan pengetahuan yang berbeda sejalan ekspansi Islam yang telah meluas pada waktu itu ̶ tetap berusaha menjaga kemandirian ajaran-ajarannya, terutama bila dikaitkan dengan kedudukan mereka sebagai umat Islam. Sikap ini dapat menjawab pertanyaan mengapa para tokoh tasawuf filosofis begitu gigih mengompromikan ajaran-ajaran filsafat yang berasal dari luar Islam kedalam tasawuf mereka, serta menggunakan terminologi filsafat yang maknnya telah disesuaikan dengan ajaran-ajaran tasawuf yang mereka anut.

Para sufi yang juga filosof pendiri aliran tasawuf filosofis mengenal dengan baik filsafat Yunani serta berbagai alirannya misalnya Socrates, Plato, Aristoteles, aliran Stoa, dan aliran Neo Platonisme. Bahkan, mereka cukup akrab dengan filsafat yang seringkali disebut Hermetisme, yang karya-karyanya banyak diterjemahkan ke dalam bahsa arab, dan filsafat-filasafat Timur Kuno, baik dari persia maupun India, serta menelaah filsafat-filsafat para filosof muslim, seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dan lain-lain.

2.3  TOKOH DALAM ALIRAN  TASAWUF FALSAFI

Diantara tokoh-tokoh tasawuf falsafi adalah Ibnu Arabi, al-Jili, Ibnu Sab’in, dan Ibnu Masarrah.

1. Ibnu Arabi

Nama lengkap Ibnu Arabi adalah Muhammad bin ‘Ali bin Ahmad bin

Abdullah ath-Tha’i Al-Haitami. Ia lahir di Murcia, Andalusia Tenggara,

Spanyol, tahun 560 H. Setelah berusia 30 tahun, ia mulai berkelana ke berbagai kawasan Andalusia dan kawasan Islam bagian barat. Diantara deretan guru-gurunya, tercatat nama-nama, seperti Abu Madyanal-Ghautsat-Talimsari dan Yasmin Musyaniyah (seorang wali dari kalangan wanita).

Ajaran-ajaran Tasawufnya

Ajaran sentral Ibnu Arabi adalah tentang wahdad al-wujud (kesatuan wujud).

Meskipun demikian, istilah wahdad al-wujud yang dipakai untuk menyebut

ajaran sentralnya, tidaklah berasal darinya, tetapi berasal dari Ibnu Taimiyyah,

tokoh yang paling keras dalam mengecam dan mengkritik ajaran sentralnya

tersebut, atau setidak-tidaknya tokoh itulah yang telah berjasa dalam

mempopulerkannya ke tengah masyarakat Islam, meskipun tujuannya negatif.

Di samping itu, meskipun semua orang sepakat menggunakan istilah wahdad

al-wujud  untuk menyebut ajaran sentral Ibnu Arabi, mereka berbeda pendapat

dalam menformulasikan pengertian wahdad al-wujud.[3]

 

2. Abdul Karim  Al-Jili

Nama lengkapnya adalah Abdul Karim bin Ibrahim al-Jili. Ia lahir pada tahun

1365 M di Jilan (Gilan), sebuah provinsi di sebelah selatan Kasfia dan wafat

pada tahun 1417 M. Nama al-Jili diambil dari tempat kelahiranya di Gilan.  Ia

adalah seorang sufi yang terkenal dari Baghdad. Riwayat hidupnya tidak

banyak diketahui oleh para ahli sejarah, tetapi sebuah sumber mengatakan

bahwa ia pernah melakukan perjalanan ke India tahun 1387 M. Kemudian

belajar tasawuf dibawah bimbingan Abdul Qadir al-Jailani, seorang pendiri

dan pemimpin Tarekat Qadiriyah yang sangat terkenal. Disamping itu,

berguru pula pada Syekh Syarafddin Isma’il bin Ibrahim al-Jabarti di Zabith

(Yaman) pada tahun 1393-1403 M.[4]

Ajaran-ajaran Tasawufnya

Ajaran tasawuf al-Jili yang terpenting adalah paham insan kamil (manusia

sempurna). Menurut al-Jili, insan kamil adalah nuskhah,

seperti disebutkan dalam hadits yang artinya:

“Allah menciptakan Adam dalam bentuk yang Maharahman”

Hadits lain menyebutkan yang artinya:

“Allah menciptakan Adam dalam bentuk diri-Nya”

Sebagaimana diketahui, Tuhan memiliki sifat-sifat  seperti hidup, pandai,

mampu berkehendak, mendengar, dan sebagainya. Manusia (Adam) pun

memiliki sifat-sifat seperti itu. Proses-proses yang terjadi setelah ini ada

setelah Tuhan menciptakan substansi, huwiyah Tuhan dihadapkan dengan

huwiyah Adam, aniyah-Nya disandingkan dengan aniyah Adam, dan Dzat

Nya dihadapkan pada Dzat Adam, dan akhirnya Adam berhadapan dengan

Tuhan dalam segala hakikat-Nya. Melalui konsep ini, kita memahami bahwa

Adam dilihat dari sisi penciptaannya merupakan salah seorang insan kamil

dengan segala kesempurnaannya. Sebab, pada dirinya terdapat sifat dan nama

ilahiah.

 

 3. Ibnu Sab’in

Nama lengkap Ibnu Sab’in adalah Abdul Haqq ibn Ibrahim Muhammad ibn

Nashr, seorang sufi dan juga filsuf dari Andalusia. Dia terenal di Eropa karena

jawaban-jawabannya atas pernyataan Frederik II, penguasa Sicilia. Dia

dipanggil Ibnu Sab’in dan diberi gelar Quthbuddin, tetapi kadang-kadang, ia

dikenal pula dengan Abu Muhammad. Dia dilahirkan tahun 614 H (1217-

1218M) di kawasan Murcia.[5]

Ajaran-ajaran Tasawufnya

Ibnu Sab’in adalah seorang pengasas sebuah paham dalam kalangan tasawuf

filosofis, yang dikenal dengan paham kesatuan mutlak. Gagasan esensial

pahamnya sederhana saja, yaitu wujud adalah satu alias wujud Allah semata.

BAB  III  PENUTUP

3.1  KESIMPULAN

Tasawuf falsafi secara sederhana dapat di definisikan sebagai kajian dan jalan esoteris dalam islam untuk mengembangkan kesucian batin yang kaya dengan pandangan-pandangan filosofis. Keberadaan tasawuf  bercorak falsafi ini pada satu sisi telah menarik perhatian para ulama yang pada awalnya kurang senang dengan kehadiran filsafat dalam khazanah Islam. Sementara bagi para ulama yang menyenangi kajian-kajian filsafat dan sekaligus menguasainya, tasawuf falsafi bagaikan sungai yang airnya demikian bening dan begitu menggoda untuk direnangi.

 

DAFTAR PUSTAKA

http://ahlaktasawuf2017.blogspot.com/2017/12/tasawuf-falsafi-konsep-dan-tokohnya.html

https://abdulmanap.wordpress.com/2012/06/20/sejarah-perkembangan-tasawuf-salafi-akhlaqi-falsafi-dan-syii/

https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/tasawuf-falsafi



[1] Rosihun Anwar, Akhlak Tasawuf, Terj.  (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 277.

 

[2] Mohammad  Muchlis Solihin, Akhlak & Tasawuf Dalam Wacana Kontemporer Upaya Sang Sufi Menuju Allah (Surabaya: Pena Salsabila, 2014),  hlm. 131.

[3] ]Mohammad  Muchlis Solihin, Akhlak & Tasawuf Dalam Wacana Kontemporer Upaya Sang Sufi Menuju Allah (Surabaya: Pena Salsabila, 2014),  hlm. 131.

[4] Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, hal 281-285

[5]  Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, hlm. 268-289

0 komentar:

Post a Comment