BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Tasawuf
merupakan suatu makna mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mahabbah yang
sedekat-dekatnya. Tasawuf mengandung banyak arti dan istilah semuanya merupakan
ajaran kezuhudan, kesahajaan, kesederhanaan, jauh dari kemegahan dan
merendahkan diri dihadapan Allah, tanpa mementingkan duniawi. Dalam tindakan
tasawuf selalu berbuat semata – mata hanya untuk Allah, maka tasawuf sebagai
ajaran pembersih hati dan jiwa manusia. Pada perkembangan ilmu tasawuf,
berorientasi kearah tasawuf akhlaqi, ada yang menyebutnya sebagai tasawuf yang
banyak dikembangkan oleh kaum salaf. Selain itu juga mengacu kearah tasawuf
falsafi, ini banyak dikembangkan para sufi yang berlatar belakang sebagai
filosof disamping menjadi seorang sufi. Disini pemakalah akan memaparkan materi
mengenai tasawuf falsafi,sejarah perkembangannya,ciri-ciri tashauf falsafi dan
tokoh-tokoh yang berperan dalam tasawuf falsafi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1 Apa definisi tasawuf falsafi?
2 Bagaimanakah perkembangan tasawuf
falsafi?
3
siapa saja tokoh ilmu tasawuf falsafi dan
konsep ajarannya ?
1.3 TUJUAN
1. Dapat mengetahui pengertian dari tasawuf
falsafi
2. Dapat mengetahui sejarah perkembangan
tasawuf falsafi
3. Dapat mengetahui tokoh –tokoh ilmu
tasawuf falsafi konsep ajarannya
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
TASAWUF FALSAFI
Tasawuf
falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan
visi rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf akhlaki, tasawuf falsafi
menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi falsafi
tersebut berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah memengaruhi
para tokohnya.[1]
Tasawuf
falsafi secara sederhana dapat di definisikan sebagai kajian dan jalan esoteris
dalam Islam untuk mengembangkan kesucian batin yang kaya dengan
pandangan-pandangan filosofis. Keberadaan tasawuf bercorak falsafi ini pada satu sisi telah
menarik perhatian para ulama yang pada awalnya kurang senang dengan kehadiran
filsafat dalam khazanah Islam. Sementara bagi para ulama yang menyenangi
kajian-kajian filsafat dan sekaligus menguasainya, tasawuf falsafi bagaikan
sungai yang airnya demikian bening dan begitu menggoda untuk direnangi.[2]
SEJARAH
PERKEMBANGAN TASAWUF FALSAFI
Tasawuf
falsafi, disebut pula dengan tasawuf nazhari, merupakan tasawuf yang
ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional sebagai
pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf ssalafi (akhlaqi), tasawuf filosofis
menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi filosofis
tersebut berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah memengaruhi
para tokohnya. Tasawuf filosofis ini mulai muncul dengan jelas dalam khazanah
Islam sejak abad keenam Hijriyah, meskipun para tokohnya bbaru dikenal seabad
kemudian. Sejak itu tsaswuf jenis ini terus hidup dan berkembang, terutama di
kalangan para sufi yang juga filosof, sampai menjelang akhir-akhir ini.
Pemaduan
antara tasawuf dan filsafat telah membuat ajaran-ajaran tasawuf filosofis
bercampur dengan sejumlah ajaran filsafat di luar Islam, seperti Yunani,
Persia, India, dan agama Nashrani. Namun, orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap
tidak hilang, karena para tokohnya ̶ meskipun mempunyai latar belakang
kebudayaan dan pengetahuan yang berbeda sejalan ekspansi Islam yang telah
meluas pada waktu itu ̶ tetap berusaha menjaga kemandirian ajaran-ajarannya,
terutama bila dikaitkan dengan kedudukan mereka sebagai umat Islam. Sikap ini dapat
menjawab pertanyaan mengapa para tokoh tasawuf filosofis begitu gigih
mengompromikan ajaran-ajaran filsafat yang berasal dari luar Islam kedalam
tasawuf mereka, serta menggunakan terminologi filsafat yang maknnya telah
disesuaikan dengan ajaran-ajaran tasawuf yang mereka anut.
Para
sufi yang juga filosof pendiri aliran tasawuf filosofis mengenal dengan baik
filsafat Yunani serta berbagai alirannya misalnya Socrates, Plato, Aristoteles,
aliran Stoa, dan aliran Neo Platonisme. Bahkan, mereka cukup akrab dengan
filsafat yang seringkali disebut Hermetisme, yang karya-karyanya banyak
diterjemahkan ke dalam bahsa arab, dan filsafat-filasafat Timur Kuno, baik dari
persia maupun India, serta menelaah filsafat-filsafat para filosof muslim,
seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dan lain-lain.
2.3
TOKOH DALAM ALIRAN TASAWUF FALSAFI
Diantara
tokoh-tokoh tasawuf falsafi adalah Ibnu Arabi, al-Jili, Ibnu Sab’in, dan Ibnu
Masarrah.
1.
Ibnu Arabi
Nama
lengkap Ibnu Arabi adalah Muhammad bin ‘Ali bin Ahmad bin
Abdullah
ath-Tha’i Al-Haitami. Ia lahir di Murcia, Andalusia Tenggara,
Spanyol,
tahun 560 H. Setelah berusia 30 tahun, ia mulai berkelana ke berbagai kawasan
Andalusia dan kawasan Islam bagian barat. Diantara deretan guru-gurunya,
tercatat nama-nama, seperti Abu Madyanal-Ghautsat-Talimsari dan Yasmin
Musyaniyah (seorang wali dari kalangan wanita).
Ajaran-ajaran
Tasawufnya
Ajaran
sentral Ibnu Arabi adalah tentang wahdad al-wujud (kesatuan wujud).
Meskipun
demikian, istilah wahdad al-wujud yang dipakai untuk menyebut
ajaran
sentralnya, tidaklah berasal darinya, tetapi berasal dari Ibnu Taimiyyah,
tokoh
yang paling keras dalam mengecam dan mengkritik ajaran sentralnya
tersebut,
atau setidak-tidaknya tokoh itulah yang telah berjasa dalam
mempopulerkannya
ke tengah masyarakat Islam, meskipun tujuannya negatif.
Di
samping itu, meskipun semua orang sepakat menggunakan istilah wahdad
al-wujud untuk menyebut ajaran sentral Ibnu Arabi,
mereka berbeda pendapat
dalam
menformulasikan pengertian wahdad al-wujud.[3]
2.
Abdul Karim Al-Jili
Nama
lengkapnya adalah Abdul Karim bin Ibrahim al-Jili. Ia lahir pada tahun
1365
M di Jilan (Gilan), sebuah provinsi di sebelah selatan Kasfia dan wafat
pada
tahun 1417 M. Nama al-Jili diambil dari tempat kelahiranya di Gilan. Ia
adalah
seorang sufi yang terkenal dari Baghdad. Riwayat hidupnya tidak
banyak
diketahui oleh para ahli sejarah, tetapi sebuah sumber mengatakan
bahwa
ia pernah melakukan perjalanan ke India tahun 1387 M. Kemudian
belajar
tasawuf dibawah bimbingan Abdul Qadir al-Jailani, seorang pendiri
dan
pemimpin Tarekat Qadiriyah yang sangat terkenal. Disamping itu,
berguru
pula pada Syekh Syarafddin Isma’il bin Ibrahim al-Jabarti di Zabith
(Yaman)
pada tahun 1393-1403 M.[4]
Ajaran-ajaran
Tasawufnya
Ajaran
tasawuf al-Jili yang terpenting adalah paham insan kamil (manusia
sempurna).
Menurut al-Jili, insan kamil adalah nuskhah,
seperti
disebutkan dalam hadits yang artinya:
“Allah
menciptakan Adam dalam bentuk yang Maharahman”
Hadits
lain menyebutkan yang artinya:
“Allah
menciptakan Adam dalam bentuk diri-Nya”
Sebagaimana
diketahui, Tuhan memiliki sifat-sifat
seperti hidup, pandai,
mampu
berkehendak, mendengar, dan sebagainya. Manusia (Adam) pun
memiliki
sifat-sifat seperti itu. Proses-proses yang terjadi setelah ini ada
setelah
Tuhan menciptakan substansi, huwiyah Tuhan dihadapkan dengan
huwiyah
Adam, aniyah-Nya disandingkan dengan aniyah Adam, dan Dzat
Nya
dihadapkan pada Dzat Adam, dan akhirnya Adam berhadapan dengan
Tuhan
dalam segala hakikat-Nya. Melalui konsep ini, kita memahami bahwa
Adam
dilihat dari sisi penciptaannya merupakan salah seorang insan kamil
dengan
segala kesempurnaannya. Sebab, pada dirinya terdapat sifat dan nama
ilahiah.
3. Ibnu Sab’in
Nama
lengkap Ibnu Sab’in adalah Abdul Haqq ibn Ibrahim Muhammad ibn
Nashr,
seorang sufi dan juga filsuf dari Andalusia. Dia terenal di Eropa karena
jawaban-jawabannya
atas pernyataan Frederik II, penguasa Sicilia. Dia
dipanggil
Ibnu Sab’in dan diberi gelar Quthbuddin, tetapi kadang-kadang, ia
dikenal
pula dengan Abu Muhammad. Dia dilahirkan tahun 614 H (1217-
1218M)
di kawasan Murcia.[5]
Ajaran-ajaran
Tasawufnya
Ibnu
Sab’in adalah seorang pengasas sebuah paham dalam kalangan tasawuf
filosofis,
yang dikenal dengan paham kesatuan mutlak. Gagasan esensial
pahamnya
sederhana saja, yaitu wujud adalah satu alias wujud Allah semata.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tasawuf
falsafi secara sederhana dapat di definisikan sebagai kajian dan jalan esoteris
dalam islam untuk mengembangkan kesucian batin yang kaya dengan
pandangan-pandangan filosofis. Keberadaan tasawuf bercorak falsafi ini pada satu sisi telah
menarik perhatian para ulama yang pada awalnya kurang senang dengan kehadiran
filsafat dalam khazanah Islam. Sementara bagi para ulama yang menyenangi kajian-kajian
filsafat dan sekaligus menguasainya, tasawuf falsafi bagaikan sungai yang
airnya demikian bening dan begitu menggoda untuk direnangi.
DAFTAR
PUSTAKA
http://ahlaktasawuf2017.blogspot.com/2017/12/tasawuf-falsafi-konsep-dan-tokohnya.html
https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/tasawuf-falsafi
[1] Rosihun Anwar, Akhlak Tasawuf, Terj. (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 277.
[2] Mohammad Muchlis Solihin, Akhlak & Tasawuf Dalam Wacana Kontemporer Upaya Sang Sufi Menuju Allah (Surabaya: Pena Salsabila, 2014), hlm. 131.
[3] ]Mohammad Muchlis Solihin, Akhlak & Tasawuf Dalam Wacana Kontemporer Upaya Sang Sufi Menuju Allah (Surabaya: Pena Salsabila, 2014), hlm. 131.
[4] Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, hal 281-285
[5] Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, hlm. 268-289
0 komentar:
Post a Comment