Monday, November 9, 2020

PERKEMBANGAN TASAWUF FASE ISLAM

 MUHAMMAD ADLI PUTRA

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1. PENGERTIAN TASAWUF

Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf. Harun Nasution, misalnya menyebutkan 5 istilah yang berkenaan dengan tasawuf, yaitu Al-Suffah (Ahl-Asuffah), (orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Makkah ke Madinah), saf (barisan), sufi (suci), shofhos (bahasa Yunani ; Hikmat), dan suf (kain wol). Keseluruhan kata ini bisa-bisa saja dihubungkan dengan tasawuf.

Dari segi linguistik (kebahasaan) ini segera dapat di pahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlaq yang mulia.

Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat bergantung kepada sudut pandang yang digunakannya masing-masing. Selama ini ada 3 sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai mmakhluk terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, dan manusia sebagai makhluk yang bertuhan. Jika di lihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas, maka tasawuf dapat di definisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian kepada Allah Swt.

 

 

2.2. SEJARAH TASAWUF

Berbagai pendapat tentang munculnya dan berkembangnya tasawuf:

a.       Pada abad Pertama dan Kedua Hijriah

1.      Perkembangan Tasawuf pada Masa Sahabat

Para shahabat juga mencontohi kehidupan Rasullullah yang serba sederhana, di mana hidupnya di mana hidupnya hanya semata-mata diabdikan kepada Tuhan-Nya.

Beberapa sahabat yang tergolong sufi di abad pertama, dan berfungsi mahaguru bagi pendatang dari luar kota Madinah, yang tertarik pada kehidupan sufi antara lain :

a.       Abu Bakar Ash-Shidiq

b.      Umar Bin Khatab

c.       Usman Bin Affan

d.      Ali Bin Abi Thalib

e.       Salman Al Farizy

f.       Abu Zhar Al Ghifary

g.      Amar bin Yasir

h.      Hudzaifah bin Al-Yaman

i.        Niqdad bin Aswad

 

2.      Perkembangan Tasawuf pada Masa Tabi’in

Ulama sufi dari kalangan tabi’in, adalah murid dari ulama-ulama sufi dari kalanga sahabat ada beberapa tokoh-tokoh ulama sufi tabi’in, antara lain:

a.       Al-Hasan Al-Bashri hidup tahun 22H-110H

b.      Rabi’ah Al-Adawiyah, wafat tahun 105H

c.       Sufyan bin Said Ats-Tsaury, hidup tahun 97H-161H

d.      Daun Ath-Thaiy wafat tahun 165 H

e.       Syaqieq Al-Balkhiy, wafat tahun 194 H

 

b.      Pada abad Ketiga dan Keempat Hijriah

1.      Perkembangan Tasawuf pada abad Ketiga Hijriah

Pada abad ini, terlihat perkembangan tasawuf yang pesat, ditandai dengan adanya segolongan ahli tasawuf  yang mencoba memiliki inti ajaran tasawuf  yang berkembang masa itu.

 

2.      Perkembangan Tasawuf pada abad ke Empat Hijriah

Pada abad ini, ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan kemajuannya di abad ketiga hijriah karena usaha maksimal para ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawuf masing-masing. Upaya untuk mengembangkan ajaran tasawuf di luar kota baghdad. Perkembangan tasawuf di berbagai negeri dan kota tidak mengurangi perkembangan tasawuf di kota baghdad.

 

c.       Pada abad Kelima Hijriah

Disamping adanya pertentangan yang turun ditemukan antara ulama sufi  dengan ulama fiqh, maka abad kelima ini, keadaan semakin rawan ketika berkembangnya mazhab syiah ismailiyah yaitu suatu mazhab (paham) yang hendak mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keturunan ali bin abi thalib.

 

d.      Abad Keenam, Ketujuh, dan Kedelapan Hijriah

Perkembangan tasawuf pada abad keenam hijriah banyak ulama tasawuf yang sangat berpengaruh dalam perkembangan tasawuf abad ini antara lain Syihabuddin abul Futu A-Suhrawardy wafat tahun 587 H/1191 M. Ia mula-mula belajar filsafat dan ushul fiqh pada Asy-Syekh Al-Iman Majdudin Al-Jily di Aleppo, bahkan sebagian besar ulama dari berbagai disiplin ilmu agama luar negeri itu, telah dikunjunginya untuk mneimba ilmu pengetahuan dari mereka.

 

e.       Pada abad Kesembilan, Kesepuluh Hijriah dan sesudahnya

Disini tasawuf sangat sunyi di dunia islam, berarti nasibnya lebih buruk lagi dari keadaannya pada abad keenam, ketujuh, kedelapan hjriah faktor yang menonjol menyebabkan runtuhnya ajaran tasawuf di dunia islam yaitu :

1.      Karena memang ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat islam, sebab banyak di antara mereka yang terlalu menyimpang di ajaran islam yang sebenarnya.

2.      Karena ketika itu, penjajah bangsa Eropa yang beragama nasrani sudah menguasai seluruh negeri Islam. Tentu paham-paham selaulu dibawa dan digunakan untuk menghancurkan ajaran tasawuf yang sangat bertentangan dengan pahamnya.

 

 

2.3. KONSEP DAN CIKAL BAKAL TASAWUF

1.      Konsep Tasawuf

Istilah tasawuf berasal dari kata  shafa  yang berarti bersih, suci, yang artinya langkah mereka diarahkan pada kesucian batin sebagai uapaya untuk mendekati Dzat Yang Mahasuci. Agaknya defenisi tasawuf secara istilah terasa sulit untuk mencangkup semua seginya, sehingga bermunculan berbagai defenisi tasawuf, bahkan Anne Marie Schimmel mengatakan bahwa mendefenisikan tasawuf itu sulit dirumuskan secara lengkap, karena kita hanya dapat menyentuh salah satunya saja. Defenisi-defenisi itu hanya merupakan petunjuk awal untuk menyalami lebih jauh.  Meskipun begini di sini akan dimunculkan salah satunya, yaitu menurut versi Abu Yazid, beliau mendefenisikan bahwa tasawuf itu sebagai upaya melepaskan diri dari perangai tercela, menghiasi diri dengan perangai terpuji dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Menurut al Ghanimi Taftazani, terdapat lima ciri karakteristik tasawuf secara umum yaitu:

a. Memiliki nilai-nilai moral;

b. Pemenuhan fana dalam realitas mutlak;

c. Pengetahuan intuitif langsung;

d. Timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah karena tercapainya maqam;

e. Penggunaan simbol pengungkapan yang mengendung makna tersirat.

Dari ciri-ciri tersebut nampak ada kesamaan antara tasawuf Islam dan mistisisme dalam agama-agama lain. Sehingga menurut Nicholson, bahwa tasawuf Islam itu adalah:

 

a.       Kehidupan sufi yang zuhud, senang pada kesunyian, suka memakai pakaian dari bulu domba, banyak berdzikir, ini menandakan adanya kesamaan dengan ajaran nasrani dipengaruhi oleh agama Nasrani, ajaran-ajaran tersebut berakar dari ajaran agama Nasrani.

b.      Adanya kontak Arab dan Yunani, sehingga ajaran Neo-Pletinisme tersebar di dunia Arab yang mempengaruhi pemikir Islam. Maka masuklah pemikiran emanasi (pancaran), iluminasi (penerangan), gnosis (pengetahuan religious), ekstase (keadaan di luar kesadaraan) kedalam tasawuf

c.       Ajaran agama Budha yairu konsep nirwana yang mirip denga tasawuf Islam yaitu konsep fana.

d.      Kehidupan kerohanian Islam memiliki sumber yang kaya. Gambaran tasawuf yang lengkap harus dilihat pada khasanah perkembangannya. Sehingga corak tasawuf di setiap periode yang dilaluinya dapat dilihat sempurna, awalnya dalam bentuk zuhud, berikutnya membentuk kajian kerohanian mendalam dan seterusnya.

Bagi Harun Nasution teori bahwa ajaran tasawuf dipengaruhi oleh unsur asing, sulit untuk dibuktikan kebenarannya. Karena dalam ajaran Islam sendiri terdapat ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits yang menggambarkan dekatnya manusia dengan Tuhan, seperti QS. 2 : 186 “apabila hamba-hamban-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka jawablah bahwasannya Aku akan dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa kepada-Ku”.

 

2.      Cikal Bakal Tasawuf

Benih benih kehidupan tasawuf sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi. Hal ini dapat dilihat dalam hal ibadah dan kehidupan Nabi. Sebelum diangkat menjadi Rasul, berbulan-bulan terutama di bulan Ramadhan, beliau berkhalwat, mengasingkan diri, di Gua Hira, disana beliau bertafakur, membersihkan diri dari karakter-karakter manusia pada umumnya saat itu.

Kemudian puncaknya terjadi ketika beliau isra-mi’raj. Beliau telah sampai ke sidraul muntaha, yaitu tempat terakhir yang dicapai Nabi ketika mikhraj di langit ke tujuh. Bahkan sampai kepada hadirat-Nya dan sempat berdialog berulang kali saat beliau menerima perintah kewajiban shalat lima puluh kali sehari, atas usul NAbi Musa as, beliau memohon agar jumlahnya diringankan dengan alasan karena umatnya nanti tidak akan mampu melaksanakannya, keadaan demikian merupakan benih-benih yang membutuhkan sufisme di kemudian hari.

Dari beberapa keterangan, diketahui bahwa sesungguhnya pengenalan tasawuf sudah ada dalam kehidupan Nabi saw, sahabat, dan tabi’in. Sebutan yang populer bagi tokoh agama sebelumnya adalah zāhid, ābid, dan nāsik, namun tasawuf baru dikenal secara luas di kawasan Islam sejak penghujung abad kedua Hijriah. Sebagai perkembangan lanjut dari ke-shaleh-an asketis (kesederhanaan) atau para zāhid yang mengelompok di serambi masjid Madinah. Dalam perjalanan kehidupan, kelompok ini lebih mengkhususkan diri untuk beribadah dan pengembangan kehidupan rohaniah dengan mengabaikan kenikmatan duniawi. Pola hidup ke-shaleh-an yang demikian merupakan awal pertumbuhan tasawuf yang kemudian berkembang dengan pesatnya. Fase ini dapat disebut sebagai fase asketisme dan merupakan fase pertama perkembangan tasawuf.

 

 

2.4. MATA RANTAI TASAWUF

1.      Tasawuf abad ke 1dan ke 2 Hijriah (Dari zuhud ke tasawuf )

Pada periode tabiin, sekitar abad ke 1 dan ke 2 Hijriah, kondisi social politik mulai berubah dari masa sebelumnya.konflik politik yang berawal dari masa Usman bin affan itu terus berlanjut. Berikutnya muncullah kelompok-kelompok Muawwiyah, syiah,Khawarij, dan Murjiah. Sejak awal kekuasaan bani Umayah, Kehidupan politik berubah total. Mereka mulai menganut sistem pemerintahan monarki. Semua lawan politiknya di kejar kemana-mana untuk di bersihkan.Puncaknya pada peristiwa terbunuhnya Husen bin Ali bin Abi Thalib di Karbala.

Sebagai khalifah Monarkhi pertama, Muawwiyah mulai menjauh dari tradisi kehidupan nabi yang memiliki pola hidup yang sederhana dan semakin dekat ke tradisi kehidupan raja-raja Romawi yang memiliki pola hidup yang mewah. Kemudian di teruskan oleh anaknya, Yazid ,yang memerintah 61-64 H, dikenal sebagai dengan khalifah yang mengumbar hawa nafsu, hidup mewah, menganggap enteng ajaran agama, dan ia di kenal sebagai pemabuk.

Dalam situasi yang demikian itu,kaum muslimin yang saleh merasa berkewajiban menyerukan kepada masyarakat untuk hidup sederhana,Zuhud, Saleh, dan tidak tergiur oleh hawa nafsu. Penyeru tersebut, antara lain, Abu Dzar Al Ghifari. Dia melancarian Kritik tajam kepada bani Umayah yang tenggelam dalam kemewahan dan menyerukan agar keadilan social dalam islam, diterapkan kembali.

Di antara mereka mulai merindukan kesederhanaan kehidupan nabi dan para sabatnya. Mereka mulai merenggangkan diri dari kehidupan mewah. Sejak itu kehidupan Zuhud mulai bertumbuh di masyarakat. Mereka mengelompok pada pola hidup Zuhud (zahid,zuhhad), bertekun beribadah (abid, ubbad) dan menempuh jalan batin (nasik, nussak)

Di kota Basrah, di kenal Hasan al basri. Ia di besarkan dalam asuhan ali bin abi thalib dan banyak belajar tentang ilmu kerohanian darinya. Beliau adalah seorang zahid yang berlandaskan pada nilain khauf , yaitu takut terjerumus pada maksiat hingga Allah murka, dan diiringi dengan raja, yaitu senantiasa mengharapkan rahmatnya.Hal ini memunculkan minat untuk menghindari kelezatan duniawi (zuhud ) untuk meraih yang ukhrawi. Pesannya seperti ini :jauhilah dunia ini, karena ia sebenarnya serupa dengan ular, licin pada perasaan tetapi racunnya mematikan.

Tokoh tabiin di kufah, antara lain Sofyan Tsauri ( 97-161 H ) yang terkenal dengan kealimannya dalam hadits (bergelar khalifah hadis ) dan fiqh (sebagai Mujtahid mutlak ). Dalam kerohanian , Ia terkenal zuhud , dan sanggup menentang penguasa Zalim.

Warna kezuhudan lebih tampak paeda Rabiah Al adawiyah (95-185 H ) seorang anak keluarga miskin, hidup sebagai hamba sahaya kemudian menjalani hidup zuhud.Hari-harinya di habiskan di tikar sajadah. Yang menjadi pendorongnya itu adalah rasa cintanya kepada Tuhan, sehingga tidak tersisa lagi ruang di hatinya selain itu, untuk memperoleh balasan cintanya itu.

Pada akhir abad ke 2 Hijriah, peralihan dari zuhud ke tasawuf sudah mulai nampak. Analisis singkat tentang kesufian yang di pelopori oleh tokoh-tokoh kerohanian yang zahid itu mulai bermunculan.

 

2.     Kajian Tasawuf pada abad ke -3 dan ke-4 Hijriah

Pada abad ke -1 dan ke -2 Hijriah, cara hidup zuhud sudah dimulai lalu pada abad ke-3 ke-4 ini dimulailah kajian-kajian kesufian. Dalam kajian tersebut terdapat dua kecenderungan para tokoh.

Pertama, cenderung pada kajian tasawuf yang lebih bersifat ahlak yang didasarkan pada Al-Qur’an dan As-sunah (Tasawuf sunni ). Tokohnya antara lain Haris Al Muhasibi ( 165-243 H ) banyak mengkaji soal disiplin diri (Muhasabah). Pembicaraanya yang lebih rinci tertuang dalam karyanya al-Ri’ayat li huquq Allah (menjaga hak Allah) yang banyak mempengaruhi AL Ghazali dalam menyusun karyanya Ilhya Ulum al Din. Tokoh nya antara lain adalah abu Nasr as saraj, dengan karyanya Kitab al luma, Abu Thalib al Makki, dengan karyanya Qut al Qulub, dan Abu Bakar al Kalabazi, dengan karyanya Taaruf li Mazhab ahl Tasawuf (perkenalan pada aliran ahli tasawuf )

Kedua, cenderung pada kajian tasawuf filsafat dan berbaur dengan kajian metafisika. Tokohnya antara lain, Zun Nun al Misri ( 180-246 H ). Ia seorang sufi juga ahli kimia, dikenal sebagai bapak teori Makrifat. Menurutnya pengetahuan tentang Tuhan ada tiga tingkatan, yaitu:

1.      Pengetahuan awam, yaitu mengenal tuhan melalui ucapan syahadat

2.      pengetahuan alim, mengenal tuhan melalui logika

3.      pengetahuan arif, yaitu mengenal tuhan melalui qalbu.

Pengetahuan yang ke tiga ini di sebut Makrifat, dan orangnya di sebut dengan arif. Tokoh lainnya adalah Abu Yazid al Busthami, al Hallaj.

Pada periode ini mulai muncul tarekat-tarekat sufi pada bentuknya yang awal. Didalamnya ada Mursyid, yaitu pemimpin tarekat, ada murid, yaitu pengikut tarekat (salik), ada ribath, yaitu sebuah pondok tempat untuk bertarekat. Seperti Tarekat Taifuriah yang di nisbahkan kepada Abu yazid al Bhustami.

 

3.      Perkembangan Tasawuf pada abad ke-5 Hijriah

Setelah al hallaj meninggal, Tasawuf filsafat semakin tenggelam. Sementara tasawuf sunni semakin mendapat tempat di hati masyarakat. Hal ini sejalan dengan keunggulan teologi Asy’ariyah yang sejalan dengan tasawuf sunni. Tokoh tasawuf yang muncul pada periode ini adalah Abu Qasim, Abdul Karim al Qusyairi (376-466 H) Penulis ar risalah al Qusyariah yang mengangkat kerangka teori tasawuf. Abu Ismail Abdulah bin Muhammad al Anshari al Harawi (396-481H) dengan karyanya Manazil as Sairin ila Rabb al alamin (kedudukan orang-orang yang mendekatkan diri pada Allah) yang Mengurai tentang maqamat para sufi yang memiliki awal dan akhir.

Puncaknya adalah pada masa al Ghazali yang karena jasanya beliau mendapat gelar hujjatul Islam. Beliau menempuh dua masa kehidupan yang berbeda.

 

Pertama, Ketika penuh semangat menimba ilmu, mengajar, berkedudukan sebagai guru besar di Nazamiyah, dan kedua masa syak terhadap kebenaran ilmu yang di perolehnya dan kedudukannya yang di pegangnya . Akhirnya keraguan itu terjawab melalui pengalaman spiritualnya. Ini terjadi diakhir masa pertamanya, sebagai masa peralihannya. Maka bagian kedua masa kehidupannya dilalui dengan ketentraman dan kebeningan tasawuf. Pada masa ini beliau banyak menulkis tentang tasawuf. Karyanya, antara lain, adalah ihya Ulum al Din yang paling populer dan di terjemahkan ke berbagai bahasa. Di dalamnya beliau mendamaikan konflik antara teolog, fuqaha, dan sufi. Juga di bahas tentang ibadah, kebiasaan dalam kehidupan, dosa yang membinasakan, jalan menuju keselamatan berupa maqamat dan ahwal.


 

BAB III

PENUTUP

 

3.1. KESIMPULAN

Dapat di simpulkan bahwa tasawuf berasal dari kata shafa yang berarti bersih, suci yang artinya langkah meraka diarahkan pada kesucian batin sebagai upaya untuk mendekati Dzat yang Mahasuci. Adanya kesamaan tasawuf dan mistisme dalam agama-agama lain. Cikal bakal tasawuf sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi. Hal ini dapat dilihat dalam ibadah dan kehidupan Nabi. Dan mata rantai tasawuf sudah di mulai pada abad ke 1 dan ke 2 Hijriah yang di awali dengan zuhud sampai pada perkembangan tasawuf pada abad ke 5 Hijriah.

 

 

3.2. SARAN

Demikianlah yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah ini,tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan, kurangnya rujukan dan referensi yang saya peroleh. Penulis banyak berharap kepada pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para penulis dan para pembaca.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Al-Iskandariah, Ibnu Athaillah Syekh ahamd ibn. Pengubah Abu Jihaduddin

Hanum, Rayani dkk, 2013.  Ahklak Tasawuf. Jakarta : Amzah

Nata, Abudin, 2013. Ahklak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada

Nurulhaq, Dadan. Dan Baihaqi, Wildan, 2014. Ilmu Akhlak dan Tasawuf. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Rifqi al-Hanif, 1990. Mempertajam Mata Hati. Jakarta: Bintang Pelajar.

0 komentar:

Post a Comment