Wednesday, March 13, 2019

Apakah Kita Back To Jahiliyah?


Jahiliyah (bahasa Arab: جاهلية, Jāhilīyyah) adalah konsep dalam agama Islam yang menunjukkan masa di mana penduduk Mekkah berada dalam ketidaktahuan (kebodohan). Akar istilah jahiliyyah adalah bentuk kata kerja I pada kata jahala, yang memiliki arti menjadi bodoh, bodoh, bersikap dengan bodoh atau tidak peduli. Kemudian dalam syariat Islam memiliki arti "ketidaktahuan akan petunjuk Ilahi" atau "kondisi ketidaktahuan akan petunjuk dari Tuhan". Keadaan tersebut merujuk pada situasi bangsa Arab kuno, yaitu pada masa masyarakat Arab pra-Islam sebelum diutusnya seorang rasul yang bernama Muhammad. Pengertian khusus kata jahiliyah ialah keadaan seseorang yang tidak memperoleh bimbingan dari Islam dan al-Qur'an, (wikipedia).

Menurut P.K Hitti dalam bukunya History of The Arabic, menjelaskan makna jahiliyah bukan bermakna bodoh dalam ilmu pengetahuan, namun bodoh dari sudut pemahaman agama, karena sebelum nabi Muhammad saw diutus, tidak ada nabi dan tidak ada kitab yang dijadikan sebagai petunjuk hidup.

Menurut Mahyuddin dan Hilmi, pengertian jahiliyah mempunyai makna kekufuran, keangkuhan, kemaksiatan dan juga kebodohan.

Kebodohan orang jahiliyah tentang agama, kekurangan akhlak, kurang moral, tidak beradab dan tidak berpegang kepada aturan agama nabi terdahulu, namun mereka sudah lumayan dalam berpolitik, ekonomi dan ilmu pengetahuan dalam berdagang.


Kebiasaan yang dilakukan orang jahiliyah

Pertama; orang-orang jahiliyah jazirah, seperti Mekkah, Thaif, San’a, Hajar, Yatsrib, Daumatul Jandal dan sekitarnya sangat gemar melakukan berjudi, dan berjudii tersebut selain sebagai kebiasaan mereka juga menganggap sebagai sumber penghasilan.

Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung.” (Q.S. Al-Maidah: 90).

Kedua; meneguk khamar, kebiasaan orang-orang jahiliyah ketika itu berkumpul-kumpul untuk meneguk khamar, kemudian setelah mereka setengah mabuk mereka berbangga diri dengan kemabukannya.

Ketiga; nikah Istibdha’, yaitu seseorang membawa isterinya kepada orang yang diinginkannya. Yaitu, orang tertentu dari kalangan pemimpin dan pembesar yang dikenal dengan keberanian dan kedermawanannya agar sang isteri melahirkan anak sepertinya.

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, bahwa dia mengatakan: “Seorang pria berkata kepada isterinya ketika telah bersih dari haidhnya: ‘Pergilah kepada si fulan lalu mintalah tidur dengannya.’ Kemudian suaminya menyingkirinya dan tidak menyentuhnya selamanya hingga nampak kehamilannya dari pria yang diminta menidurinya. Jika kehamilannya telah tampak, maka suaminya menyetubuhinya jika suka. Ia melakukan demikian hanyalah karena menginginkan kelahiran anak. Oleh karenanya, nikah ini disebut nikah Istibdha’.

Keempat; mengubur hidup-hidup anak perempuan, seorang ayah yang melihat anaknya yang lahir anak perempuan, maka mereka menguburkannya hidup-hidup dengan dalih takut mendapat aib.

Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh”, (Q.S. At-Takwir: 8-9).

Kelima; membunuh anak-anak karena takut miskin, ketika mereka telah putus asa atas bencana kemiskinan yang mereka dera, maka mereka membunuh anak-anak mereka.

Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka”, (Q.S. Al-An’am: 151).
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu”,(Q.S. Al-Isra’:31).
Keenam; wanita berdandan ketika keluar rumah, tujuan dari para wanita jahiliyah ketika itu mereka berdandan untuk menarik simpati dan perhatian para lelaki ajnabi, sehingga ketika mereka dirayu dan dipikat akan merasa bangga.
Ketujuh; perselingkuhan, para wanita-wanita mardeka yang sudah bersuami mereka memelihara lelaki-lelaki lain sebagai pemuas nafsunya, mereka melakukan hubungan haram ini secara sembunyi-sembunyi.
… Dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya ….”(Q.S. An-Nisa’: 25).

Kedelapan; menjadikan budaknya sebagai pelacur, salah satu penghasilan yang diapat para tuan-tuan ketika itu adalah dengan menjadikan budak-budaknya sebagai pelacur di tempat hiburan-hiburan malam.
Kesembilan; fanatisme golongan. Mereka menganggap golongannya yang terbaik dan perlu ditolong, walau golongannya melakukan kedhaliman.
Tolonglah saudaramu, baik dia menzalimi ataupun dizalimi.” Kemudian ada yang mengatakan, “Wahai Rasulullah, kami akan menolongnya (saudara kami) jika dia dizalimi, maka bagiamana cara kami akan menolongnya jika dia menzalimi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau mencegahnya supaya tak berbuat zalim”, (H. R Bukhari).

Kesepuluh; mempercayai takhayul, takhayul adalah sesuatu yang hanya berdasarkan pada khayalan belaka. Seperti Mereka berkeyakinan bahwa barangsiapa mencela dan mencaci maki berhala Laata' atau Uzza, ia akan mendapat penyakit supak.

Kesebelas; Menyembah Berhala,  awal mula penyembahan berhala di Mekah adalah ketika seorang bernama Amr bin Luhay membawa berhala besar bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam. Di Mekah, berhala Hubal ditaruh di Ka'bah dan disuruhnya orang-orang datang menyembahnya.

Apakah kita telah melakukan kebiasaan jahiliyah?

Kita umat nabi Muhammad Saw pada akhir zama yang telah datang risalah kebenaran Islam  kepada kita, al-Quran dan hadits sebagai pedoman hidup yang didalamnya termaktub tatanan cara beribadah kepada Allah Swt, cara mu’amalah, munahakat, siyasah dan lain tentang kesempurnaan hidup didunia ini baik dalam hubungan dengan Allah atau hubungan dengan makhluk lainnya.

Islam sebagai agama yang kita anut dan percayai kebenarannya telah menyempurnakan akhlak kita dan perilaku hidup baik sesama Islam atau non Islam, hubungan sesama Islam adalah dengan ukhuwah Islamiyah sedangkan hubungan dengan non Islam adalah tasamuh.

Perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari semuanya telah diatur dalam Islam, sehingga kita dapat membedakan yang mana perilaku yang baik sesuai suri teladannya Rasulullah Saw ataukah tanpa kita sadari kita telah terjerumus kedalam kejahilan masa jahiliyah.

Allah sangat melarang kepada kita untuk tidak kembali lagi ke perangai jahiliyah setelah datang kebenaran kepada kita.

Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah : 49-50).

Kembali ke peradaban jahiliyah sama dengan telah mendhalimi diri sendiri, dan dalam Islam mendhalimi diri sendiri sangat dilarang.

Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka”,(QS. Huud : 101 ).

Sungguh hakikat kebenaran telah dibawa oleh Rasulullah Saw, mari kita senantiasa menjadikan Beliau sebagai suri teladan dalam segala hal, kesempurnaan akhlak yang hancur pada masa jahiliyah telah Beliau sempurnakan dan ini merupakan salah satu warisan yang perlu kita warisi.

Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk dita'ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”, ( QS. An Nisaa: 64).

0 komentar:

Post a Comment