Politik adalah
adalah sebuah perilaku atau kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan
kebijakan-kebijakan dalam tatanan Negara agar dapat merealisasikan cita-cita
Negara sesungguhnya, sehingga mampu membangun dan membentuk Negara sesuai rules agar
kebahagian bersama didalam masyarakat disebuah Negara tersebut lebih mudah
tercapai. (Ikirenki).
Politik di
dalam bahasa
Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh sebab itu, di dalam
buku-buku para ulama salafush shalih
dikenal istilah siyasah syar’iyyah, misalnya. Dalam Al Muhith, siyasah
berakar kata sâsa - yasûsu. Dalam kalimat Sasa addawaba
yasusuha siyasatan berarti Qama ‘alaiha wa radlaha wa adabbaha
(mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya). Bila dikatakan sasa al amra
artinya dabbarahu (mengurusi/mengatur perkara), (wikipedia).
Politik dalam
Islam menjuruskan kegiatan ummah kepada usaha untuk mendukung dan melaksanakan
syari'at Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan.
“Dan
Katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah Aku secara masuk yang benar dan
keluarkanlah (pula) Aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari
sisi Engkau kekuasaan yang menolong”, (Q. S Al Isra: 80).
Kehidupan Dalam
Islam
Kehidupan yang
pertama sekali kepada manusia itu saat berumur 120 hari didalam kandungan,
ketika itu Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh kepada segumpal daging
dan menentukan rezki dan arah kehidupan manusia itu.
“Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud
rodhiallahu 'anhu berkata: Rasul Shollallahu 'alaihi wasallam telah berbicara
kepada kami -dia seorang yang benar dan dibenarkan- : "Sesungguhnya
tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari
berupa nutfah, kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu
menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat
untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata :
Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan
selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga
sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja.
kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli
neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli
neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta
saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan
ahli surga dan ia masuk surga”, (Mutafaq ‘Alaih).
Hidup ini sebuah
misteri dan penuh rahasia, manusia memiliki keterbatasan dalam memahami makna
hidup. Pada umumnya, manusia tidak mengetahui banyak hal tentang sesuatu, yang
mereka ketahui hanyalah realitas yang nampak saja.
“(sebagai)
janji yang Sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janjinya, tetapi
kebanyakan manusia tidak Mengetahui”. “Mereka Hanya mengetahui yang lahir
(saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah
lalai”, (Q. S Ar Ruum: 6-7).
Tidak ada
seorang pun yang tahu berapa lama ia akan hidup, di mana ia akan mati, dalam
keadaan apa ia akan mati, dan dengan cara apa ia akan mati, sebagian manusia
menyangka bahwa hidup ini hanya satu kali dan setelah itu mati ditelan bumi.
Mereka meragukan dan tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan kembali setelah
mati.
“Dia berkata:
"Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka
membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian
pulalah yang akan mereka perbuat”, (Q. S An
Naml: 34).
Adapun mengenai
kepercayaan adanya kehidupan setelah mati pandangannya sangat beragam
tergantung pada agama dan kepercayaan yang dipeluk dan diyakini. Namun dalam
hal ini, Islam menegaskan tentang adanya kehidupan setelah mati, dan kita akan
dibangkitkan kembali untuk mempertanggungjawabkan apa yang pernah kita lakukan
didunia ini.
“Berkatalah
orang-orang yang kafir: "Apakah setelah kita menjadi tanah dan (begitu
pula) bapak-bapak kita; apakah Sesungguhnya kita akan dikeluarkan (dari
kubur)?”, (Q. S An Naml: 67).
Sistim Perpolitikan Islam
Dalam
perpolitikan Islam, kita tidak akan pernah terlepas dari hukum-hukum syariat
Islam, sehingga perpolitikan itu memiliki asas-asas. Asas-asas dalam
perpolitikan Islam itu ada beberapa asas, yaitu :
Hakimiyah Ilahiyah
(Hukum Tuhan), hukum kekuasaan itu berada pada Allah SWT bukan pada manusia,
sehingga manusia itu akan berjalan sesuai aturan Ilahi.
“Dan dialah
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala
puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan Hanya
kepada-Nyalah kamu dikembalikan”, (Al Qashash: 70).
Risalah, jalan
kehidupan para rasul diiktiraf oleh Islam sebagai sunan al huda
atau jalan jalan hidayah yang menunjuki manusia.
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya
(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk
Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka
terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”,
(Q. S Al Hasyr: 7).
Khalifah (perwakilan),
pemimpin-pemimpin yang dipilih sesuai dengan ketentuan Islam untuk menjadikan
seorang pemimpin.
“Kemudian kami
jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya
kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat”, (Q. S Yunus:
14).
Dalam
perpolitikan Islam itu memiliki prinsip-prinsip, yaitu musyawarah, yaitu
memecahkan masalah dengan cara bermusyawarah atau bersama-sama. Keadilan, yaitu
berlaku adil kepada sesama dan menempatkan sesuatu pada tempatnya. Kebebasan,
yaitu bebas berpendapat dan bersikap sesuai dengan ketentuan syariat.
Persamaan, yaitu memandang kepada sesama itu setingkat dan sederajat, dan yang
dapat membedakannya adalah ketaqwaan kepada Allah. Hak menghisab (rukyah).
0 komentar:
Post a Comment