Suatu ibadah yang sangat
bernilai tinggi dan sangat dituntut oleh agama adalah melaksanakan qurban
(Udhhiyah). Qurban berasal dari bahasa Arab, Qurban atau
disebut juga Udhhiyah atau Dhahiyyah secara harfiah berarti hewan
sembelihan. Atau secara bahasa arabnya qurban diambil dari kata : qaruba
(fi’il madhi) – yaqrabu (fi’il mudhari’) – qurban wa qurbaanan
(mashdar). Artinya, mendekati atau menghampiri.
Qurban adalah hewan yang dipotong dalam rangka taqarrub kepada Allah, berkenaan dengan tibanya ‘Aidul Adhha atau yaumun nahr , pada tanggal 10 Dzulhijjah. Perintah berqurban adalah berdasarkan firman Allah SWT, hadits Rasulullah SAW, dan ijma’ ulama.
“Sesungguhnya kami Telah
memberikan kepadamu nikmat yang banyak, Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu;
dan berkorbanlah, Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang
terputus”, (Q. S Al Kautsar: 1-3).
“Diriwayatkan dari Jabir bin
‘Abdillah radhiallahu ‘anhu bahwasanya dia
berkata, “Saya menghadiri shalat idul-Adha bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di mushalla (tanah
lapang). Setelah beliau berkhutbah, beliau turun dari mimbarnya dan didatangkan
kepadanya seekor kambing. Kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menyembelihnya dengan tangannya, sambil
mengatakan: Dengan nama Allah. Allah Maha Besar. Kambing
ini dariku dan dari orang-orang yang belum menyembelih di kalangan umatku”.
Dari Al-Barra bin Azib
Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkhutbah kepada kami di hari raya kurban, lalu beliau berkata, ‘Janganlah
seorang pun (dari kalian) menyembelih sampai di selesai shalat’. Seseorang
berkata, ‘Aku memiliki inaq laban, ia lebih baik dari dua ekor kambing
pedaging’. Beliau berkata, ‘Silahkan disembelih dan tidk sah jadz’ah dari
seorang setelahmu”
“Yang benar bahwa yang
dimaksud dengan an-nadr adalah menyembelih kurban, yaitu menyembelih unta dan
sejenisnya”, (Ibnu Katsir).
Rasulullah SAW sangat
menganjurkan umat Islam untuk berqurban, dan seandainya tidak merasa
bagi bagi umat-Nya, maka sungguh qurban itu akan diwajibkannya,
sebagaimana berlaku kepada-Nya.
Dari Abu Hurairah, beliau
berkata: “Barang siapa mendapatkan kelapangan tetapi
tidak berqurban, maka janganlah dia mendekati tempat shalat kami”.
“Kami berwuquf di ‘Arafah
bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya
mendengar beliau berkata, ‘Wahai manusia! Setiap satu keluarga di
setiap tahun harus menyembelih dan juga Al-‘Atiirah. Apakah kamu tahu apa itu
Al-‘Atiirah? Dia adalah yang dinamakan Ar-Rajabiyah”, (H. R. Mikhnaf bin Sulaim
Al-Ghamidi).
Nilai Qurban itu
dari kita
Walaupun kita telah berqurban
setiap tahunnya dengan menyembelih unta, sapi atau lainnya, maka qurban itu
baru bernilai dari keikhlasan kita, karena apa yang kita qurbankan,
darah qurban, daging qurban, kulit qurban, dan bulu-bulu
binatang qurban itu tidak pernah sampai kepada Allah, namun yang sampai
kepada Allah adalah nilai keikhlasan kita dalam berqurban.
“Daging-daging
unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah,
tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapai-Nya. Demikianlah Allah
telah menundukkannya untuk kalian supaya kalian mengagungkan Allah terhadap
hidayah-Nya kepada kalian. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang
berbuat baik”, (Q. S Al Hajj: 37).
Dalam menyampaikan nilai qurban
kepada Allah adalah nilai ikhlas dan taqwa seseorang, bukan apa yang
telah ia qurbankan, sehingga seorang yang berqurban seekor
kambing akan sama nilainya dengan orang yang berqurban unta, bila
sama-sama memiliki keikhlasan yang sama.
“Demikianlah (perintah
Allah). dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, Maka Sesungguhnya itu
timbul dari ketakwaan hati”, (Q. S Al Hajj: 32).
Jangan sampai ibadah qurban
ini dikotori oleh noda-noda riya’ (ingin pamer dengan sengaja
memperlihatkan amalan tersebut kepada orang lain), atau kotoran sum’ah
(sengaja menebarkan amalan yang ia perbuat agar orang lain mendengarnya).
Demikian juga jangan sampai menjalankan ibadah qurban hanya semata-mata
karena menjaga adat, tradisi, dan kebiasaan keluarganya sejak dahulu. Ini semua
adalah niat yang tidak benar dan harus dijauhi.
Di samping itu, ia harus membuang
jauh-jauh sikap dan perasaan bangga diri, sombong, dan merendahkan saudaranya
yang belum diberi kelapangan oleh Allah untuk berqurban.
“Yang dikehendaki dari ibadah qurban
di sini bukanlah semata-mata menyembelih saja, daging-daging dan darah-darah
hewan qurban itu tidak akan sampai kepada Allah sedikitpun, karena Dia
adalah Dzat yang Maha Kaya dan Maha Terpuji. Namun yang sampai kepada Allah
adalah keikhlasan, pengharapan dalam meraih pahala, serta niat yang baik ketika
menyembelih qurban. Oleh karena itulah Allah subhanahu
wa ta’ala tegaskan dalam ayat-Nya,“Tetapi
ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapai-Nya”,”, (Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di).
Termasuk dalam keikhlasan
seseorang dalam berqurban yaitu dengan memilih hewan yang diqurbankan
itu adalah hewan yang bagus, cantik, bersih, dan indah dipandang mata.
“Ceritakanlah
kepada mereka kisah kedua putera Adam menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua dan
tidak diterima dari yang lain. Ia (putra Nabi Adam yang tidak diterima
kurbannya) berkata: “Aku pasti membunuhmu!” Berkata pula (putra Nabi Adam yang
diterima kurbannya): “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari
orang-orang yang bertakwa.” (Q. S Al-Maidah: 27).
Hikmah berqurban
Bila melaksanakan qurban seperti
yang diperintahkan agama, maka sangat
banyak dan hikmah yang didapatkan dalam berqurban, antara lain:
Pertama; kebaikan dari setiap helai bulu hewan kurban
Dari Zaid ibn Arqam, ia
berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?”
Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.”
Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?”
Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka
menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya
juga satu kebaikan”, (HR. Ahmad dan ibn Majah)
Kedua; berkurban adalah ciri keislaman seseorang
Dari Abu Hurairah, Rasulullah
SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia
tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami”, (HR.
Ahmad dan Ibnu Majah).
Ketiga; ibadah kurban adalah salah satu ibadah yang paling disukai oleh Allah
Ketiga; ibadah kurban adalah salah satu ibadah yang paling disukai oleh Allah
Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai
Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya
pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan
tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan
sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum
darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya”, (HR. Ibn Majah
dan Tirmidzi. Tirmidzi menyatakan: Hadits ini adalah hasan gharib)
Keempat; berkurban membawa misi kepedulian pada sesama, menggembirakan kaum dhuafa
“Hari Raya Qurban adalah
hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah”, (H. R Muslim).
Kelima; berkurban adalah ibadah yang paling utama
“Maka dirikanlah shalat karena
Tuhanmu; dan berqurbanlah”, (Q. s Al Kautsar : 2).
Keenam; berkurban adalah sebagian dari syiar agama Islam
“Dan bagi tiap-tiap umat
telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah
terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka
Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya.
Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)”,
(Q.S Al Hajj : 34).
Ketujuh; mengenang ujian kecintaan dari Allah kepada Nabi Ibrahim
“Maka tatkala anak itu
sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai
anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah
dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar”, (Q. S Ash Shaffat : 102 – 107).
Semoga dengan melaksanakan berqurban
pada tahun ini, benar-benar kita semakin dekat dengan Allah SWT, dan semoga
ibadah qurban kita benar-benar diterima oleh Allah juga, dan ini menjadi
nilai tambahan dalam bertaqarrub kepada Allah.
0 komentar:
Post a Comment