Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian, (Wikipedia).
Dan juga para pakar memaknai tentang Pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang, (Belajar
Psikologi.com)
Tujuan pendidikan adalah
menciptakan seseorang yang berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki
pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan
dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan.
Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala
aspek kehidupan.
Bahkan Islam pun sangat menganjurkan
pemeluknya untuk menempuh pendidikan dan ini jelas termaktub dalam Quran dan Hadits.
“Menuntut ilmu adalah kewajiban kepada
setiap orang Islam yang lelaki dan perempuan”,
(H. R Ibnu Abdil Bar).
”Barang siapa yang keluar untuk mencari
ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi).
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu
pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”, (Q. Surat At Taubah: 122).
Orang yang berilmu dan orang yang tidak
memiliki ilmu pun jauh berbeda menurut pandangan manusia dan Allah juga akan
meninggikan derajat orang yang berilmu.
“Hai orang-orang beriman apabila kamu
dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”, Q. Surat Al Mujadilah: 11).
Bahkan seseorang apabila ingin
kebahagiaan dunia dan akhirat mesti menuntut ilmu, karena tidak akan
mendapatkan kesuksesan didunia dan di akhirat bila kita tidak memperoleh
pendidikan.
”Barang siapa yang menghendaki kehidupan
dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki
kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa
menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi).
Pendidikan
di Aceh Tanggung Jawab Siapa
Pendidikan di Aceh pada dasarnya tidak terlepas
dari tanggung jawab seluruh masyarakat Aceh, baik itu sebagai pejabat pengambil
kebijakan atau masyarakat jelata yang sarat hari dengan membanting tulang demi
memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Melihat fenomena pendidikan di Aceh saat
ini kadang sangat menyedihkan, jangankan pendidikan agama Islam yang Aceh
dikenal dengan Serambi Mekkah, namun pendidikan umum pun Aceh seolah setengah
hati, sangat sedikit prestasi yang diperoleh di Provinsi yang dana APBA nya 12
Triliun per tahunnya.
Tingkat kelulusan UN tahun 2014 di Aceh memang
meningkat dibandingkan tahun 2013, hasil kelulusan untuk jenjang pendidikan
SMA/MA/SMK dan SMP/MTs telah diumumkan. Dari analasis hasil UN 2014 di Aceh,
memperlihatkan jumlah angka tidak lulus terjadi penurunan. Untuk tingkat SMA
sederajat dengan peserta 56.982 jumlah tidak lulus hanya 784 orang atau
1,38persen. Angka tidak lulus ini turun dibandingkan tahun 2013 lalu yang
mencapai 2,65 persen atau 1.492 orang. Nilai rerata SMA terjadi kenaikan dan
berada di atas rata-rata nasional, yang mana rerata nasional sebesar 6,12
sementara rerata siswa Aceh sebesar 6.65. Hasil UN 2014 Aceh terjadi
peningkatan rangking nasional, dari rangking 32 tahun 2013 menjadi rangking 26
tahun 2014 (web Pemerintah Aceh).
Rangking 26 dari 33 Provinsi di
Indonesia adalah bukan peringkat yang didambakan dibandingkan dana belanja
pendidika Aceh rangking 4 terbesar di Indonesia.
“Aceh merupakan salah satu daerah yang
mempunyai belanja pendidikan per kapita tertinggi di Indonesia. Menduduki
ranking keempat dengan anggaran per kapita Rp 1,2 juta. Ranking pertama
ditempati Papua Barat. Sementara rata-rata belanja pendidikan per kapita
Indonesia adalah Rp 935.000”, (bisnisaceh.com).
Meski fasilitas sarana dan prasarana
kian membaik dan memiliki anggaran pendidikan yang besar, mutu pendidikan di
Aceh tergolong rendah. Hal ini terjadi karena kebijakan anggaran pendidikan di
Aceh belum berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan, melainkan baru
sekadar berorientasi pembangunan fisik.
Hal ini dikemukakan oleh peneliti Public
Expenditure Analysis and Capacity Strengthening Program (PECAPP), Renaldi
Safriansyah, dalam diskusi publik membahas hasil analisis Anggaran Aceh 2005
sampai 2012 bidang Pendidikan di Banda Aceh.
“Program dan penganggaran pendidikan
selama ini telah meningkatkan eksebilitas terhadap sarana dan prasarana, namun
belum berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan, terutama mutu guru dan
lulusan”, (Renaldi Safriansyah).
Kualitas pendidikan Aceh selama ini
bukanlah suatu kebanggaan bagi kita masyarakat Aceh, namun kita harus
berpartisipasi dari segala elemen masyarakat untuk meningkatkan kualitas
pendidikan yang ada.
Pemerintah harus benar-benar
memperhatikan pendidikan di Aceh, negara Jepang maju karena mereka menempatkan
pendidikan adalah nomor satu dari segala hal dan mereka memasukkan pendidikan
itu dalam program negara.
Pemerintah jangan pernah membedakan
antara sekolah yang berada dibawah Mendikbud dan Kemenag, karena kedua instansi
itu yang berada di Aceh adalah mengemban tugas besar, yaitu memajukan
pendidikan di Aceh dan meningkatkan kualitas pelajar lulusan Aceh.
Guru yang mengajar di Kementerian Agama
dan yang mengajar di Dinas Pendidikan harus disamakan dalam memperoleh
tunjungan dan perhatian dari Pemerintah Aceh, juga siswa yang belajar di
madrasah dan sekolah harus disamakan dalam memperoleh peluang beasiswa dan
kompetensi lain dalam meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri.
Pendidikan
di Aceh dan Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Akhlak
Aceh adalah salah satu daerah yang
istimewa di Indonesia, bahkan Aceh adalah daerah yang dilakab dengan Serambi Mekkah, bahkan daerah Aceh menjadi daerah
percontohan bagi penerapan Syariat Islam di Indonesia dan Asia.
Pada dasarnya pendidikan yang ada di Aceh
dan adat Aceh lebih mengarah kepada pembentukan akhlak masyarakat Aceh yang
mayoritas masyarakat Aceh memiliki karakter yang keras. Darah para pejuang dan
pahlawan mengalir dalam badan masyarakat Aceh, bahkan ada yang mengatakan
masyarakat Aceh ada yang mengalir darah bajak laut.
Qanun syariat Islam yang ada di aceh
sangat membantu untuk pembentukan akhlak dan karakter masyarakat dari yang
biasa kepada yang lebih baik, namun penerapan syariat Islam itu sendiri tidak
berjalan mulus, bahkan banyak tantangan yang terjadi dari kalangan masyarakat
Aceh itu sendiri, ini terlepas mereka itu apakah benar-benar berdarah Aceh atau
hanya memiliki kartu identitas Aceh saja.
Namun kendati pun demikian, pembentukan
akhlak generasi Aceh itu sangat tertumpu pada keluarga dan pendidikan yang
diberikan orang tua kepada anaknya.
“Setiap anak itu dilahirkan dalam
keadaan fitrah (suci), yang membuat
mereka Yahudi atau Nasrani adalah orangtua mereka”, (Hadits).
Dalam pembentukan akhlak anak Aceh yang
terutama adalah peran orang tua, karena orang tua adalah suri teladan yang
nyata dan selalu bersama mereka, bila orang tuanya baik maka akan melahirkan
anak-anak yang berakhlak baik, begitu juga sebaliknya.
Untuk membentuk generasi yang berakhlak
mulia dan siap mempertanggung jawabkan setiap yang mereka lakukan itu dari
tingkat bagaimana orang tua bertanggung jawab kepada mereka dan akhlak yang
bagaimana mereka perlihatkan kepada anak-anak mereka.
Rasulullah dibangkitkan ditengah-tengah
kaum Jahiliyah yang akhlaknya hancur-hancuran adalah untuk menyempurnakan
akhlak ke yang lebih baik.
“Aku dibangkitkan untuk menyempurnakan
kemulian akhlak”, (Hadits).
0 komentar:
Post a Comment