Sunday, January 29, 2017

Memaknai ‘Aidul Fitri



‘Aidul Fitri ialah hari raya sesudah kaum muslimin selesai mejalani penataran, pendidikan, dan latihan yang berat dan suci, yaitu berpuasa di bulan Ramadhan.

Secara bahasa, ‘Aidul artinya kembali, Fitri artinya suci, jadi ‘Aidul Fitri adalah kembali kepada suci setelah proses latihan melawan hawa nafsu yang begitu panjang. Seorang mukmin yang melaksanakan puasa di bulan Ramadhan telah melewati tiga fase, yaitu fase rahmah, maghfirah, dan ‘itqu minannar.

Pada fase pertama yaitu sepuluh yang pertama pada bulan Ramadhan, mukmin yang benar-benar mengerjakan puasa, meningkatkan amal ibadah, serta mendirikan qiyamul lail dengan penuh keikhlasan dan keimanan maka mereka telah mendapatkan rahmah (kasih sayang) dari Allah SWT.

Pada fase yang kedua yaitu sepuluh pertengahan dibulan Ramadhan, mukmin yang benar-benar mengerjakan amal ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT serta yang diwaridkan oleh baginda Rasulullah SAW dengan penuh keikhlasan dan keimanan, maka mereka akan mendapat pengampunan dari Allah SWT, dengan catatan mereka tidak melakukan dausa yang besar serta tidak pernah terkait dengan dausa Adamiah.

Kemudian pada fase sepuluh yang akhir pada bulan Ramadhan, seseorang akan mendapatkan ‘itqu minannar, yaitu kelepasan dari api neraka. Karena dalam sepuluh yang akhir itu menurut pendapat yang masyhur terdapat malam qadr, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan, bahkan nilai ibadahnya berpuluh-puluh kali lipat, serta doa akan maqbul tanpa hijab.

Setelah melakukan perjuangan panjang dalam melawan hawa nafsu, serta melengkapinya dengan membayar zakat fitrah perjiwa, maka barang siapa yang puasa dan amaliah lainnya dibulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT, maka pada satu Syawal ia seolah-olah laksana bayi yang baru lahir tanpa ada setitik dausa pun. Dan inilah yang dikatakan hari kemenangan bagi mereka yang telah mensucikan dirinya, dan inilah hakikat ‘Aidul Fitri.

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya Ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu. (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa”, (Q. S Al A’la: 14-19).

‘Aidul Fitri adalah Hari Silaturrahmi

Ketika kita sudah kembali kepada fitrah (suci), maka sangat dianjurkan untuk bersilaturrahmi, bahkan silaturrahmi memiliki kedudukan pentang dalam Islam, dan ini sangat mempengaruhi tentang kualitas peribadatan seseorang.

Aku Allah dan Aku Rahman (Maha Pengasih dan Maha Penyayang). Aku jadikan rasa kasih sayang dalam hati hamba-hambaku, serta Aku ambilkan nama Ku menjadi nama dari kasih sayang itu. Maka siapa yang menjalin kasih sayang, akan Aku jalin kasih sayang dengannya. Dan siapa yang memutuskan rasa kasih sayang, maka Aku akan memutuskan rasa kasih sayang dengannya”, (Hadits Qudsi riwayat Abu Daud dan Tirmizi).

Hari raya ‘Aidul Fitri merupakan momentum yang paling baik untuk saling meminta maaf dan memaafkan, karena ketika itu, hati kita masih suci, hati kita masih lembut, hati kita masih penuh dengan rasa kasih sayang, sehingga saat meminta maaf dan memaafkan masih terasa tulus dan ikhlas, dan ini merupakan saat yang paling tepat untuk mengakui dan mengutarakan kedhaliman apa yang telah kita lakukan kepada saudara kita dan kita pun meminta maaf.

(tetapi) Karena mereka melanggar janjinya, kami kutuki mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”, (Q. S Al Maidah: 13).

Hati yang paling rugi adalah hati yang telah mendapat kutuk dari Allah, sehingga ia menganggap pintu maaf telah tertutup, padahal Allah saja yang Maha Pencipta memaafkan segala dausa kita bila kita meminta ampun. Apalagi tentang kemaafan dan silaturrahmi merupakan perkara kesempurnaan iman seseorang.

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah dia menghubungkan kasih sayang sesamanya”, (H. R Bukhari dan Muslim).

Didunia yang fana ini, tidak sesuatu yang abadi, kita berserta isinya pun suatu saat akan dimusnahkan ketika waktunya telah tiba, jadi jangan pernah kita anggap untuk tidak saling memaafkan, karena sesuatu yang merugikan kemudian kita tidak menghilangkannya itu menjadi bumerang bagi kita kelak.

Ada dua golongan yang tidak melihat Allah kepada mereka pada hari kiamat karena murka Nya Allah, yaitu orang yang memutuskan silaturrahmi dan orang yang jahat kepada tetangganya”, (H. R Ad Dailami).

Selain membawa kabaikan di akhirat nanti, silaturrahmi juga akan membuat seseorang itu mudah rezkinya, dan yang paling penting rezki itu halal dan berkah.

Barangsiapa menghendaki diluaskan rezkinya dan dilanjutkan bekas usahanya, maka hendaklah ia menyambung silaturrahmi sesamanya”, H. R Bukhari dan Muslim).




‘Aidul Fitri Saat Mencari Rahmat Bukan Laknat

Ketika kita telah dikembalikan dalam keadaan suci, tak ubah laksana bayi yang baru dilahirkan, maka ketika itu para Syaithan sibuk untuk merayu dan mengajak kita untuk kembali terjerumus kelembah kemaksiatan. Karena mereka sangat takut, bila kita meninggal dalam keadaan ampunan Allah.

Sesungguhnya Iblis ‘alaihi laknat berteriak pada tiap-tiap hari raya, maka para ahli/tentranya sama-sama berkumpul disekelilingnya sambil berkata: Wahai baginda kami, siapakah yang menjadikan baginda murka, maka sungguh dia akan kami hancurkan. Iblis berkata: tidak ada sesuatu, akan tetapi Allah Ta’ala pada hari ini telah mengampuni umat ini, maka kamu sekalian harus menyibukkan mereka dengan segala macam yang lezat-lezat, dengan syahwat dan dengan minum arak, sehingga Allah murka kepada mereka”, (Duratun Nashihin, Jilid 3, hal. 300).

Kita sebagai umat Islam harus berhati-hati dalam merayakan hari raya ‘Aidul Fitri, karena setiap sudut para Iblis telah memasang perangkap. Yang dulunya sebelum Ramadhan sangat cinta kepada dunia, budaya pacaran dimana-mana, berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan muhrim, suka mabuk-mabuk, dan kelezatan dunia liannya, namun saat Ramadhan itu semua telah mereka tinggalkan, maka pada hari ini, Iblis kembali merayu kita untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan dalam kemaksiatan.

Para remaja sibuk dengan kemaksiatannya, anehnya mereka berdalih silaturrahmi dalam merayakan hari kemenangan. Begitu juga yang dewasa dan sudah ‘uzur, padahal merayakan kemenangan adalah dengan cara mengekalkan diri dalam rahmat Allah.

Bersungguh sungguhlah kalian pada Hari Raya ‘Aidul Fitri dengan bersedekah dan amalan-amalan baik yang bagus dari pada shalat, zakat, bertasbih, dan tahlil. Karena sesungguhnya hari ini Allah Ta’ala mengampuni semua dausa kamu sekalian, mengabulkan doamu dan melihat kamu sekalian dengan kasih sayang”, (Durratul Waa ‘Izdiina).

Semoga kita benar-benar mampu memanfaatkan momentum ‘Aidul Fitri ini seusuai tuntunan sunnah, seperti yang diharapkan Rasulullah SAW.

0 komentar:

Post a Comment