Dahulu kala masa Jahilyah,
ketika Islam belum diangkat diatas permukaan bumi ini, kehidupan manusia sangat
hancur, bahkan seolah-olah tiada yang mengurusnya, bukan pakaian dan tempat
tinggal yang amburadul, namun kehidupan manusia yang tidak mempunyai akhlak
yang mulia. Siapa yang kuat dia yang berkuasa, maka hukum rimba pun berlaku.
Satu keluarga yang melahirkan
anak perempuan, maka itu suatu aib yang sangat besar, bahkan kebanyakan dari
mereka itu ada yang membunuh dan ada yang menguburkan hidup-hidup bayi
perempuan.
Nyawa manusia tiada berharga
saat itu, kejahilan dan kebathilan merajalela, manusia tidak memiliki rasa malu
dan kasih sayang. Bila ingin memakan daging ketika itu dengan memotong daging
mana yang ia sukai dan ia makan, padahal binatang masih dalam keadaan hidup.
Selain perzinaan yang
dimana-mana, maka perkawinan ala
jahiliyah dulu pun sangat merusak pemeliharaan keterunan, mempunyai
beberapa metode dan cara yang sangat keji.
Abu Daud meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anhu, bahwa
pernikahan pada masa jahiliyah ada empat macam:
Pertama, pernikahan secara spontan. Seorang laki-laki mengajukan lamaran
kepada laki-laki lain yang menjadi wali wanita, lalu dia bisa menikahinya
setelah menyerahkan mas kawin seketika itu pula.
Kedua, seorang laki-laki bisa berkata kepada istrinya yang baru suci dari
haid, “Temuilah Fulan dan berkumpullah bersamanya!” Suaminya tidak
mengumpulinya dan sama sekali tidak menyentuhnya, hingga ada kejelasan bahwa
istrinya hamil dari orang yang disuruh mengumpulinya. Jika sudah jelas
kehamilannya, maka suami bisa mengambil kembali istrinya jika memang dia
menghendaki hal itu. Yang demikian ini dilakukan, karena dia menghendaki
kelahiran seorang anak yang baik dan pintar. Pernikahan semacam ini disebut
nikah istibdha.
Ketiga, pernikahan poliandri, yaitu pernikahan beberapa orang laki-laki
yang jumlahnya tidak mencapai sepuluh orang, semua laki-laki tersebut
mengumpuli seorang wanita. Setelah wanita itu hamil dan melahirkan bayinya,
maka selang beberapa hari kemudian dia mengundang semua laki-laki yang
berkumpul dengannya dan mereka tidak bisa menolaknya hingga berkumpul di
hadapannya. Lalu dia berkata, “Kalian sudah mengetahui apa yang sudah terjadi
dan kini aku telah melahirkan. Bayi ini adalah anakmu hai Fulan.” Dia menunjuk
siapa pun yang dia sukai di antara mereka seraya menyebutkan namanya, lalu
laki-laki itu bisa mengambil bayi tersebut.
Keempat, sekian banyak laki-laki bisa mendatangi wanita yang dikehendakinya
yang juga disebut wanita pelacur. Biasanya mereka memasang bendera khusus di
depan pintunya, sebagai tanda bagi laki-laki yang ingin mengumpulinya. Jika
wanita pelacur ini hamil dan melahirkan anak, dia bisa mengundang semua
laki-laki yang pernah mengumpulinya, diselenggarakan undian. Siapa yang namanya
keluar dalam undian, maka dia berhak mengambil anak itu dan mengakui sebagai
anaknya. Dia tidak bisa menolak hal itu, (www.kisahmuslim.com).
Bahkan masyarakat jahiliyah dulu,
yaitu mereka jahiliyah dalam segala bidang, agama, akhlak, politik, ekonomi,
dan ilmu pengetahuan, sehingga apapun yang mereka miliki tidak bisa menjadi
manfaat bagi orang lain.
“Menurut Robert L. Gullick,
sebagaimana dikutip oleh Hj.Yahya dan Halimi dalam buku Sejarah Islam,
mengatakan bahwa orang Arab Jahiliyah tidak memberikan sumbangan apa-apa di
bidang ilmu pengetahuan. “The ancient Arabs, during the many centuries
preceding the appearance of Muhammad, did not, so far as we know, contribute
anything of significance to the body of scientific knowledge or to scientific
method”,” (Hendra Kusumah, Islam Pos).
Semakin modern seolah semakin
Jahiliyah
Melihat fenomena kehidupan masyarakat
modern sekarang, yang mana Islam telah tumbuh subur, seiring dengan semakin
modernnya kehidupan ini, maka seolah-olah nilai dan praktek jahiliyah kembali
menjamur, dimana manusia-manusia tanpa rasa malu dimana-mana, tidak lagi merasa
malu melakukan kemungkaran, kedhaliman, kebathilan dan kemaksiatan. Bahkan merasa bangga dengan kemaksiatan yang
dipraktekkan.
Budaya KKN, zina, homo, lesbi,
premanisme, dan sampai dengan pembunuhan, pemerkosaan dan budaya pacaran yang
notabone dengan pakaian-pakaian tidak menutup aurat atau menutup aurat namun
telanjang bukan lagi pemandangan yang tabu, namun hampir setiap hari
berita-berita yang demikian menghiasi media elektronik, cetak, dan media
online.
Padahal sudah 14 abad lamanya sejak
Rasul Saw. Hijrah dari Mekah Al-Mukarramah ke Al-Madinah Al-Munawwarah.
Momentum terbaik bagi umat Islam untuk hijrah dan lebih mengenal sejarah hidup,
perjuangan dan berbagai penderitaan. Hijrah adalah bukti nyata bagi orang-orang
yang benar-benar beriman pada Allah dan Rasul-Nya, serta jaminan bagi mereka
memperoleh ampunan dan syurga Allah.
"Dan orang-orang yang
beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang
memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin),
mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan
dan rezki (nikmat) yang mulia", (Q. S Al Anfal: 74).
Dalam perjalanan hijrah
manusia dari masa jahiliyah kemasa sekarang, memiliki dua kelompok golongan
manusia, satu diantara menjadi manusia yang berhijrah benar-benar karena Allah
SWT, dan yang satunya cuma memodifikasi model jahiliyah purba menjadi jahiliyah
modern yang berlandaskan syirik dan kufur.
Selain kesyirikan, kebiasaan
jelek yang mereka lakukan adalah perjudian dan mengundi nasib. Mereka juga
mempercayai berita-berita ahli nujum, peramal dan dukun. Dalam hal menyalurkan
hawa nafsupun disediakan tempat-tempat mesum, caffe yang remang-remang, hotel
dan bahkan wisma-wisma yang kapitalis menjadi tempat pelampiasan nafsu seks
manusia jahiliyah modern.
Yang lebih parahnya, budaya
memakai baju ketat bagi wanita yang menonjolkan aurat dan celana pendek bagi
kaum Adam menjadi santapan mata orang-orang yang masih terpelihara, anak-anak
yang belum bisa memilah dan memilih mana yang baik dan buruk. Belum lagi ala
kangkang yang membangkitkan birahi, ditambah bercumbu didalam mobil atau motor,
menjadi fenomena hari-hari kaula muda.
Budaya pacaran yang telah
merebak bak virus dan bahkan lebih bahaya dari viru HIV pun telah meracuni otak
anak muda dan bahkan orang tua sekalipun. Sehingga bahasa-bahasa gaul pun
terucap dikalangan anak muda, “hidup ini tak berarti bila tiada kekasih
dambaan hati”.
“Umat terdahulu :
Perzinahan sesama Jenis Homo seks
Umat Sekarang : Perzinahan
sesama Jenis dan lain Jenis Homo seks, Lesbi, perzinahan di luar nikah (Lebih
Parah)
UMAT yang mana yang lebih
JAHILIYAH.........?
Umat Nabi terdahulu : Membunuh Bayi perempuan
Umat sekarang : Membunuh
Bayi Perempuan dan Laki laki bahkan belum lahir pun sudah di bunuh
UMAT yang mana yang lebih
JAHILIYAH.........?
Umat Terdahulu : mengundi Nasib dengan anak Panah
Umat Sekarang : Mengundi nasib dengan anak
panah, Pergi ke Dukun, bertanya kepada Berhala, Ramalan kartu, Ramalan SMS,
Ramalan garis tangan, Ramalan bintang, dll
UMAT yang mana yang lebih
JAHILIYAH........?
Umat terdahulu : Menyimpan harta Emas dan Perak dan enggan bersodaqah
Umat sekarang : Menyimpan
harta Emas, Perak, Renteneir, Bang Keliling, Asu Ransi, penjualan kredit yang 2
kali lipat, dll (di dalam harta itu ada hak anak yatim dan fakir miskin)
Umat yang mana yang lebih
JAHILIYAH...?”, (Membaca AlQuran.blogspot.com).
0 komentar:
Post a Comment