Kampanye adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara
oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan diparlemen.
Dalam berkampanye berbagai macam trik
dilakukan oleh para politisi yang disampaikan oleh juru kampanye (jurkam)
masing-masing, mulai cara yang muslihat, atau tidak, dari yang rasional sampai
irasional. Mengubar janji untuk mengubah nasib suatu kaum dari tingkat ekonomi
yang rendah kepada tingkat ekonomi yang mapan juga dimanfaatkan, padahal
umbaran janji-janji yang telah disampaikan oleh politisi tertentu pada kampanye
pemilihan eksekutif dan legislatif yang lalu juga belum terealisasi semuanya, dan tidak ada seorang pun yang mampu merealisasi janji kampanye mereka dari masa ke masa.
Kampanye membuat orang menggebu-gebu,
sehingga kadang ia lupa dengan kodratnya sebagai manusia, mengqudrahkan sesuatu yang belum diiradahkan Allah, dan mengatakan iya mampu
tanpa menyandarkan kepada Allah, seolah-olah ialah yang menciptakan dan ia
mampu menepati semua janjinya.
Jangan
Mengumbar Janji Yang Tak Mampu Ditepati
Janji adalah senjata utama bagi juru
kampanye dalam mengambil hati rakyat, sehingga kadangkala jurkam tersebut
melupakan hakikat janji, padahal janji itu harus ditepati bukan dipolitisi,
bahkan Rasulullah bersabda “Pendusta
bukanlah umatku”.
Janji memang
ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan. Betapa banyak jurkam yang mudah
mengobral janji kepada rakyat tapi tak pernah menunaikannya. Betapa banyak
orang yang dengan entengnya berjanji untuk bertemu namun tak pernah
menepatinya. Dan betapa banyak pula orang yang berhutang namun menyelisihi
janjinya. Bahkan meminta udzur pun tidak. Padahal, Rasulullah telah banyak
memberikan teladan dalam hal ini termasuk larangan keras menciderai janji
dengan orang-orang kafir.
“Dan
tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu Telah
menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”, (An Nahlu: 91).
“Dan
janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik
(bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti
diminta pertanggungan jawabnya”, (Al-Isra’: 34).
“Di
antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang Telah
mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di
antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu[1208] dan mereka tidak merobah
(janjinya)”,
(Al Ahzab: 23)
Dengan menepati janji manusia akan
tinggi derajatnya, karena ia dinobatkan manusia siddiq dan amanah, namun
dengan mengingkari janji manusia itu akan terjerumus kedalam lobang yang sangat
hina, sehingga ia akan kehilangan marwah, harga diri, dan kepercayaan dari
masyarakat, bahkan ia akan di cap manusia pecundang.
Iblis
Penebar Janji Manis
Iblis adalah nama sesosok
makhluk ciptaan Allah yang merupakan
musuh umat manusia, terutama menurut ajaran agama Kristen dan Islam (Wikipedia). Iblis juga dinobatkan
makhluk halus yang selalu menyesatkan manusia dari hidayah.
Pada waktu
perang Badr, Iblis datang bersama para setan pasukannya dengan membawa bendera.
Ia menjelma seperti seorang lelaki dari Bani Mudlaj dalam bentuk seseorang yang
bernama Suraqah bin Malik bin Ju’syum. Ia berkata kepada kaum musyrikin: “Tidak
ada seorang manusia pun yang bisa menang atas kalian pada hari ini. Dan aku ini
sesungguhnya pelindung kalian.” Tatkala dua pasukan siap bertempur, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil segenggam debu lalu menaburkannya pada
wajah pasukan musyrikin sehingga mereka lari ke belakang. Kemudian malaikat
Jibril mendatangi Iblis. Ketika Iblis melihat Jibril dan waktu itu tangannya
ada pada genggaman seorang lelaki, ia berusaha melepaskannya kemudian lari
terbirit-birit beserta pasukannya. Lelaki tadi berkata: “Wahai Suraqah,
bukankah kamu telah menyatakan pembelaan terhadap kami?” Iblis berkata: “Aku
melihat apa yang tidak kamu lihat.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/330 dan Ar-Rahiq
Al-Makhtum hal. 304)
“Dan
ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan
mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu
pada hari ini, dan Sesungguhnya saya Ini adalah pelindungmu". Maka tatkala
kedua pasukan itu Telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu
balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri
daripada kamu, Sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak
dapat melihat; Sesungguhnya saya takut kepada Allah". dan Allah sangat
keras siksa-Nya”
(Al Anfal: 48).
Iblis selalu mengumbar janji, bahkan
menghasut manusia dengan janji manis agar mengikuti langkahnya, dan mengakatan
langkah atau partai yang ia ajak adalah akan membawa keselamatan untuk
masyarakat selamanya.
Jujur
dan Menepati Janji
Jujur adalah lurus hati dan tidak pernah
berbohong. Manusia yang jujur dan menepati janji akan dipercayai dan disayangi
oleh manusia, bahkan ia akan menjadi panutan dan public figur yang patut diteladani.
“Sesungguhnya
jujur itu membawa kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga, sesungguhnya
orang yang berkata benar maka orang tersebut dicatat sebagai orang yang paling
jujur. Sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu
mengantarkan ke neraka dan orang yang dusta maka akan ditulis di sisi Allah
sebagai orang yang paling dusta” (Shahih Bukhari, hal: 65 juz: 4).
Muadz
berkata, Rasulullah bersabda kepadaku: “Saya berwasiat kepadamu supaya bertaqwa
kepada Allah, jujur dalam bicara, melaksanakan (menjaga) amanah, menepati
janji, memberi salam, dan merendahkan diri (tawadlu’)”. (Ihya’
Ulumuddin. juz:3. hal:135).
Juru kampanye harus islami, harus
beretika, beraqidah dan berakhlak mulia, sehingga saat ia berkampanye untuk
partainya tidak menjelekkan partai lain.
Segala sesuatu bisa terjadi dan memperebutkan kursi adalah cita-cita setiap
partai, namun menjaga iman tetap didada adalah harga diri yang sangat mahal.
Jadilah juru kampanye seperti yang diharapkan Rasulullah saw, jangan pernah
mengotori Serambi Mekkah dengan perbuatan dan perkataan kita.
0 komentar:
Post a Comment