Wajah Pendidikan Kita
Dunia
pendidikan di Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan, catatan-catatan hitam
dunia pendidikan di Indonesia kian hari kian bertambah bukan malah berkurang,
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh para penguasa yang berkuasa di arena
pendidikan seakan-akan terus membuat catatan hitam, entah sampai kapan situasi
ini akan berhenti, kebijakan-kebijakan mereka bak sebuah bom atom yang siap
menghancurkan bangsa ini.
Bangsa
ini terbentuk dan bertahan karena seumber daya manusia yang ada adalah sumber
daya manusia yang terdidik yang memahami arti kemerdekaan, dan memahami betul
perbedaan antara yang baik dan yang buruk, pehaman ini sekali lagi didapat
karena manusianya adalah manusia yang terdidik yang mendapatkan
pendidikan.
Pendidikan
merupakan unsur mutlak dalam pembentukan Negara, namun apa yang terjadi
belakangan ini mungkin masih panas di telinga kita tentang
amburadulnya pelaksanaan UN di Indonesia, meskipun di Aceh sendiri tidak
berdampak secara signifikan seperti di daerah Indonesia bagian tengah, namun
ini bukanlah sebuah kebanggaan yang harus kita banggakan secara mutlak, karena
pelaksanaan UN di Aceh sendiri tidak luput dari banyaknya cacat seperti
kecurangan yang dilakukan sekolah tertentu, dengan memberikan bantuan jawaban
kepada peserta ujian, tidak usah susah untuk membuktikannya, hal ini dapat kita
buktikan dengan memberikan soal yang sama kepada peserta ujian nasional untuk
mengerjakan soal itu kembali dengan pengawasan yang ketat, maka saya berani
jamin hasil yang didapatpun akan sangat berbeda, bahkan jauh merosot.
Oleh
karena itu, ini hendaknya kita jadikan sebagai pelajaran, bahwa pemerintah
kurang perhatian dan kurang serius dalam memajukan pendidikan bangsa ini.
Pendidikan saat ini seperti perang mempertahankan nama baik, Kemendikbud
mempertahankan nama baiknya di mata presiden, masyarakat dan dunia
Internasional secara umum, sehingga kebijakan yang diambilpun berdasarkan nafsu,
dan seolah-seolah keputusan sepihak, begitupun dengan kepala sekolah mempertahankan
nama baik sekolah, sehingga segala macam cara dilakukan, agar nama sekolah
tetap harum, meski sebenarnya mereka membuka bangkai sendiri di hadapan
murid-muridnya, kepercayaan inilah yang sepertinya sangat melekat didunia
pendidikan kita saat ini.
Kurikulum 2013, Masalah Baru
Permasalahan
yang akan segera kita hadapi dalam dunia pendidikan adalah penerapan kurikulum
2013 yang akan segera di terapkan di seluruh Indonesia, ini merupakan masalah
serius yang kita hadapi, kurikulum 2013 yang jelas-jelas belum dipahami oleh
banyak guru, baik itu guru-guru di ibu kota yang dekat dengan pemerintah maupun
guru-guru yang ada di pelosok diseluruh Indonesia.
Kalau
guru saja belum paham dan mengerti tentang kurikulum 2013 bagaimana mungkin
untuk menerapkan kurikulum tersebut? Ini pertanyaan yang mestinya dijawab
secara serius oleh pemerintah. Pemerintah berdalih akan segera memberikan
pelatihan-pelatihan kepada guru untuk memperkenalkan kurikulum 2013, namun
kenyataannya sampai saat ini termasuk guru-guru yang ada di Aceh baru sebagian
kecil yang mendapat pelatihan itu.
Perubahan
dari kurikulum KTSP ke Kurikulum 2013 sebenarnya bukanlah menjadi sebuah
jawaban dan solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, perubahan
kurikulum ini kadang membrobrokkan pendidikan ke dalam jurang kehancuran. Apalagi
begitu banyak guru-guru di Madrasah yang akan kehilangan mata pelajarannya,
mareka mau mengajar apa bila mata pelajaran di hapus?
Dalam
pidatonya pada hari pendidikan tanggal Dua Mei 2013 yang lalu, Menteri
Pendidikan M. Nuh mengungkapkan bahwa kurikulum 2013 hanya diberlakukan pada
kelas 1 dan 4 untuk tingkat SD dan tujuh untuk tingkat SMP serta kelas 10 untuk
tingkat SMA, ini jelas akan membuat repot guru yang mengurus dua
kurikulum sekaligus, belum lagi ditambah banyaknya guru yang memegang dua mata
pelajaran dan dua kelas sekaligus dalam satu sekolah, lebih lanjut M Nuh
Mengatakan: “Kurikulum 2013 ini dirancang untuk menghasilkan lulusan yang
memiliki kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara
utuh. Hal ini penting dalam rangka antisipasi kebutuhan kompetensi abad
21 dan menyiapkan generasi emas 2045” Ungkapan ini mengundang decak tawa,
bagaimana tidak M. Nuh mengatakan tentang peningkatkan kompetensi pengetahuan
dan keterampilan, namun kenyataannya guru malah di batasi kreativitasnya untuk
mengajar, nah kalau gurunya saja dibatasi kreativitasnya bagaimana mungkin kita
akan memiliki lulusan yang memiliki kompetensi pengetahuan dan keterampilan
secara utuh.
Tidak
dapat dipungkiri perubahan kurikulum 2013 sarat dengan permainan politik mereka
yang berkuasa diatas sana, dengan segala macam dalih membuat
kebijakan-kebijakan dan perubahan tersebut, padahal kita pun yang sudah pandai
dan mengabdi untuk bangsa hari ini Cuma berbekalan CBSA, KBK, atau kurikulum
KTSP.
Oleh sebab itulah melalui tulisan ini saya
mengajak pemerintah daerah beserta para guru khusunya guru yang berada di Aceh,
mari kita mengkaji ulang tentang penerapan kurikulum 2013 yang akan diterapkan
tahun ajaran depan ini, agar pendidikan yang ada di Aceh terbebas dari
unsur politik segala pihak, apalagi Aceh daerah pasca konflik. Menata dimana
yang masih kurang dalam pendidikan itu lebih baik daripada merubahnya.
0 komentar:
Post a Comment