Pemilu 2014 yang telah berlalu beberapa
hari yang lalu, menyisakan kekhawatiran bagi para caleg apakah mereka akan
terpilih nanti sesudah perhitungan suara selesai ataukah tidak. Karena banyak
caleg yang datang kedukun, paranormal dan tempat yang dianggap keramat atau
bertuah demi mewujudkan impian mereka
mendapatkan kursi.
Di Jakarta misalnya, banyak tempat yang
didatangi oleh para politisi, dari sekedar ikut-ikutan sampai dengan
mempergadaikan iman demi membeli satu kepercayaan baru asal nafsu menjadi wakil
rakyat terpenuhi. Makam Habib Kuncung, dijalan Rajawali Timur II, Pancoran
Jakarta Selatan tidak pernah sepi, mulai dari ritual biasa sekedar berdoa
sampai dengan duduk berjam-jam demi mendapat petuah dan kesuksesan.
Selain makam habib Kucung yang diziarahi
politisi di Jakarta, ada juga dua tempat lain yang menjadi favorit mereka,
yaitu makam di Masjid Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, dan makam Syekh
Alhawi di Jalan Condet Raya, Jakarta Timur. Bahkan raja dangdut haji Rhoma
Irama yang diisukan akan menjadi capres dari PKB sering datang kesitu untuk
berdoa dan melaksanakan shalat jum’at, (BugisPos.com).
Bukan saja tempat keramat di Jakarta
saja yang
didatangi para caleg ataupun politisi. Untuk menambah kepercayaan diri dalam menghadapai
Pileg, sejumlah caleg berdoa di suatu tempat di Gunung Gede, Bogor. “Saya antarkan mereka. Di sana mereka berdoa
untuk menambah aura optimisme,” kata Pangeran Girilaya, spiritual yang
mengantarkan rombongan caleg seperti dikutip Tempo, pada Senin (3/3/2014).
Bahkan praktik ini hampir terjadi
diseluruh Indonesia, mulai dari kota besar yang sudah serba modern sampai
dipelosok-pelosok daerah yang masih jauh dari pengaruh kemajuan masa, ini
menggambarkan begitu pentingnya jabatan bagi mereka, kadang demi jabatan rela
mengorbankan iman dan aqidah demi memperoleh sebuah kursi.
Menanggapi munculnya “dukun politik”,
bukan saja dikalangan masyarakat biasa yang menjadi buah pembicaraan, namun
kalangan pengamat politik dan sosial pun ikut bagian untuk menganggapi polimik
krisis kepercayaan politisi. Pengamat sosial dari Universitas Gadjah Mada Arie Sudjito, karena para calon
pejabat itu tidak percaya diri. Ditambah mereka yang sudah menjabat takut
kehilangan kekuasaan. Jadi, biasanya mereka menghalalkan segala cara agar
terpilih.
"Munculnya dukun politik ini memanfaatkan momentum karena ketidakpastian apakah sang calon terpilih lagi atau tidak. Mereka lalu menggunakan uang, menjual ayat sampai pergi ke dukun," kata Arie kepada merdeka.com, Senin (16/9/2013).
Selain
tempat-tempat yang dianggap keramat, ada pula paranormal yang terang-terangan
menawarkan diri untuk membantu caleg atau politisi sukses . Ust Dr H Desembriar
Rosyady, SAg, SE, SH, MM, MBA, dia mempromosikan dirinya dengan menyebarkan
brosur. Dibrosur itu termaktub “Anda ingin jadi Anggota DPD, DPRD –RI
seluruh Indonesia atau wali kota, maupun gubernur? Bahkan presiden. Insya Allah
100 persen jamin pasti jadi…”.
Menurut Rosyady,
tarif tergantung dari tingkat jabatan yang diinginkan klien. Misalnya, DPRD
Tingkat II Rp 100 juta, DPRD Tingkat I Rp 200 juta, atau DPR pusat Rp 300 juta.
Sementara untuk jadi wali kota maharnya Rp 2 miliar. Untuk gubernur dikenakan
Rp 3 miliar dan presiden Rp 1 triliun, (nefosnews).
Pandangan
Islam Tentang Dukun Politik
Dukun atau kaahin menurut bahasa
adalah orang yang mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi-jampi (mantra,
guna-guna). Sedangkan menurut istilah, Kaahin adalah orang yang
menyampaikan berita tentang hal-hal yang terjadi pada masa yang akan datang dan
mengaku mengetahui rahasia-rahasia dan sesuatu yang gaib.
Menurut Imam
Khathabi, dukun adalah orang yang melakukan pemberitaan tentang perkara yang
terjadi pada masa yang akan datang dan mengaku mengetahui rahasia-rahasia.
Sedangkan menurut Ibnu Seeda mendefinisikan kata kaahin (dukun) dengan arti
orang yang memastikan hal-hal gaib.
Menurut Ibnu
Hajar, kata kuhana akar kata kahin, berarti orang yang mengakui sanggup
mengetahui hal-hal gaib.
Dukun dalam
bahasa Inggris disebut dengan beberapa istilah, tergantung keahliannya, dari
mulai clairvoyant (dukun/ tabib) yaitu penyembuh penyakit, hingga psychic
(cenayang/ peramal), yaitu orang yang dapat melihat masa lalu atau mengaku
dapat meramal masa depan berdasarkan masa lalu dan sekarang.
Dari Abu
Hurairah RA, dari Nabi SAW beliau bersabda, "Jauhilah tujuh perkara
yang membinasakan!". Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa tujuh
perkara itu?". Beliau bersabda, "1. Syirik kepada Allah, 2. sihir, 3.
membunuh jiwa yang Allah mengharamkannya kecuali dengan haq, 4. makan riba, 5.
makan harta anak yatim, 6. lari dari peperangan (sebagai pengecut), dan 7.
menuduh wanita mu’minah yang baik-baik berbuat zina". (HR. Bukhari juz
8, hal. 33).
"Barangsiapa mendatangi
dukun peramal dan bertanya kepadanya tentang sesuatu (lalu mempercayainya) maka
shalatnya selama empat puluh malam tidak akan diterima." (HR. Muslim)
Islam sangat melarang umatnya untuk
mendatangi dukun dalam bentuk apapun, baik itu dukun untuk berobat, mencari
kesaktian, meramal masa depat, meminta jabatan, atau dengan alasan agar mereka
teripih dalam pileg April mendatang.
Harapan yang diberikan oleh dukun
hanyalah harapan semu, menjual janji demi meraup rupiah, padahal apapun yang
terjadi hari ini, besok, dan kapan saja adalah qudrah dan iradah Allah,
tak akan ada yang mengetahuinya, karena takdir dalam hidup ini berada dalam
ilmu Allah. Kita hanya bisa berdoa dan berusaha agar takdir yang ditentukan
sesuai dengan asa kita. Makna merubah nasib adalah berusaha kepada kebaikan (khair), bukan melawan atau merubah
takdir yang sudah tarjadi hari ini dan kemarin.
"Barangsiapa
mendatangi dukun peramal dan percaya kepada ucapannya maka dia telah mengkufuri
apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad Saw." (Abu Dawud).
"Ramalan
mujur-sial adalah syirik. (Beliau mengulanginya tiga kali) dan tiap orang pasti
terlintas dalam hatinya perasaan demikian, tetapi Allah menghilangkan perasaan
itu dengan bertawakal." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam
realita hidup ini, kita harus banyak berusaha dengan jalan yang baik dan
diridhai Allah, berdoa kepada Allah semoga dalam pemilihan pileg mendatang kita
terpilih, jabatan yang kita perebutkan bukanlah tempat memperkaya diri atau
cuma merengguk jabatan, namun jabatan itu adalah amanah, kita yang terpilih
benar-benar menjadi wakil rakyat, bukan tuan atau majikan rakyat.
Berkompetisilah dengan baik, berkampanyelah yang sesuai, jangan membubuhi
dengan kamenyan atau mengubar janji-janji yang tidak akan mungkin kita tepati
kelak menurut logika.
Katakanlah:
"Tidak ada seorangpun di langit dan
di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka
tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan, (Q. S. An Naml: 65).
Namun sampai
dengan hari ke-3 perhitungan suara hasil pemilu Rabu kemarin, banyak yang belum
memberi dampak positif bagi mereka yang mengagungkan para dukun atau istilahnya
membubuhi kemenyan dalam politiknya, sehingga kekecewaan dan rasa keyakinan
dulu yang sempat imannya tergadaikan mulai diragukan, bahkan mereka mulai sadar
bahwa para dukun hanya mampu mengubar janji-jani palsu.
0 komentar:
Post a Comment