Dayah adalah suatu lembaga pendidikan
yang mempelajari tentang agama Islam secara mendetial. Dan dayah tersebut
sekarang terbagi dua, yaitu dayah tradisional yang khusus mempelajari ilmu
agama dan kajian-kajian kitab kuning, dan dayah terpadu, yaitu dayah yang
memadukan antara pendidikan umum dan pendidikan agama, sehingga para santri
yang lulus dayah terpadu memiliki dua ijazah, yaitu ijazah dayah dan ijazah
sekolah.
Dewasa ini dayah sangat berperan dalam
mencetak generasi Islam kedepan, sehingga lulusan dari dayah-dayah akan
tercipta alumni yang mampu memahami Al-Quran dan Hadits, yang nantinya mereka
secara langsung dapat mengaplikasikan apa yang diharapkan Quran dan Hadits
dalam kehidupan sehari-hari.
Seseorang yang pernah menempuh
pendidikan dayah kemudian melanjutkan pendidikan umum atau ke perguruan tinggi
maka dia lebih kamil (sempurna) dalam
disiplin ilmu, karena kewajiban sesorang yang pertama sekali didunia ini adalah
pendidikan aqidah untuk mengenal tuhan, karena siapapun yang mengenal tuhan
maka ia telah mengenal dirinya, kemudian pendidikan fiqh dan pendidikan agama
lainnya, baru pengetahuan-pengetahuan umum yang ia butuhkan dalam persaingan
hidup di era modern dan teknologi.
Dayah
Pencetak Kader Pemimpin
Setiap kita adalah pemimpin,
sekurang-kurang kepemimpinan kita adalah memimpin diri kita sendiri, yaitu
seluruh anggota badan kita agar tidak melakukan sesuatu yang dibenci Allah Swt,
kemudian kita memimpin keluarga bahkan kita menjadi pemimpin dan wakil bagi
rakyat dan masyarakat yang telah memilih kita.
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”, (Q. S Al Baqarah: 30)
“Kemudian
kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka,
supaya kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat”, (Q.S Yunus:
14).
Maka sebagai manusia kita memiliki peran
dalam memimpin, sehingga dalam suatu kelompok masyarakat harus memiliki seorang
pemimpin yang mampu memimpin dan mengarahkan orang yang dipimpinnya kejalan
yang baik dan diridhai Allah Swt, pemimpin juga mampu menjaga, menasehati dan membimbing
oarang-orang yang ia pimpin bila telah salah jalan.
Kepemimpinan tersebut tidak akan
tercipta sesuai dengan harapan Islam bila sang pemimpin tidak mempunyai ilmu
agama yang memadai, karna dalam Islam sangat jelas ditegaskan tentang
kepemimpinan seseorang.
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”, (Q. S At Tahrim
: 6).
Mustahil seorang pemimpin atau wakil
rakyat yang kita usung untuk menjaga dan memelihara kita dari api neraka bila
ia tak paham hukum-hukum yang ada dalam Quran dan Hadits, oleh karena itu
pemimpin yang ideal di dalam Islam adalah pemimpin yang pernah menggarap
pengetahuan agama di dayah, baru kemudian ia mempelajari ilmu-ilmu umum
penunjang kemajuan jaman dan kepemimpinan secara umum.
Hakikat kepemimpinan Al-Quran dan Hadits
sebagai pedoman hidup umat Islam sudah mengatur sejak awal bagaimana seharusnya
kita memilih dan menjadi seorang pemimpin. Menurut Shihab (2002) ada dua hal
yang harus dipahami tentang hakikat kepemimpinan. Pertama, kepemimpinan dalam
pandangan Al-Quran bukan sekedar kontrak sosial antara sang pemimpin dengan
masyarakatnya, tetapi merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah swt.
Lihat Q. S. Al-Baqarah (2): 124, “Dan
ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan
larangan (amanat), lalu Ibrahim melaksanakannya dengan baik. Allah berfirman:
Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau pemimpin bagi manusia. Ibrahim
bertanya: Dan dari keturunanku juga (dijadikan pemimpin)? Allah swt menjawab:
Janji (amanat)Ku ini tidak (berhak) diperoleh orang zalim”.
Semoga dalam Pileg yang telah berlalu
beberapa hari yang lalu, kita benar-benar memilih pemimpin seperti konsep
Islam, bukan sekedar memilih atau karena ikut-ikutan atau juga di instimidasi
oleh suatu kelompok, karena apapu yang kita pilih harus kita pertanggung
jawabkan dimahkamah Allah Swt, namun setidaknya siapapun yang kita pilih adalah
orang-orang yang sudah kita seleksi dan menurut hemat kita ia memang sangat
layak menjadi wakil rakyat kelak.
0 komentar:
Post a Comment