Sunday, January 29, 2017

Momentum Lailatul Qadr, Sebagai Penentuan Nasib



Allah telah mewajibkan kepada umat muslim seluruh dunia untuk melaksanakan ibadah berpuasa dalam bulan Ramadhan. Puasa yang dilaksanakan itu untuk membentuk pribadi mukmin yang bertaqwa.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”, (Q. S Al Baqarah: 183).

Bahkan didalam bulan ramadhan Allah SWT telah menciptakan satu malam yang penuh dengan berkah, malam itu dinamakan malam lailatul qadr (malam penentuan).

Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”, (Q. S Al Qadr: 1-5).

Malam lailatul qadr dikenal dengan malam kemuliaan yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, Karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran secara sekaligus dari lauhul mahfudh ke baitul ‘izzah, kemudian dari baitul ‘izzah ke bumi baru diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan.

Memahami Lailatul Qadr

Malam lailatul qadr dapat dipahami sebagai malam penetapan dan pengaturan Allah bagi perjalanan hidup manusia, ketika itu Allah membuka tabir bagi malaikat untuk mengetahui perjalanan hidup manusia selama satu tahun kedepan (malam qadr tahun depan), mulai dari langkah, rezeki, jodoh dan maut.

Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya kami adalah yang mengutus rasul-rasul”, (Q. S Ad Dukhan: 3-5).

Dan malam lailatul qadr adalah malam yang sangat mulia tiada banding, bahkan malam itu lebih mulai dari seribu bulan malam biasa. Malam itu sangat mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al Quran, sehingga nilai ibadah ketika itu, berlipat-lipat ganda nilai fahalanya.

Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan Kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan Kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya) ?" Katakanlah: "Allah-lah (yang menurunkannya)", Kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya”, (Q. S Al An’am: 91).

Dan pada malam itu Allah memerintah malaikat Jibril dan malaikat-malaikat lain untuk turun kebumi, maka seolah-olah bumi ketika itu telah sempit oleh kahadiran mereka. Mereka berhamburan kebumi sambil membaca, tahlil, tahmid, dan istighfar kepada penghuni bumi, termasuk kita.

Pada ketika itu setiap doa-doa yang dimunajat oleh manusia langsung Allah terimanya, sehingga malam itu adalah malam yang penuh berkah dan malam penghamburan rezki bagi segala mahkluk yang Allah kehendaki.

Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang dia kehendaki. mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”, (Q. S Ar Ra’du: 26).

Para malaikat itu mendatangi kita, sehingga ada yang mengucap selamat  dan ada yang meminta ampun, ketika mereka mendatangi orang-orang yang telah Allah takdirkan selalu melakukan maksiat dan mati dalam su-ul khatimah, ketika itu para malaikat senantiasa meminta keampunan dari Allah SWT, begitu juga sebaliknya, ketika para malaikat mendatangi orang-orang yang telah Allah ridhai dan mereka telah Allah anugerahkan petunjuk, sehingga mereka mati dalam husnul khatimah, maka para malaikat ketika itu mengucap selamat berbahagia, para malaikat itu telah mengetahui apa yang terjadi pada kita dalam setahun itu dengan izin Allah. Dan malam qadr itu sampai dengan keluar fajar.

Tentang kapan terjadi malam lailatur qadr secara hakikat tidak ada yang mengetahuinya secara pasti kecuali Allah SWT. Namun sebagian ulama ada yang berpendapat sepuluh yang akhir dari bulan ramadhan, dan dalam sepuluh yang terakhir ada juga yang berpendapat malam ganjil-ganjil.

Malam lailatul qadr itu terjadi pada satu malam tertentu dan itu dapat terjadi dalam sepanjang tahun”, (Imam Abu Hanifah).

Pendapat imam Abu Hanifah ini sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Ibnu Mas’ud, yaitu: “Barangsiapa yang mendirikan malam sepanjang tahun, maka ia akan mendapatkan malam lailatul qadr”.

Terjadi malam lailatul qadr sepanjang bulan ramadhan, dalam sunan Abu Daud dari Ibnu Umar mengatakan: “Ditanyai Rasulullah SAW mengenai malam lailatul qadr, pada waktu itu, aku mendengarnya Rasulullah SAW bersabda: “Lailatul qadr terjadi pada semua bulan Ramadhan”.

Malam lailatul qadr terjadi pada malam pertama bulan Ramadhan”, (Abu Raziin al ‘Aqiily).

Ditanyai kepada Abu Sa’id al Khudry apa yang dimaksud dengan malam kesembilan, ketujuh, dan kelima? “beliau menjawab, “Jika malam kedua puluh satu telah lewat, maka yang berikutnya adalah malam ke dua puluh dua, dan itulah yang dimaksud dengan malam ke dua puluh sembilan. Dan apabila malam kedua puluh tiga telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke tujuh, dan jika malam kedua puluh lima telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke lima”, (Abu Sa’id Al Khudry).

Aku diperlihatkan malam lailatul qadr, kemudian aku lupa dan pada waktu subuh, aku bersujud atas tanah yang basah. Abdullah bin Unais berkata: “pada malam kedua puluh tiga itu terjadi hujan”, (H. R Abdullah bin Unais).

Menurut pendapat yang sahih dalam mazhab Syafi’i, malam lailatul qadr itu terjadi khusus pada sepuluh yang akhir dan malam ganjil lebih diharapkan terjadi lailatul qadr tersebut, yaitu malam dua puluh satu, dua puluh tiga, duapuluh lima, dua puluh tujuh, atau dua puluh sembilan.

Sedangkan yang menjadi tanda-tanda terjadinya malam lailatul qadr, dijelaskan dalam Musnad Ahmad dengan isnad yang baik dari ‘Ubadah bin al Shamid, Rasulullah SAW bersabda:

Sesungguhnya tanda-tanda lailatul qadr adalah malam cerah, terang seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, setengah dari tanda lailatu qadr adalah matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan pula tidak dihalalkan bagi  setan untuk keluar bersama matahari itu”.

Meningkatkan Ibadah untuk Mengisi Lailatul Qadr

Sungguh sangat sia-sia bila malam sepuluh yang akhir pada bulan Ramadhan kita tidak meningkatkan ibadah kita, baik disegi kualitas maupun kuantitas. Bila dulu melakukan shalat qiyamul lail dengan tegesa-gesa dan bacaan yang cepat-cepat, maka alangkah indahnya bila detik-detik terakhir ramadhan ini kita laksanakannya dengan sabar, khusu’ dan tawadhu’, membaca fatihan secara muratal, satu ayat untuk satu nafas. Melaksanakan shalat witir dengan jumlah rakaat yang maksimal.

Memperbanyak i’tiqaf dimesjid-mesjid dengan mengisi membaca Al Quran, memperbanyak zikir, istighfar, tahlil, dan tahmid. Sehinga waktu yang beberapa hari lagi tidak berlalu dengan sia-sia.

Aisyah Berkata, Rasulullah SAW melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan sampai beliau diwafatkan oleh Allah. Sesudah itu istri-istri beliau beri’tiqaf pula sepeninggalan beliau. Ia berkata: “Nabi SAW mengerjakan i’tikaf pada setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Beliau pernah melakukan setahun tidak melakukan i’tikaf. Maka, ketika tahun berikutnya tiba, beliau beri’tikaf dua puluh hari”, (H. R Ahmad dan Tirmizi).

Karena apa yang akan terjadi dengan takdir kita, kita tidak pernah tau, apakah akhir dari kehidupan kita husnul khatimah ataukah su-ul khatimah, oleh karena itu mari kita usahakan yang terbaik, memaksimalkan diri untuk mengerjakan perintah (amar ma’ruf) dan menjauhi kemungkaran (nahyi munkar). Tentang apa yang telah terkhitab pada kita, kita doakan semoga khitab itu yang terbaik, sehingga suatu saat kelak kita benar-benar berjumpa dengan Allah dengan penuh keridhaan Nya.

Semoga dalam akhir Ramadhan ini, kita benar-benar berada dalam ketaatan beribadah, sehingga akhir Ramadhan kita mendapat titel Muttaqin (orang yang bertaqwa). Dan yang paling harus kita jaga, jangan pernah kita melakukan kemaksiatan didalam bulan Ramadhan (bukan bermakna malam selaian ramadhan boleh), apalagi kemaksiatan yang kita lakukan itu pada saat malam qadr, karena itu suatu kecelakaan kepada kita, saat orang lain mendapat rahmat dari Allah saat melakukan ibadaha, malah kita mendapat laknat karena bermaksiat.

Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa dalam bulan ini. Di dalam bulan ini Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan. Barangsiapa terhalang dari kebaikan malam tersebut, niscaya ia telah terhalang dari kebaikan yang agung”, (H. R An Nasa-i dan Ahmad).

0 komentar:

Post a Comment