Allah
telah mewajibkan kepada umat muslim seluruh dunia untuk melaksanakan ibadah
berpuasa dalam bulan Ramadhan. Puasa yang dilaksanakan itu untuk membentuk
pribadi mukmin yang bertaqwa.
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”, (Q. S Al Baqarah: 183).
Bahkan
didalam bulan ramadhan Allah SWT telah menciptakan satu malam yang penuh dengan
berkah, malam itu dinamakan malam lailatul qadr (malam penentuan).
“Sesungguhnya
kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu
apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit
fajar”, (Q. S Al Qadr: 1-5).
Malam
lailatul qadr dikenal dengan malam kemuliaan yaitu suatu malam yang penuh
kemuliaan, kebesaran, Karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran secara
sekaligus dari lauhul mahfudh ke baitul ‘izzah, kemudian dari baitul
‘izzah ke bumi baru diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan
kebutuhan.
Memahami Lailatul Qadr
Malam
lailatul qadr dapat dipahami sebagai malam penetapan dan pengaturan
Allah bagi perjalanan hidup manusia, ketika itu Allah membuka tabir bagi
malaikat untuk mengetahui perjalanan hidup manusia selama satu tahun kedepan
(malam qadr tahun depan), mulai dari langkah, rezeki, jodoh dan maut.
“Sesungguhnya
kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah
yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh
hikmah. (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya kami adalah yang
mengutus rasul-rasul”, (Q. S Ad Dukhan: 3-5).
Dan
malam lailatul qadr adalah malam yang sangat mulia tiada banding, bahkan
malam itu lebih mulai dari seribu bulan malam biasa. Malam itu sangat mulia
karena terpilih sebagai malam turunnya Al Quran, sehingga nilai ibadah ketika
itu, berlipat-lipat ganda nilai fahalanya.
“Dan
mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala
mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia".
Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan Kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa
sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan Kitab itu
lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya)
dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa
yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya) ?" Katakanlah:
"Allah-lah (yang menurunkannya)", Kemudian (sesudah kamu menyampaikan
Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya”,
(Q. S Al An’am: 91).
Dan
pada malam itu Allah memerintah malaikat Jibril dan malaikat-malaikat lain
untuk turun kebumi, maka seolah-olah bumi ketika itu telah sempit oleh
kahadiran mereka. Mereka berhamburan kebumi sambil membaca, tahlil, tahmid,
dan istighfar kepada penghuni bumi, termasuk kita.
Pada
ketika itu setiap doa-doa yang dimunajat oleh manusia langsung Allah terimanya,
sehingga malam itu adalah malam yang penuh berkah dan malam penghamburan rezki
bagi segala mahkluk yang Allah kehendaki.
“Allah
meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang dia kehendaki. mereka
bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding
dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”, (Q. S Ar
Ra’du: 26).
Para
malaikat itu mendatangi kita, sehingga ada yang mengucap selamat dan ada yang meminta ampun, ketika mereka
mendatangi orang-orang yang telah Allah takdirkan selalu melakukan maksiat dan
mati dalam su-ul khatimah, ketika itu para malaikat senantiasa meminta
keampunan dari Allah SWT, begitu juga sebaliknya, ketika para malaikat
mendatangi orang-orang yang telah Allah ridhai dan mereka telah Allah
anugerahkan petunjuk, sehingga mereka mati dalam husnul khatimah, maka
para malaikat ketika itu mengucap selamat berbahagia, para malaikat itu telah
mengetahui apa yang terjadi pada kita dalam setahun itu dengan izin Allah. Dan
malam qadr itu sampai dengan keluar fajar.
Tentang
kapan terjadi malam lailatur qadr secara hakikat tidak ada yang
mengetahuinya secara pasti kecuali Allah SWT. Namun sebagian ulama ada yang berpendapat
sepuluh yang akhir dari bulan ramadhan, dan dalam sepuluh yang terakhir ada
juga yang berpendapat malam ganjil-ganjil.
“Malam
lailatul qadr itu terjadi pada satu malam tertentu dan itu dapat terjadi dalam
sepanjang tahun”, (Imam Abu Hanifah).
Pendapat
imam Abu Hanifah ini sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Ibnu Mas’ud,
yaitu: “Barangsiapa yang mendirikan malam sepanjang tahun, maka ia akan
mendapatkan malam lailatul qadr”.
Terjadi
malam lailatul qadr sepanjang bulan ramadhan, dalam sunan Abu Daud dari Ibnu
Umar mengatakan: “Ditanyai Rasulullah SAW mengenai malam lailatul qadr, pada
waktu itu, aku mendengarnya Rasulullah SAW bersabda: “Lailatul qadr terjadi
pada semua bulan Ramadhan”.
“Malam
lailatul qadr terjadi pada malam pertama bulan Ramadhan”, (Abu Raziin al
‘Aqiily).
“Ditanyai
kepada Abu Sa’id al Khudry apa yang dimaksud dengan malam kesembilan, ketujuh,
dan kelima? “beliau menjawab, “Jika malam kedua puluh satu telah lewat, maka
yang berikutnya adalah malam ke dua puluh dua, dan itulah yang dimaksud dengan
malam ke dua puluh sembilan. Dan apabila malam kedua puluh tiga telah berlalu,
maka berikutnya adalah malam ke tujuh, dan jika malam kedua puluh lima telah
berlalu, maka berikutnya adalah malam ke lima”, (Abu Sa’id Al Khudry).
“Aku
diperlihatkan malam lailatul qadr, kemudian aku lupa dan pada waktu subuh, aku
bersujud atas tanah yang basah. Abdullah bin Unais berkata: “pada malam kedua
puluh tiga itu terjadi hujan”, (H. R Abdullah bin Unais).
Menurut
pendapat yang sahih dalam mazhab Syafi’i, malam lailatul qadr itu
terjadi khusus pada sepuluh yang akhir dan malam ganjil lebih diharapkan
terjadi lailatul qadr tersebut, yaitu malam dua puluh satu, dua puluh
tiga, duapuluh lima, dua puluh tujuh, atau dua puluh sembilan.
Sedangkan
yang menjadi tanda-tanda terjadinya malam lailatul qadr, dijelaskan
dalam Musnad Ahmad dengan isnad yang baik dari ‘Ubadah bin al Shamid,
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya
tanda-tanda lailatul qadr adalah malam cerah, terang seolah-olah ada bulan,
malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam
itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan
sesungguhnya, setengah dari tanda lailatu qadr adalah matahari di pagi harinya
terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan pula tidak
dihalalkan bagi setan untuk keluar
bersama matahari itu”.
Meningkatkan Ibadah untuk Mengisi Lailatul Qadr
Sungguh
sangat sia-sia bila malam sepuluh yang akhir pada bulan Ramadhan kita tidak
meningkatkan ibadah kita, baik disegi kualitas maupun kuantitas. Bila dulu
melakukan shalat qiyamul lail dengan tegesa-gesa dan bacaan yang
cepat-cepat, maka alangkah indahnya bila detik-detik terakhir ramadhan ini kita
laksanakannya dengan sabar, khusu’ dan tawadhu’, membaca fatihan
secara muratal, satu ayat untuk satu nafas. Melaksanakan shalat witir
dengan jumlah rakaat yang maksimal.
Memperbanyak
i’tiqaf dimesjid-mesjid dengan mengisi membaca Al Quran, memperbanyak zikir,
istighfar, tahlil, dan tahmid. Sehinga waktu yang beberapa hari lagi tidak
berlalu dengan sia-sia.
“Aisyah
Berkata, Rasulullah SAW melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan
ramadhan sampai beliau diwafatkan oleh Allah. Sesudah itu istri-istri beliau
beri’tiqaf pula sepeninggalan beliau. Ia berkata: “Nabi SAW mengerjakan i’tikaf
pada setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Beliau pernah melakukan setahun
tidak melakukan i’tikaf. Maka, ketika tahun berikutnya tiba, beliau beri’tikaf
dua puluh hari”, (H. R Ahmad dan Tirmizi).
Karena
apa yang akan terjadi dengan takdir kita, kita tidak pernah tau, apakah akhir
dari kehidupan kita husnul khatimah ataukah su-ul khatimah, oleh
karena itu mari kita usahakan yang terbaik, memaksimalkan diri untuk
mengerjakan perintah (amar ma’ruf) dan menjauhi kemungkaran (nahyi
munkar). Tentang apa yang telah terkhitab pada kita, kita doakan
semoga khitab itu yang terbaik, sehingga suatu saat kelak kita
benar-benar berjumpa dengan Allah dengan penuh keridhaan Nya.
Semoga
dalam akhir Ramadhan ini, kita benar-benar berada dalam ketaatan beribadah,
sehingga akhir Ramadhan kita mendapat titel Muttaqin (orang yang
bertaqwa). Dan yang paling harus kita jaga, jangan pernah kita melakukan
kemaksiatan didalam bulan Ramadhan (bukan bermakna malam selaian ramadhan
boleh), apalagi kemaksiatan yang kita lakukan itu pada saat malam qadr,
karena itu suatu kecelakaan kepada kita, saat orang lain mendapat rahmat dari
Allah saat melakukan ibadaha, malah kita mendapat laknat karena bermaksiat.
“Telah
datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan atas
kalian berpuasa dalam bulan ini. Di dalam bulan ini Allah memiliki satu malam
yang lebih baik dari pada seribu bulan. Barangsiapa terhalang dari kebaikan
malam tersebut, niscaya ia telah terhalang dari kebaikan yang agung”, (H. R
An Nasa-i dan Ahmad).
0 komentar:
Post a Comment