Sunday, December 9, 2018

Makna Tauhid dan Larangan Memikirkan Zat Allah

Tauhid menurut bahasa adalah hukum dengan bahwa sesungguhnya sesutu itu satu dan ilmu dengannya adalah satu. ('Ali bin Muhammad Al Jarjani).

Tauhid merupakan kata benda yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada ,Yuwahhidu, Tauhidan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Tauhid menurut istilah ahli hakikat adalah melepaskan zat ketuhanan dari setiap sesuatu yang tertasaur (tergambar) dalam pemahaman  dan mengosongkannya sesuatu itu dalam waham (angan-angan) dan zihin (pikiran).  ('Ali bin Muhammad Al Jarjani).

Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa, Tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”; mentauhidkan berarti “mengakui akan  keesaan Allah mengeesakan Allah”.

Jubaran Mas'ud menulis bahwa tauhid bermakna “beriman kepada Allah, Tuhan yang Esa”, juga sering disamakan dengan  “tiada Tuhan Selain Allah”.(Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993).

Fuad Iframi Al-Bustani juga menulis hal yang sama. Menurutnya tauhid adalah Keyakinan bahwa Allah itu bersifat “Esa”. (Fuad Iqrami Al-bustani, Munjid Ath-Thullab, (Beirut:  Dar Al-Masyriqi, 1986).


Secara istilah syar’i, makna Tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. Mulyono dan Bashori, Studi Ilmu Tauhid/Kalam, (Malang : UIN-Maliki Press,2010).





Larangan Memikirkan Zat Allah

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (Q.S. Ali Imran : 190 – 191).

Artinya : Katakanlah "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (Q.S. Yunus : 101).



Rasulullah SAW bersabda : “Berfikirlah tentang nikmat – nikmat Allah, dan jangan sekali – sekali engkau berfikir tentang zat Allah”. (Hadits hasan, Silsilah al Ahaadits ash Shahihah).


Diriwayatkan dari Fudhalah bin Ubaid radhiyallaahu’anhu, dari Rasulullah SAW beliau bersabda : “Tiga jenis orang yang tidak perlu engkau tanyakan lagi nasibnya; Orang yang memisahkan diri dari jama’ah, ialah mendurhakai imam dan mati dalam keadaan durhaka. Budak wanita atau pria yang melarikan diri dari tuannya, lalu mati. Dan seorang wanita yang ditinggal oleh suaminya dengan memberikan perbekalan yang cukup, lalu sepeninggal suaminya ia bersolek (untuk lelaki lain)”. “Tiga jenis orang yang tidak perlu engkau tanyakan lagi nasibnya; Orang yang merampas selendang Allah, sesungguhnya selendang Allah adalah kesombongan-Nya, sarung-Nya adalah kemuliaan. Orang yang ragu tentang Allah. Dan orang yang berputus asa terhadap rahmat Allah”. (Hadits shahih,Bukhari dalam al Adabul Mufrad).

Rasul bersabda: "Fikirlah tentang penciptaan dan jangan kamu fikirkan tentang zat Allah, maka sesungguhnya memikirkan zat Allah itu menimbulkan keraguan dalam hati".

0 komentar:

Post a Comment