Tauhid menurut bahasa adalah hukum dengan bahwa sesungguhnya sesutu itu satu dan ilmu dengannya adalah satu. ('Ali bin Muhammad Al Jarjani).
Tauhid merupakan
kata benda yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu.
Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada ,Yuwahhidu, Tauhidan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Tauhid menurut istilah ahli hakikat adalah melepaskan zat ketuhanan dari setiap sesuatu yang tertasaur (tergambar) dalam pemahaman dan mengosongkannya sesuatu itu dalam waham (angan-angan) dan zihin (pikiran). ('Ali bin Muhammad Al Jarjani).
Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan
bahwa Allah SWT adalah Esa, Tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan
pengertian tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”;
mentauhidkan berarti “mengakui akan keesaan
Allah mengeesakan Allah”.
Jubaran
Mas'ud menulis bahwa tauhid bermakna “beriman kepada Allah, Tuhan yang Esa”,
juga sering disamakan dengan “tiada
Tuhan Selain Allah”.(Yusran Asmuni, Ilmu
Tauhid, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993).
Fuad
Iframi Al-Bustani juga menulis hal yang sama. Menurutnya tauhid adalah
Keyakinan bahwa Allah itu bersifat “Esa”. ( Fuad Iqrami Al-bustani, Munjid
Ath-Thullab, (Beirut: Dar
Al-Masyriqi, 1986).
Secara
istilah syar’i, makna Tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. Mulyono dan Bashori, Studi
Ilmu Tauhid/Kalam, (Malang : UIN-Maliki Press,2010).
Larangan Memikirkan Zat Allah
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (Q.S. Ali
Imran : 190 – 191).
Artinya : Katakanlah "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (Q.S. Yunus : 101).
Artinya : Katakanlah "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (Q.S. Yunus : 101).
Rasulullah SAW bersabda : “Berfikirlah tentang nikmat – nikmat
Allah, dan jangan sekali – sekali engkau berfikir tentang zat Allah”. (Hadits
hasan, Silsilah al Ahaadits ash Shahihah).
Diriwayatkan dari Fudhalah bin Ubaid radhiyallaahu’anhu, dari
Rasulullah SAW beliau bersabda : “Tiga jenis orang yang tidak perlu engkau
tanyakan lagi nasibnya; Orang yang memisahkan diri dari jama’ah, ialah
mendurhakai imam dan mati dalam keadaan durhaka. Budak wanita atau pria yang
melarikan diri dari tuannya, lalu mati. Dan seorang wanita yang ditinggal oleh
suaminya dengan memberikan perbekalan yang cukup, lalu sepeninggal suaminya ia
bersolek (untuk lelaki lain)”. “Tiga jenis orang yang tidak perlu engkau
tanyakan lagi nasibnya; Orang yang merampas selendang Allah, sesungguhnya
selendang Allah adalah kesombongan-Nya, sarung-Nya adalah kemuliaan. Orang yang
ragu tentang Allah. Dan orang yang berputus asa terhadap rahmat Allah”. (Hadits
shahih,Bukhari dalam al Adabul Mufrad).
Rasul bersabda: "Fikirlah tentang penciptaan dan jangan kamu fikirkan tentang zat Allah, maka sesungguhnya memikirkan zat Allah itu menimbulkan keraguan dalam hati".
0 komentar:
Post a Comment