Saturday, December 15, 2018

APAKAH BID'AH ITU?


Pertanyaan.

Menurut ahli sunnah wal jamaah, bid’ah terbagi dua yaitu bid’ah hasanah(baik) dan bid’ah dhalalah(bid’ah sesat), tetapi ada sekolompok orang yang berpendapat bahwa bid’ah  itu hanya satu yaitu bid’ah dhalalah(bid’ah sesat).Nah, siapakah yang benar ini ?

Jawab.
Untuk mengetahui mana yang benar dan yang salah, terlebih dahulu kita harus mengetahui arti atau definisi dari kata-kata bid’ah menurut masing-masing kelompok yang berbeda pendapat itu, baik disegi bahasa maupun menurut istilah.


I . BID’AH DALAM PENGERTIAN BAHASA ARAB.

Secara etimologi, bid’ah artinya setiap perkara baru yang diadakan atau diciptakan tanpa adanya contoh terlebih dahulu.

Tersebut dalam kitab kamus Munjid

مااحدث على غير مثال سابق

“Sesuatu yang diadakan  atas tiada contoh yang  terdahulu”.


II . BID’AH MENURUT ISTILAH  AGAMA

Ada dua kelompok ulama yang mendefinisikan bid’ah menurut istilah syara’, yaitu:
1.    Ulama yang mendefinisikan bid’ah secara umum, yaitu setiap perkara baru yang belum, atau tidak dikerjakan dimasa Rasulullah SAW.

2.   Ulama yang mendefinisikannya secara khusus, yaitu setiap perkara baru yang diada-adakan yang bertentangan dengan syari’at Nabi Muhammad SAW.


A . DEFINISI KELOMPOK PERTAMA

Telah diketahui bahwa ulama kelompok pertama mendifinisikan bid’ah menurut istilah agama secara umum.

1 . Berkata Imam Asy-Syafiiy

المحدثات في الأمور ضربان: أحدهما ما حدث يخالف كتاباً أو سنة أو أثراً أو إجماعاً فهذه البدعة الضلالة. والثاني: ما أحدث من الخير لا خلاف فيه لواحد من هذا فهي محدثة غير مذمومة.

"Perkara baru yang tidak ada di zaman Nabi Muhammad SAW itu ada dua macam: pertama perkara baru yang bertolak belakang dengan Al Qur'an, Sunnah, pendapat sahabat atau Ijma, maka itu termasuk bid'ah yang sesat (bid'ah dhalalah). kedua perkara baru yang termasuk baik (hasanah), tidak bertentangan dengan Al Qur'an, Sunnah, pendapat sahabat atau Ijma, maka perkara baru ini tidak tercela."( Lihat: Manaqib Asy-Syafi’iy. Hilyatul Auliya’ oleh Abu Nu’aim: 9/113).

2 . Imam Abdurrahman bin Ismail Al-Muqadisiy Asy-Syafi’iy, yang terkenal dengan Abu Syammah (wafat: 665 H), mendifinisikan bid’ah sebagai berikut

وهو مالم يكن في عصر النبي صلى الله عليه وسلم، مما فعله، أو أقر عليه، أو علم من قواعد شريعته الإذن فيه، وعدم النكير

“Sesuatu yang tidak ada pada masa Nabi Muhammad SAW, baik perbuatannya,atau pengakuannya, atau sesuatu yang tidak diketahuikan akan adanya izin dan tiada ingkar dalam qaidah-qaidah syari’atnya”.(Lihat: Al-Baa’is ala Inkari Al-Bid’ah)

3 . Berkata Ibnu Atsiir

البدعة بدعتان: بدعة هدى وبدعة ضلال .. فما كان في خلاف ما أمر الله به ورسوله صلى الله عليه وسلم، فهو في حيز الذم والإنكار، وما كان واقعاً تحت عموم ما ندب الله إليه وحض عليه أو رسوله فهو في حيز المدح

"Bid'ah itu ada dua macam, bid'ah huda (yang berpetunjuk) dan bid'ah dhalal (sesat), jika perkaranya bertolak belakang dengan apa yang diperintahkan Rasulullah SAW maka itu termasuk tercela dan dikecam. Jika perkara itu termasuk yang disunahkan dan dianjurkan maka perkara itu terpuji”. (lihat An-Nihayah, karangan Ibnu Al Atsir juz 1. h. 80).

4 . Syeikh Izzuddin bin Abdissalam (wafat: 660 H), dalam kitab Qawaa’idul Ahkam, menyebutkan:

البدعة فعل مالم يعهد في عصر رسول الله صلى الله عليه وسلم

“Bid’ah adalah mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak dikenal pada masa Rasulullah SAW”

Dan beliau membagikan bid’ah kepada lima bagi, yaitu:
1.      Bid’ah wajib
2.      Bid’ah sunat
3.      Bid’ah haram
4.      Bid’ah makruh
5.      Bid’ah mubah

Inilah sebagian daripada definisi ulama kelompok yang pertama, dan masih banyak lagi yang tidak kami sebutkan disini.

Jadi, Menurut definisi dari ulama kelompok pertama, maka bid’ah itu ada yang baik (hasanah) dan ada yang tercela( mazmumah), tidak semua bid’ah itu hasanah, dan tidak pula semuanya mazmumah dan dhalalah(sesat).Yang sesuai dengan sunnah, maka itu bid’ah hasanah dan yang bertentangan dengannya dinamakan bid’ah mazmumah dan dhalalah.


B .DEFINISI KELOMPOK KEDUA

Telah diketahui bahwa ulama kelompok kedua mendefinisikan bid’ah menurut agama secara khusus.

1 . Berkata As-Sayuthi:

والبدعة عبارة عن فعلة تصادم الشريعة بالمخالفة، أو توجب التعاطي عليها بزيادة أو نقصان

”Bid’ah adalah ungkapan tentang perbuatan yang bertabrakan dengan syari’at dengan cara menyelisihinya atau melakukannya dengan cara menambah atau mengurangi” ( Al-Amru Bi Tiba’  wan Nahyi anil Ibtida’ :1 hal 5).

2 . . Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata:

بدعة : وهي ما أحدث على خلاف أمر الشارع ، ودليله الخاص أو العام.  ابتداع الأمور التي ليس لها أصل في الشرع ، أما ما كان مبنيا على قواعد الأصول ومردودا إليها . فليس ببدعة ولا ضلالة .
"Bid'ah adalah sesuatu yang baru yang diada-adakan atas sebalik perintah Syari', dan dalilnya yang khusus atau umum. Mengadakan perkara yang tidak ada asalnya pada syara’. Adapun sesuatu yang terbangun diatas qaidah-qaidah usul(syara’) dan dikembalikan kepadanya, maka itu bukan bid’ah dan tidak sesat".(Lihat: Tuhfatu Rabaniyah Syarah Arbain An-Nawawi : Hadits ke 28).

3. Berkata Asy-Syathibi

البدعة طريقة في الدين مخترعة تضاهي الشرعية ، يقصد بالسلوك عليها المبالغة في التعبد لله

” Bid’ah adalah sebuah tata cara dalam agama yang dibuat-buat yang menyerupai syari’at yang maksudnya adalah berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah( Lihat: Al-I’tisham)

4 . Sa’id bin Ali bin Wahaf  Al-Qahthaniy berkata:

وهي التي لم يدل عليها دليل شرعي لا من كتاب، ولا سنة، ولا إجماع، ولا استدلال معتبر عند أهل العلم، لا في الجملة ولا في التفصيل؛

“Bid’ah adalah sesuatu yang tidak menunjuki oleh dalil syara’ atasnya, tidak ada dalam Kitab (Al-Quran), tidak ada dalam sunnah, tidak ada dalam ijma’ , tidak menunjuki dalil yang mu’tabar(yang dapai dipakai) menurut ahli ilmu, tadak ada secara global, dan tidak ada secara terperinci”. :( Nurussunnah wa Dhulmatulbid’ah .1 hal 28).

4 . Syeikh Ahmad bin Asy-Syaikh Hijaziy Al-Fasyaniy berkata:

ما آحدث على خلاف امر الشارع ودليله الخاص او العام. فآن الحق فيما جاء به الشرع وليس بعد الحق الا الضلال

"Bid'ah adalah sesuatu yang baru yang diada-adakan atas sebalik perintah Syari', dan dalilnya yang khusus atau umum. Karena kebenaran itu pada apa yang dibawa oleh syara’, dan tidak ada yang datang sesudah kebenaran kecuali kesesatan”.(Lihat: Majalisusaniah, hal 87, hadits ke 28).

5 . Berkata Ibnu Umar RA.

وعن ابن عمر رضي الله عنه، قال: كل بدعة ضلالة وإن رآها الناس حسنة.

“Dari Abdullah bin Umar radliyallahu ‘anhuma ia berkata,” Setiap bid’ah itu sesat walaupun dipandang baik oleh manusia”.(Al- Amru bi Il- Itba' wan Nahyu  Anil Ibtida': 1/ 3).

Inilah diantara difinisi-definisi dari ulama kelompok kedua.

Jadi. Menurut definisi dari ulama kelompok kedua ini, semua bid’ah dalam agama adalah mazmumah dan dhalalah(sesat). Walaupun orang-orang menganggapnya baik. Adapun yang tidak bertentangan dengan qaidah-qaidah syara’, maka itu bukanlah bid’ah dan tidak sesat.


C . KESIMPULAN.

Setelah kita memperhatikan semua definisi bid’ah dari kedua kelompok ulama nampaklah bagi kita bahwa:

1.    Urusan atau perbuatan yang bersangkutan dengan agama yang tidak dikenal atau dikerjakan dimasa Rasulullah SAW dan baru dikerjakan sesudah Beliau wafat, apabila  bertentangan dengan perintah Allah dan Rasulullah SAW, atau tidak bersumber dari Al-Quran, Alhadits, Ijma’, atau tidak didapatkan dalinya secara khusus atau umum dalam agama, maka semua ulama sepakat untuk memberi istilah kepada perbuatan ini dengan ‘Bid’ah mazmumah(yang tercela), atau bid’ah dhalalah(sesat), atau bid’ah qabihah( yang keji)’.

2.      Adapun perbuatan yang bersangkutan dengan agama yang tidak dikerjakan dimasa Rasulullah SAW, dan baru dikerjakan sesudah Beliau wafat, apabila terdapat sumbernya dari Al-Quran, Al-Hadits, Ijma’, atau qa’idah-qa’idah syara’, baik secara khusus atau umum, maka menurut sebagian ulama perbuatan ini dinamakan dengan “bid’ah hasanah (baik), atau bid’ah mahmudah (terpuji).

SSedangkan menurut sebahagian yang lain, perbuatan ini dinamakan dengan Sunnah, bukan bid’ah.
Contoh:

1.      Membukukan kitab suci Al-Quran, yang dilakukan mulanya oleh Saidina Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, dan kemudian dilanjutkan dan disempurnakan oleh Saidina Usman bin Affan RA.

2.      Sembahyang tarawih 20 rakaat yang dikerjakan secara berjamaah sebulan penuh di mesjid yang diadakan oleh Saidina Umar RA.
3.      Azan pertama pada sembahyang jum’at yang diperintahkan oleh Saidina Usman RA.
4.      Dan banyak lagi contoh lainya.

Maka menurut sebahagian Ulama, ini semua dinamakan dengan bid’ah hasanah. Karena semua ini tidak dikerjakan dimasa Rasulullah SAW, dan baru dikerjakan oleh para sahabat Nabi yang utama, dan perbuatan mereka tidak bertentangan dengan syara’.  

Sedangkan ulama lainnya menamakan ini semua dengan sunnah, bukan bid’ah. Karena semua ini merupakan sunnah Khulafaurrasyidin, dan Nabi SAW, memerintahkan kita untuk mengikuti sunnah mereka. Nabi SAW, bersabda:


فعليكم بسنتى وسنة الخلفاء الراشدين المهدين من بعدي

“Wajib atas kamu memegang dengan sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin yang diberi petunjuk sesudahku”. (HR. Abu Daud dan Tirmiziy).

Setiap urusan agama yang diada-adakan tanpa bersumber dari agama tidak boleh dikerjakan. Karena itu bid’ah dhalalah(sesat). Semua ulama sepakat tentang masalah ini. Dan setiap urusan agama yang bersumber dari agama, boleh dikerjakan walaupun urusan itu tidak dikerjakan dimasa Rasulullah SAW, karena itu adalah Bid’ah hasanah menurut sebahagian ulama, dan sunnah menurut sebahagian ulama yang lain.

Perbedaan pendapat tentang masalah definisi bid’ah, hanyalah bersifat istilahnya saja, tetapi hakikatnya sama.

 Bid’ah yang dimaksud disini adalah bid’ah yang bersangkutan dengan agama.

Kedua kelompok ulama yang berbeda tinjauannya tentang bid’ah itu semuanya termasuk golongan ahli sunnah wal jamaah. Walaupun definisi bid’ah yang kedua ini diikuti oleh ulama - ulama lain.


Oleh: Teungku Nashiruddin bin Hanafiyyah Asy Syafi’iy Al Asyiy

0 komentar:

Post a Comment