Di bawah ini ada beberapa contoh rumah tangga yang ada di
sekitar kita (bisa ditambahkan lagi dan silakan dipilih mana yang cocok) :
1. Rumah tangga bisnis
Pada awal dibinanya rumah tangga ini
telah dihitung-hitung berapa keuntungan materi yang akan diperoleh, bila aku
menikah dengan si fulan, berapa tabunganku akan bertambah saat menikah dan
setelah menikah. Apa pasanganku nanti dapat menambah hartaku atau malah akan mengurangi.
Dan bila kami nanti punya anak, berapa anak yang kira-kira dapat menguntungkan
usaha yang kami jalankan saat ini dst. Rumah tangga seperti ini banyak sekali
ditemukan di negara Barat yang hanya berfikir pada materi. Allah telah
berfirman:
"Dan sekali-kali bukanlah harta
dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun;
tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, merekalah itu
yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka
kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga)."
(QS. As-Saba’: 37).
2. Rumah tangga "barak"
Yang terdengar dari rumah tangga ini
hanya perintah-perintah atau komando-komando
layaknya jendral kepada kopralnya. Bila si kopral tidak melaksanakan atau lalai
menjalankan tugas, maka konsekwensinya adalah hukuman, baik berupa umpatan atau
bahkan pukulan. Di sini tidak ada suasana dialogis yang mesra, anggota keluarga
yang berperan sebagai kopral, selalu merasa tertekan dan takut bila ada sang
jendral di rumah, dan selalu berdoa dan berharap agar sang jendral segera
berlalu keluar rumah..
3. Rumah tangga "arena tinju"
Bila suami dan istri merasa memiliki derajat,
kekuatan dan posisi yang setara serta pendapatnya lah yang benar dan harus
terlaksana. Bila ada perbedaan dan salah faham sedikit saja, maka digelarlah
"pertandingan" yang dapat berupa, baku cekcok, baku hantam atau baku
UFO (piring terbang). Masing-masing berusaha membuat KO lawannya dengan
berbagai taktik. Tidak ada kata damai sebelum salah satunya menyerah.
5. Rumah tangga islami
Didalamnya ditegakkan adab-adab Islam,
baik individu maupun seluruh anggota. Mereka berkumpul dan mencintai karena Allah,
saling menasehati kejalan yang maruf dan
mencegah dari kemunkaran. Setiap anggota betah tinggal didalamnya karena kesejukan iman dan kekayaan
ruhani. Rumah tangga yang menjadi
panutan dan dambaan ummat yang didalamnya selalu ditemukan suasana
sakinah, mawaddah dan rahmah.
Merupakan surga dunia, seperti yang sering
kita dengar, Rasul pernah bersabda : “Rumahku adalah surgaku”. Rumah
yang dimaksud di sini tentunya bukan bangunan fisiknya yang bak istana dengan
taman yang luas dan kolam renangnya, tapi rumah disini adalah rumah tangga
"ruh" dari rumah tsb.
Apa ciri-ciri rumah tangga islami tsb :
a)
Didirikan
atas dasar ibadah
Rumah tangga didirikan dalam rangka
ibadah kepada Allah, dari proses pemilihan jodoh, pernikahan (akad nikah,
walimah) sampai membina rumah tangga jauh dari unsur kemaksiatan atau yang
tidak islami.
Sebagaimana tugas kita di muka bumi ini yang hanya untuk mengabdi/beribadah
kepada Allah, maka pernikahan ini pun
harus diniatkan dalam rangka tsb.
Beberapa contoh yang tidak islami, pemilihan jodoh tidak berdasarkan
Diennya (agamanya), Proses berpacaran, pemilihan hari "baik" untuk
acara pernikahan, sebelum akad nikah ada acara mandi air kembang dan dalam acara
walimahan ada upacara (adat) injak telur dan buang-buang beras (Seweran).
b)
Terjadi
internalisasi nilai islam secara kaffah (menyeluruh)
Dalam rumah tangga islami segala
adab-adab islam dipelajari dandipraktekan sebagai filter bagi penyakit moral di
era globalisasi ini. Suami bertanggung jawab terhadap perkembangan pengetahuan
keislaman dari istri, dan bersama-sama menyusun program bagi pendidikan
anakanaknya.
Saling tolong-menolong dan saling
mengingatkan untuk meningkatkan kefahaman dan praktek ibadah. Oleh sebab itu
suami dan istri seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang
Islam.
c)
Terdapat
qudwah (keteladanan) qudwah (keteladanan) Suami
atau istri yang dapat dicontoh oleh anak-anak
Setiap hendak keluar atau masuk rumah
anggota keluarga membiasakan mengucapkan salam dan mencium tangan, merupakan
contoh yang akan membekas pada anak-anak sehingga mereka tidak canggung mengucapkan
salam ketika telah dewasa. Bagaimana mungkin anak akan menegakkan sholat diawal
waktu, sementara orang tuanya asik melihat TV pada saat azan berkumandang (ini
contoh yang buruk).
Keluarga islami merupakan contoh
teladan di lingkungannya, selalu nilai-nilai positif saja yang terlontar dari
para tetangganya bila membicarakan rumah tangga ini. Hal ini bisa terjadi bila
adanya contoh-contoh yang islami dilakukan serta silaturahmi ke tetangga yang
intensif.
d)
Adanya
pembagian tugas yang sesuai dengan syariat
Islam memberikan hak dan kewajiban
masing-masing bagi anggota keluarga secara tepat dan manusiawi. Seperti yang
tercantumkan dalam
Firman Allah:
"Dan janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari
sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa
yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang
mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S. An-Nisa’: 32).
Suami atau istri harus faham apa
kewajiban dan haq nya, sehingga tidak terjadi pertengkaran karena masing-masing
hanya menuntut haknya terpenuhi tanpa melakukan kewajibannya. Islam telah
mengatur keseimbangan haq dan kewajiban ini, apa yang menjadi kewajiban suami adalah
haq istri, dan begitu pula sebaliknya. Kewajiban suami tidak bisa dilakukan
secara optimal oleh istri, begitu pula sebaliknya.
e)
Tercukupnya
kebutuhan materi secara wajar
Suami harus membiayai kelangsungan
kebutuhan materi keluarganya, karena itu salah satu tugas utamanya. Seperti
yang tercantum dalam Al-Quran surat Al Baqarah 233: “...... Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada
para ibu dengan cara yang ma'ruf”.
f)
Menghindari
hal-hal yang tidak islami
Banyak kegiatan atau barang-barang yang
tidak islami harus disingkirkan dari dalam rumah, misalnya penghormatan kepada
benda-benda keramat, memajang patung-patung, memasukkan ke rumah
majalah/koran/Video atau saluran internet dan TV (ini yang susah) yang tidak
islami, bergambar mesum dan adegan kekerasan, memperdengarkan lagu-lagu yang
tidak menambah keimanan.
g)
Berperan
dalam pembinaan masyarakat
Keluarga islami harus memberikan kontribusi
yang cukup bagi perbaikan masyarakat sekitarnya :
"Serulah (manusia) kepada jalan
Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang lebih baik. Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl: 125)
Kita tidak bisa hidup sendirian terpisah dari masyarakat.
Betapapun taatnya keluarga tersebut terhadap norma-norma ilahiyah, apabila
sekitar lingkungannya tidak mendukung, pelarutan nilai akan lebih mudah
terjadi, terutama pada anak-anak.
Oleh sebab itu setiap anggota keluarga islami diharuskan
memiliki semangat berdawah yang tinggi, sesuai dengan profesi utama setiap
muslim adalah dai.
Suami harus dapat mengatur waktu yang seimbangan untuk Allah
S.W.T (ibadah ritual), untuk Keluarga (mendidik keluarga serta bercengkrama bersama
istri dan anak-anak), waktu untuk ummat (mengisi ceramah, mendatangi pengajian,
menjadi pengurus mesjid, panitia kegiatan keislaman) dan waktu mencari nafkah.
Begitu pula dengan istri harus diberi kesempatan untuk bekiprah di jalan dawah
ini memperbaiki muslimah disekitarnya.
Bila pemahaman keislaman antara suami dan istri sekufu, maka
tenaga untuk melakukan manuver dawah keluar akan lebih banyak, karena suami
tidak perlu menyediakan waktu yang terlalu banyak untuk mengajari istrinya.
Begitu pula istri mendukung dan memperlancar tugas suami dengan ikhlas.
"Dan orang orang yang berkata: "Ya Rabb kami,
anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa."
(Q. S. Al-Furqan: 74)
Kita dapat membaca sebagai referensi rumah tangga islami
yang telah di contohkan oleh Rasul Saw dan para sahabatnya.
Sumber Kitab Syarah ‘Uqudul Lijain