Saturday, October 21, 2017

Tanda-tanda Istri Salehah Dari Sebuah Kisah (1)

Dikisahkan bahwa Rabi’ah binti Isma’il Asy Syamsiah adalahsalah seorang  istri Ahmad  bin Abu Al Huwari, suatu hari memasak makanan yang enak. Masakan itu di beri campuran aroma yang harum. Suami Rabi’ah juga mempunyai istri yang lain. Setelah masak dan menyantap makanan itu, Rabi’ah berkata pada suaminya:”pergilah kamu keistri yang lain dengan tenaga yang baru”.

Rabi’ah yang satu ini memang mirip dengan rabi’ah Adawiyah yang berdomisili di Bashrah. Rabi’ah Asy Syamsiah ini setelah menunaikan shalat ‘Isya ia berdandan lengkap dengan busananya. Setelah itu baru mendekati tempat tidur suaminya. Ia tawarkan pada suaminya, ”Apakah malam ini kamu membutuhkan kehadiranku atau tidak”. Jika suaminya sedang berhasrat untuk menggaulinya, maka ia melayaninya hingga puas. kalau malam itu suaminya sedang tidak berminat menggaulinya, maka ia menukar pakaian yang ia kenakan tadi dan berganti dengan pakaian lain yang di gunakan untuk beribadah. malam itu ia tenggelam di tempat shalatnya hingga subuh.

Rabi’ah binti Isma’il Asy Syamsiah bersuamikan  Ahmad bin Abu Huwari itu memang dikehendaki Rabi’ah sendiri. Ia pula yang pertama-tama melamar syeikh Ahmad supaya berkenan memperistri dirinya.

Ceritanya demikian, Rabi’ah binti Ismail itu semula mempunyai suami yang kaya. Setelah kematiannya Ia memperoleh harta waris yang sangat besar. Ia kesulitan menafkahkan harta itu, Mengingat ia seorang perempuan yang terbata gerakannya. maka ia bermaksud melamar syeikh Ahmad, dengan tujuan agar dapat mentasarufkan (menghibahkan) hartanya demi kepentingan Islam dan di berikan kepada orang orang yang membutuhkan. Yang demikian itu karena Rabi’ah binti Ismail memandang syeikh Ahmad sebagai orang yang dapat menjalankan amanat, sedang Rabi’ah sendiri seorang yang adil.

Ketika mendapat lamaran dari Rabi’ah syeikh Ahmad berkat :”Demi Allah, sesungguhnya aku tidak berminat lagi untuk menikah. Sebab aku ingin berkonsentrasi untuk beribadah”.

Rabi’ah menjawab :”Syeikh Ahmad, sesungguhnnya kosentrasiku dalam beribadah adalah lebih tinggi dari pada kamu. Aku sendiri sudah memutuskan untuk tidak menikah lagi. tetapi tujuanku menikah kali ini tidak lain adalah agar dapat mentasarufkan harta kekayaan yang kumiliki kepada saudara-saudara yang muslim, Dan untuk kepentingan Islam sendiri. Akupun mengerti bahwa engkau itu orang yang shalih, tapi justru dengan begitu aku akan memperoleh keridhaan dari Allah Swt”.

Syeikh Ahmad berkata :”Baiklah, tapi aku minta waktu, Aku hendak meminta izin dari Guruku”. Lalu syeikh Ahmad mengahadap gurunya, yakni Syeikh Abu Sulaiman Ad-Darani. Sebab gurunya itu dulu pernah melarang dirinya untuk menikah lagi. Katanya:”Setiap orang yang menikah, sedikit atau banyak pasti akan terjadi perubahan atas dirinya”.

Tetapi setelah Abu Sulaiman mendapat penjelasan dari muridnya mengenai rencana Rabi’ah, ia berkata: ”kalau begitu Nikahilah Ia. Karena perempuan itu seorang wali”.


Sumber Kitab Syarah ‘Uqudul Lijain

0 komentar:

Post a Comment