Thursday, January 3, 2019

HAB Kementerian Agama Ke 73: Melayani Ikhlas Karena Allah

 Hari ini, Kamis, 03 Januari 2018 Kementerian Agama Republik Indonesia telah berumur 73 tahun, ini bukan masa yang singkat, namun sebuah perjalanan panjang untuk mengukir sebuah sejarah dalam diri Kementerian Agama.

Kementerian Agama merupakan salah satu kementerian Pemerintah yang ada di Indonesia yang bersemboyan "Ikhlas Beramal".

Ikhlas adalah bersih hati, tulis hati, memberi pertolongan (KBBI).

Ikhlas juga diartikan adalah, menghendaki keridhaan Allah dalam amal, membersihkannya dari semua individu juga duniawi. Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal kecuali karena Allah dan demi hari akhirat dan tidak ada noda yang mencampuri amal sedikit pun.

Para ulama berbeda redaksi dalam mengartikan ikhlas, mereka mengatakan:

Al 'Izz bin Abdis Salam berkata: “Ikhlas seorang mukallaf hanya membuat ketaatan semata-mata karena Allah. Dia tidak berharap pengagungan dan penghormatan manusia dan tidak juga meminta imbalan dan menolak bahaya ”.
Al Harawi mengatakan: "Ikhlas adalah membersihkan amal dari setiap noda meski hanya seberat biji sawi ”.
Abu 'Utsman berkata: "Ikhlas adalah ingatlah, melihat dengan selalu melihat ke Khaliq (Allah)".
Abu Hudzaifah Al Mar'asyi mengatakan: "Ikhlas, kesesuaian tindakan seorang hamba antara lahir dan batin".
Abu 'Ali Fudhail bin' Iyadh berkata: “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya '. Dan beramal karena manusia adalah syirik. Dan ikhlas semua, lepaskan, Allah selamatkan kamu dari seluruh.
Jadi semboyan "Ikhlas Beramal" adalah mengerjakan pekerjaan yang dititahkan oleh negara kepada seseorang denga hanya karena Allah, hanya mengharap ridha Allah dan senantiasa melayani dengan sepenuh hati tanpa pamrih.

Lahirnya Ikhlas Itu Dihati

Ikhlas dalam mengerjakan amanah yang diemban oleh negara adalah bukan saja dari ucapan, namun ikhlas itu adalah dihati.

Dimana nilai keikhlasan seseorang itu tidak akan dapat diukur oleh orang lain, namun masalah ikhlas merupakan masalah seseorang dengan Sang Khaliq.

إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ مانوي. فمن كانت هجرته الي الله ورسوله فهجرته الي الله ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها ....
“Sesungguhnya setiap amalan itu dengan niat. Setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang ada pada niatnya. Barangsiapa yang hijrah karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan perkara dunia niscaya ia hanya mendapatkan dunia," (HR. Bukhari).

Dalam melakukan pekerjaan boleh saja sama, namun nilai disisi Allah itu akan berbeda. Seorang pegawai yang mengerjakan pekerjaannya karena Allah dan ikhlas memberikan pelayanan prima hanya semata mengharap ridha Allah ia akan mendapatkan bagiannya didunia dan di akhirat.

Namun seorang pegawai yang mengerjakan pekerjaannya hanya karena jerih yang ia dapatkan serta melayani hanya mengharap salam tempel yang di dinilai dengan materi, maka ia hanya akan mendapatkan bagiannya didunia saja dan tidak akan bernilai apa-apa di akhiratnya.

Padahal, dimana pun kita berada didunia ini kita hanya memiliki 2 bagian, yaitu bagian untuk memperoleh kemenangan diakhirat dengan mendapat surga Allah atau bagian yang sia-sia yaitu dengan mendapatkan neraka.

Jangan pernah menyalahkan suatu pekerjaan yang kita kerjakan atau suatu jabatan yang kita emban, tinggal tergantung pada diri kita. Apakah dengan pekerjaan yang kita kerjakan atau dengan jabatan yang kita emban ingin mengambil bagian surga atau bagian neraka.


Melayani Dengan Ikhlas Sebagai Perwujudan Pelayanan Prima

Setiap pegawai negara ketika prajabatan akan dibekali dengan materi "pelayanan prima". Pelayanan prima adalah melayani publik dengan sepenuh hati, memberikan bantuan jasa atau informasi kepada khalayak ramai dengan maksimal, sehingga orang yang kita layani merasa puas dan senang atas pelayanan yang kita berikan.

Dengan semboyan "Ikhlas Beramal" di dalam Kementerian Agama sangat sejalan dengan harapan negara, yaitu pelayanan prima dan ini tentu saja secara konsep kita yang bekerja di Kementerian Agama adalah orang-orang super, orang-orang pilihan yang mampu memberikan kepuasan maksimal kepada orang yang kita layani, baik layanan sesama tim kerja, bawahan kerja dan masyarakat umum.

Dan ini sangguh sangat ironis, bila ada di kalangan kita antara atasan dan bawahan saling mendhalimi, saling mempersulit, bahkan saling mencegal. Ini sangat bertentangan dengan konsep semboyan kementerian kita.

وَعَنْ أَبِي صِرْمَةَ - رضى الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -{ مَنْ ضَارَّ مُسْلِمًا ضَارَّهُ اَلله, وَمَنْ شَاقَّ مُسَلِّمًا شَقَّ اَللَّهُ عَلَيْهِ } أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ. 

Dari Abi Shirmah radhiyallahu Ta'ala 'anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang memberi kemudharatan kepada seorang muslim, maka Allah akan memberi kemudharatan kepadanya, barangsiapa yang merepotkan (menyusahkan) seorang muslim maka Allah akan menyusahkan dia." (Hadits riwayat Abu Dawud nomor 3635, At Tirmidzi nomor 1940 dan dihasankan oleh Imam At Tirmidzi).

Bahkan rasulullah Saw pernah berdoa:

  اَللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ   

"Ya Allah, barangsiapa yang mengurusi urusan umatku kemudian dia merepotkan umatku maka susahkanlah dia."

Islam sangat benci kepada orang-orang yang mempersulit atau membuat kemudharatan kepada muslim lain. Atasan yang mempersulit bawahannya, pegawai yang mempersulit orang ia layani.

Ketika Allah berikan jabatan kepada kita, maka jadikanlah jabatan itu sebagai wasilah keridhaan Allah, yaitu memberikan kemudahan pelayanan yang kita berikan, baik sesama tim kerja, atau kepada bawahan dan orang lain.

Sungguh sangat indah ketika kita mampu memberikan kemudahan karena Allah akan memudahkan kita di akhirat kelak.

Senangnya orang yang kita layani selain bernilai ibadah juga orang tersebut akan mendoakan kita agar Allah mudahkan dan selamat dunia akhirat. 

Karena hakikat hidup didunia ini adalah mencari keselamatan diakhirat dengan Allah mudahkan di yaumil hisab.

0 komentar:

Post a Comment