Tuesday, June 30, 2020

Perjalanan Menjadi Bocah Ingusan

Perkenalkan, nama saya Zulkifli dengan panggilan bermacam-macam, masa kecil saya dipanggil DUN, DUN kecil yang tahun 1996 tamat SMP melanjutkan pendidikan di Dayah Malikussaleh Panton Labu (Dayah Abu Panton).

Ketika di dayah, nama panggiln berubah dari DUN menjadi TGK BULOH yang ketika itu masih kelas 1, ya kalau kami di Panton itu kelas 1 belajarnya di Bale Beuton.






Sejak tahun 1997 pernah bergabung dengan Perguruan Beladiri Cakar Elang dibawah bimbingan Guru Besar Bang Usuh Lhok Kaluet.

Banyak pelajaran keanukaragan yang saya dapatkan dari beliau dan ini menjadi awal saya mulai tumbuh percaya diri dalam pergaulan. 

Ketika itu kami latihan di Lhok Kaluet tempat beliau berkebun sampai berbulan-bulan dan ketika saatnya balik ke Dayah saya balik ke Dayah.

Latihan juga kami lakukan di Desa Blang Kruet di halaman rumah mamak beliau bersama rakan-rakan seperguruan.

Awal cerita saya menjadi murid beliau ketika saya mendengar bahwa beliau bisa beladiri dan pada suatu malam saya ketemuan di rumah Bang Tar Transat.

Singkat cerita sebelum menjadi murid beliau, saya menjajal kemampuan anuragan beliau lebih kurang 30 menit, dalam masa 30 menit inilah saya tiga kali dibanting lewat kepala beliau dan posisi terjatuh yang tidak nyaman. Bantingan ketiga baru saya mengakui takluk kemudian resmi menjadi murid beliau.

Beliau sosok yang tegas, dan tak segan-segan menghajar kita saya latihan, agar kita benar-benar mampu menangkis atau mengelak serangan yang digencarkan serta membuat serangan balik.

Saat sudah di Dayah sudah kelas 4, kemudian saya juga ditawarkan beladiri Silat oleh Tgk Nawawi, panggilan beliau Aleubu, karena beliau berasal dari Aluebu Perlak.

Ketika itu kami latihan di dalam bilek beliau, kalau tidak salah bilek 13 tingkat 2, banyak jurus yang diajarkan.

Beliau sosok teungku plus guru yang tegas dan tak segan-segan mempraktekkan jurus-jurus saat melatih kita, kalau tidak sigap ya terserah kita mau kena dimana, makanya kesiapan dan kelentikan badan sangat dibtuhkan.

Bersama teungku Nawawi saya hanya latihan beberapa bulan saja, dan ketika itu beliau sudah pulang kampung karena hal dan keperluannya.

Dalam satu keperluan, saya pernah tinggal di Langsa selama lebih kurang 3 bulan, disana saya tinggal di rumah saudara dan selama disitu kami diajarin Konto oleh Bang Ansari (ayah tiri Daini).

Tidak banyak jurus yang saya dapatkan dari beliau, karena saya tidak lama dilangsa dan harus balik lagi ke Dayah.

Pada akhir 2019, ketika kondisi saya sedang sakit tak kunjung sumbuh (sampai detik saya tulis ini saya masih sakit), saya membuka relasi berobat dengan Pelatih Pramuka saya saat KMD, yaitu kak Juiadi atau dipanggil dengan Kak Jagad.

Awalnya saya berobat kepada beliau dan beliau memperlakuka saya sangat baik dan terus terang walaupun kami berlainan suku tapi seperti ada ikatan bathin.

Setelah beberapa kali saya berobat, beliau mengangkat saya sebagai muridnya dalam perguruan Laduninya.

ya, saya seorang pasien yang sangat beruntung berjumpa dengan Kak Jagad yang baik, yang bukan saja berusaha mengobati sakit saya tapi juga menjaikan saya sebagai muridnya.

Di Perguruan Cakra Aura Laduni Nur Ilahi saya mengenal banyak tingkatan-tingkatan murid yang sangat dasyat, jadi sangat beruntunglah bila seseorang menjadi murid di Laduni.

Kak Juliadi sosok teman yang juga guru yang pendiam dan sangat baik, tapi kalau sudah mulai bercerita banyak petikan-petikan pengalaman hidup yang kita dapatkan.

Saya sekarang merupakan seorang murid di Perguruan Cakra Aura Laduni Nur Ilahi dari Guru Besar kak Jagad.

Saya bukan murid yang baik, tapi saya akan terus mengibarkan bendera Perguruan Nur Ilahi serta siap membela perguruan dan Guru Besar dari serangan-serangan luar yang ditujukan kepada saya dan perguruan.

Saya Aswaja dan saya siap memberi jawaban-jawaban serta kontribusi bila dibutuhkan, saya murid saya bocah ingusan.

Menjadi murid di perguruan Laduni merupakan menjadikan pribadi yang baik, husnuldhan dan senantiasa berusaha meningkatkan keimanan kepada Allah.

Mereka, BangSuh, Tgk Nawawi, bang Ansari dan kak Jagad adalah orang-orang sangat berjasa dalam perjalan saya untuk menjadi bocah ingusan.

Mereka yang telah memprkenalkan kepada saya tentang dunia beladiri dan bagaimana menjadi pribadi yang baik dan tidak sombong.

Guru adalah orang yang senantiasa membimbing, menasehati dan memberikan petuah-petuah kepada muridnya dan mereka adalah guru dunia dan akhirat.

Semoga semua guru-guruku senantiasa dalam ridha Allah Swt, kasih sayang Allah serta senantiasa dalam petunjuk Allah.

Salam hormat dan salam ta'dhim guru.



1 komentar: