Tuesday, September 19, 2017

Politik Muhasabah



Muhasabah adalah mengevalusi diri sendiri tentang apa yang yang telah kita lakukan, baik mengenai suatu kesusksesan ataupun suatu kegagalan, sehingga kita dapat menghitung seberapa banyak kebaikan atau sebarapa banyak keburukan yang telah kita lakukan. Mengetahui pakah selama ini kita menjadi bermanfaat bagi orang lain atau menjadi kemudharatan.

Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahwa beliau berkata, ‘Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)

Muhasabah ini berlaku bagi siapa saja dan dimana saja, tidak ada suatu batasan pun yang membatasi seseorang untuk bermuhasabah, dalam dunia politik muhasabah sangat diperlukan, karena dengan muhasabah politik akan menjadi baik, tidak ada keangkuhan, kesombongan, rasa bangga yang berlebihan atau sedih, galau, merasa putus asa dan tidak pernah menyalahkan orang lain.


Makna Muhasabah Bagi Yang Menang

Ketika telah melakukan kompetsisi kemudian menang, maka perlu bermuhasabah, melihat celah mana yang membuat kita menang, dengan cara apa kita menang, sehinggga kita akan dapat menemukan dua sisi, yaitu sisi positif dan negatif dalam kemenangan tersebut.

Sisi positif itu akan dapat dilihat oleh orang lain dan mendapat pujian, namun sisi negatif itu hanya kita yang mengetahui, politik apa yang kita gunakan, jalan mana yang kita tempuh untuk suatu kemenangan.

“Sebab orang memujimu karena mereka tidak pernah mengetahui keburukan pada dirimu dan ketika itu Allah telah menutupi aibmu, oleh karena itu ketika kamu dipuji maka rendahkan dirimu” (Ibnu Athaillah).

Muhasabah bagi yang menang agar tidak sombong, angkuh, takabur, meresa diri hebat, dan menganggap orang lain hina. Karena smua itu adalah penyakit hati yang membuat kehancuran suatu saat.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik”, (Q. S. Al-Hasyr: 18-19).

Seorang pemimpin dengan bermuhasabah akan menjadi pemimpin yang baik, yang cintai oleh rakyat dan akan memimpin sebaik mungkin, sebagaimana konsep Rasulullah Saw. Baik dan buruk rakyat itu tergantung dalam kepemimpinan, karena kepemimpinan yang baik itu mampu meluluhkan hati yang keras, mampu menjadikan pertikaian sebagai persaudaraan, perceraian sebagai persatuan.

Ketika yang dipimpin berolah dan berontak, maka bermuhasabahlah, niscaya akan menemukan sisi mana keburukan yang sedang kita bangun, apakah konsep, ide, atau cara yang tidak baik dalam memimpin. Muhasabah itu akan mencerikan apa saja yag kita pikirkan, perbuat dan katakan kepada diri kita sendiri tanpa tekanan dan paksaan. Jangan pernah terlalu cepat memponis rakyat tidak baik, tapi bermuhasabahlah untuk mencari sisi yang tidak baik pada diri kita yang membuat rakyat tidak baik.

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”, (Q. S Ali Imran: 159).


Makna Muhasabah Bagi Yang Kalah

Ketika kalah dalam berkompetensi maka itu bukanlah akhir dari segalanya, namun disitulah terkandung nilai pendidikan yang sebenarnya, kita dilatih bagaimana menerima hakikat sesuatu yang jauh dari asa, sadar diri tentang begitu lemahnya diri dan ingat tentang hakikat tauhid ketuhanan yang mengingatkan kita tentang tiadanya kekuatan untuk melakukan sesuatu bahkan mampu memberi bekas kepada sesuatu sesuai apa yang nafsu kita inginkan.


“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”, (Q. S Al-Baqarah: 214).

Muhasabah bagi yang kalah adalah untuk menyadari kemampun, kepandaian, relasi, peluang dan adab serta akhlak kita. Boleh jadi kita mempunyai kepandaian dan ilmu yang banyak namun mungkin sikap yang kita miliki tidak bisa diterima oleh orang lain.

Muhasabah untuk membuat kita lebih baik kedepan tanpa harus saling menyalahkan, menyalahkan teman yang kurang bekerja atau berkhianat, menyalahkan orang lain dengan berlaku curang, bahkan menyalahkan alam dan takdir kita sendiri. Bila muhasabah tidak kita lakukan dan sadar diri, maka kehancuran yang lebih parah akan kita dapatkan, teman akan hilang dan kita akan “panik”.

Mengakui kekurangan diri tidaklah hina didalam Islam, karena hakikat manusia adalah serba kekurangan dan itulah kesatria yang sebenarnya. Bahkan kita sebagai manusia seriang melakukan kedhaliman kepeda diri sendiri dan menganggap itu suatu kemuliaan.


“Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”, (Q. S Ali Imran: 200).

Marilah kita sama-sama bermuhasabah atas apa yang kita dapatkan sekarang, karena itu semua tidak akan terjadi dengan sendirinya, namun Allah Maha Qahar, Allah yang berkehendak atas segala sesuatu. Bermuhasabah untuk mendapatkan kekurangan yang kita miliki tanpa mencela atau menyalahkan orang lain, apalagi sampai berburuk sangka kepada Allah. Hakikat kebahagiaan adalah bahagia didunia dan akhirat.

0 komentar:

Post a Comment