Monday, June 21, 2021
Wednesday, June 16, 2021
Karomah
Saya menyangka dulu karomah hanya terbatas hal-hal di luar adat manusia seperti bisa terbang, jalan di atas air, bisa menempuh perjalanan jauh dengan sekejap mata, tahan bacok, mengubah kacang hijau jadi tentara, dan hal-hal yang lain yang berada dalam dimensi pancaindera. Demikian yang sering diceritakan oleh para guru-guru di pesantren.
Namun sebenarnya, karomah lebih luas dari hal tersebut. Ada karomah yang lebih besar dari hal-hal tersebut: karomah ilmu. Syaikh Abdul Wahab Sya'rani dalam Thabaqat Sughranya mengatakan tentang salah satu guru beliau Imam Suyuthi.
"Sekiranya Imam Suyuthi tidak punya karomah selain kitab-kitab beliau, maka itu sudah cukup."
Syaikh Abdul Wahab Sya'rani menganggap bahwa kitab-kitab ulama termasuk karomah bagi mereka.
Saya suka sekali dengan penjelasan ini. Karomah hissi (panca Indra) jauh berada di bawah karomah Maknawi yaitu karomah ilmu. Syaikh Sayyid Abdurrahim, ketika menjelaskan biografi Imam Syatibi, menyebutkan karamah imam Syathibi. Lalu beliau mengatakan bahwa karomah terbesar yang dimiliki imam Syatibi adalah al-Syathibiyah (Nazam Qiraat yang berjumlah seribu seratus lebih).
Imam Ibnu Malik memiliki karomah yang tinggi yaitu Alfiyah. Meski beliau diriwayatkan tak memiliki karomah terbang, atau jalan di atas air, Alfiyah Ibnu Malik merupakan karomah yang lebih besar dari itu. Nazam berkah ini disyarah, diikhtisahar, dihasyiahi dengan ulama-ulama setelahnya. Ratusan kitab ditulis untuk nazaman berkah ini. Jutaan orang dari berbagai generasi membacanya. Di madrasah al-Azhar, di Hijaz, di Zaitunah, di pesantren-pesantren Indonesia, nazaman Alfiyah dihafal, dipahami, bahkan dijadikan wirid hingga meninggal. Bukankan ini juga karomah?
Imam Baidhawi juga memiliki karomah yang luar biasa menakjubkan. Tafsir beliau dihasyiahi hingga mencapai ratusan Hasyiah! Demikian ungkap guru saya. Bukanlah ini juga karomah? Demikian pula imam Nawawi yang kitabnya: Minhaj disyarah 200 lebih syarah oleh para ulama dan ulama-ulama lain yang kitab-kitabnya dibaca berabad-abad di berbagai madrasah dunia.
Abu Thayyib al-Mutanabbi, panglima para penyair juga tak kalah saing dengan Diwan-nya yang menginspirasi banyak penyair setelahnya. Diwan Mutanabbi merupakan Diwan yang paling banyak disyarah. Demikian kata Yaqut al-Hamawi. Saya kira Diwan beliau juga karomah yang dimilikinya.
Ibnu Ajjurum, pengarang kitab Jurumiyah karomahnya ya di kitab beliau yang tipis, tapi disyarah, dihasyiahi oleh puluhan bahkan ratusan ulama. Bahkan tak ada satupun ulama di awal-awal masa tahsil ilm kecuali telah membaca matan penuh berkah itu. Karomah Jurumiyah jauh lebih besar dari karomah-karomah yang berbentuk indrawi.
Dan masih banyak lagi karomah-karomah ulama yang terinterpretasi dari karya-karyanya yang berkah.
Karomah hissi berhenti ketika orang yang diberi karomah meninggal. Karomah maknawi tetap mengalir keberkahannya meski orang-orangnya telah berada di bawah tanah. Bukankah Imam Nawawi, Imam Ibnu Malik, Ibnu Ajjurum dan lain-lain masih hidup bersama kita dengan kitab-kitabnya?
Madinatul Buuts, 7 Agustus 2020
Makam Imam Ibnu Ajjurum, pengarang kitab berkah Jurumiyah di Maroko. Rahimahullah.
Macam-macam Hukum Menceraikan Istri
Macam-macam hukum Thalaq
1. Wajib
2. Sunat
3. Haram
1. Wajib,seperti thalaqnya si Mulin (orang yang bersumpah tidak akan menggauli istrinya di atas 4 bulan) yang memang ianya tidak ingin menggauli istrinya.
2. Sunat, seperti thalaqnya seorang suami yang tidak mampu memberikan hak²nya istri walaupun disebabkan tidak ada lagi rasa apapun kepada istrinya, atau istri yang tidak 'afifah (tidak memelihara dirinya dan kemaluannya) selama tidak ditakutkan akan melakukan perbuatan yang keji dengan dengan lelaki lain sebab di thalaqnya, atau istri yang buruk akhlaknya (sampai suami tidak sanggup sabar dengan keburukan akhlaknya), atau diminta oleh salah satu kedua orang tuanya untuk menthalaqkan istrinya karena ada unsur kemaslahatan.
3. Haram, menthalaqkan istri yang sedang haidh dan istri tidak membayar suami untuk menceraikannya, atau menthalaqkan istri setelah menggaulinya, atau menthalaqkan istri yang sudah sampai jatah gilir kepadanya, atau methalaqkan istri agar si istri tidak mendapatkan warisan sedangkan si suami sedang sakit parah.
(I'anathuth Thalibin, juz, 4, h. 5-7)
Tuesday, June 15, 2021
Hikmah Menjiharkan Bacaan Shalat Pada Tempat Jihar
والحكمة فى الجهر فى موضعه : انه لما كان الليل محل الخلوة ويطيب فيه السمر شرع الجهر فيه طلبا للذة مناجاة العبد لربه، و خص بالاولين لنشاط المصلى فيهما. والنهار لما كان محل الشواغل والاختلاط بالناس، طلب فيه الاسرار لعدم صلاحيته للتفرغ للمناجاة. والحق الصبح بالصلاة الليلية لان وقته ليس محلا للشواغل
Dan hikmah menjiharkan bacaan shalat pada tempat jihar adalah bahwa sesungguhnya adalah waktu malam itu merupakan tempat yang suci (khalwat), dan memperbagusnya waktu kesunyian adalah dengan sesuatu yang manis, niscaya masuk jihar itu didalam suatu yang manis, karena mencari kelezatan munajahnya hamba untuk Tuhannya.
Dan khusus jihar itu untuk dua rakaat yang awal, karena ketika itu orang yang sedang shalat mendapat kesungguhannya dalam shalat saat dua rakaat pertama.
Sedangkan waktu hari merupakan waktunya kesibukan dan berbaurnya dengan manusia, maka dituntut ketika itu untuk men sir (mengecilkan) bacaan shalat, karena tidak layaknya menempiskan untuk bermunajat.
Sebab shalat shubuh juga disunatkan jihar bacaannya, karena dihubungkan dengan shalat malam dan pun waktu shubuh merupakan bukan tempat untuk kesibukan. (I'anathuth Thalibin, juz. 1, h. 179, cet. Bairut)
Monday, June 14, 2021
Sebab ketika bangun dari rukuk berkata "سمع الله لمن حمده" buka "الله اكبر"
والسبب فى سن سمع الله لمن حمده وان الصديق رضي الله عنه ما فاتته صلاة خلف رسول الله صلى الله عليه وسلم قط، فجاء يوما وقت صلاة العصر فظن انه فاتته مع رسول الله صلى الله عليه وسلم، فاغتنم بذلك وهرول ودخل المسجد فوجده صلى الله عليه وسلم مكبرا فى الركوع، فقال الحمد لله وكبر خلفه صلى الله عليه وسلم فنزل جبريل والنبي صلى الله علسه وسلم فىةالركوع، فقال يا محممد سمعوالله لمن حمده (اعانة الطالبي، الجزء الاول، : ١٨٠)
Sebab sunat mengatakan " سمع الله لمن حمده", bahwa Abu Bakar ash Shiddiq ra tidak luput bahwa beliau shalat di belakang Raaulullah Saw., Pada suatu hari Abu Bakar datang ke mesjid untuk shalat Ashar dan beliau mengira bahwa beliau akan luput berjamaah bersama Rasulullah Saw, beliau merasa menyesal dan bersegera pergi kemesjid dan langsung masuk mesjid, maka beliau mendapati Rasulullah Saw sedang bertakbir untuk rukuk, maka beliau berkata Alhamdulillah dan langsung bertakbir dibelakang Rasulullah Saw.
Maka turunlah malaikat Jibril sedangkan Rasulullah Saw sedang dalam keadaan rukuk, maka Jibril berkata : wahai Muhammad, سمع الله لمن حمده (I'annathuth Thalibin, Juz. 1, h. 180, cet Bairut).
Wednesday, June 2, 2021
Siapakah Yang Menang Di Hari Raya Idul Fitri?
Setelah melaksanakan puasa Ramadhan sebulan penuh, seluruh umat muslim dari seluruh penjuru dunia merayakan Idul Fitri satu Syawal setiap tahunnya.
Kumandang
takbir sahut menyahut terdengan dari mesjid ke mesjid, dari meunasah ke
meunasah, bahkan disunatkan bagi stiap orang untuk bertakbir mengumandangkan
kebesaran Allah Swt, baik sedang dirumah, dijalan-jalan, di pekan atau dimana
saja berada, kecuali pada tempat yang tidak layak mengumandangkan lafadh
kebesaran Allah ini.
Hari
raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan bagi setiap mukmin yang telah
berjihad selama sebulan penuh, yaitu memerangi hawa nafsunya, sehingga akal dan
imannya menjadi raja kembali.
Walau
secara keseluruhan, semuanya mukmin itu telah menang, namun secara hakikat ini
kembali kepada dirinya sendiri, bagaimana kualitas jihadnya selama bulan
Ramadhan, bagaimana puasanya ketika itu, apakah puasa dhahir dan bathin atau
hanya sekedar menahan haus dan lapar, bagaimana qiyamul lail nya, apakah ia
laksanakan tulus karena Allah Swt atau hanya sekedar mencari sensasi dalam
dririnya untuk ditampakkan kepada orang lain, itu semuanya hanya dirinya dan
Allah saja yang mengetahuinya.
Orang-orang Yang Menang Di Hari Fitri
Orang-orang
yang menang di hari fitri adalah mereka yang telah mendapatkan titel taqwa dan
dosanya telah diampuni selama bulan Ramadhan, yang dengan bersungguh-sungguh
mengambil bagian ‘Itqu Minannar yaitu kemardekaan dari api neraka. Karena
hakikat kemenangan adalah ketika seseorang terlepas dari api neraka kemudian
dimasukkan kedalam surga yang kekal dengan beribu-ribu macam kenikmatan.
Ketawaan
merupakan titel tertinggi bagi seseorang yang sudah sukses melaksankan puadha
Ramadhan dhahir dan batin.
“Wahai
orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kamu berpuasa, sebagaimana
telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, sungguh kamu menjadi orang
yang bertaqwa”, (Q. S. Al-Baqarah: 83).
Orang
yang menang setelah berpuasa Ramadhan adalah orang yang semakin taat kepada
Allah dari sebelumnya, dengan melaksakan perintah Allah Swt dan menjauhi segala
larangan Nya, baik ketika sedang dalam jamaah atau ketika ia sendiri.
Bukanlah
hari raya itu bagi orang yang memakai pakaian baru, tapi hari raya itu bagi
orang yang taatnya kepada Allah makin bertambah dari sebelumnya. Bukan juga
hari raya itu bagi orang yang berhias diri dengan pakaian dan kenderaan, tapi
hari raya itu hanya untuk orang-orang yang diampuni dosanya.
Yang
paling dasar ciri-ciri orang yang mendapat kemenangan pada hari fitri adalah
mereka yang semakin tawadhu’, qana’ah, wara’ dan yakin.
Tawadhu’ merupakan sifat diri
yang bersumber dari dalam diri seseorang, tawadhu’ itu merendah diri dan sadar
bahwa dirinya tidak lebih mulia dari orang lain, dosanya tidak lebih sedikit
dari orang lain dan ia menyadari dengan sepenuh hati bahwa ia adalah orang yang
hina, seandainya Allah tidak menutupi aibnya sungguh ia tidak berarti apapun
dari pandangan manusia.
Orang
yang tawadhu’ ini senantiasa ia mencari kesalahan-kesalahannya untuk
diperbaiki, keburukan perilaku dan sifat-sifat buruk dalam dirinya untuk
ditundukkannya, ainul bashirah pada dirinya untuk intropeksi diri,
menggali dan mengkaji setiap potensi buruk dalam dirinya untuk diperbaikinya.
Ia
senantiasa mengatakan pada dirinya bahwa dirinya tidak lebih baik dari orang
lain. Sehingga ia mendengar orang lain melakukan kesalahan maka yang terlintas
dalam dirinya adalah dosanya yang begitu besar, yang mungkin orang lain
melakukan kesalahan dengan kejahilannya dan ia sendiri melakukan kesalahan
dengan alimnya.
Qana’ah adalah merasa cukup
atas yang Allah berikan kepadanya, setelah ia berusaha dengan cara yang halal.
Orang
qana’ah tidak pernah terlintas sedikit pun untuk menghalalkan segala cara agar
keinginan nafsunya tercapai. Ia sadar bahwa qadar yang telah Allah tetapkan
kepadanya itulah yang terbaik baginya.
Dalam
mencukupi kebutuhan hidupnya, ia senantiasa meninggalkan jalan-jalan syubhat
apalagi jalan itu haram di tempuhnya, setiap rezki dan nafkah yang ia berikan
kepada keluarganya benar-benar dari penghasilan yang halal.
Intinya
orang yang qana’ah itu merasa nyaman dan bahagia atas apa yang telah ia
dapatkan dari hasil usahanya yang halal, tidak terlintas dalam dirinya untuk
menempuh jalan haram apalagi mendhalimi orang lain.
Wara’ adalah orang yang
terpelihara, yaitu terpelihara seluruh inderanya dari yang haram dan tepelihara
perutnya dari makanan dan minuman yang haram serta menjaga kemaluannya dari
perbuatan syaithan.
Dalam
praktek sehari-hari, ia senantiasa menjaga mata, tangan, telinga, mulut, perut,
kemaluan dan kakinya dari sifat dan perbuatan yang syubhat dan haram.
Orang
wara’ sangat memperhatikan atas apa yang ia makan atau minum dari jenis yang
halal dan ia tidak rela bahwa ada makanan dan minuman yang masuk kedalam
tubuhnya dari jenis yang haram atau dari penghasilan yang haram.
Yakin merupakan sifat didalam
hati seseorang untuk benar-benar yakin bahwa hidup didunia ini merupakan ladang
untuk mencari bekal untuk kembali kepada Allah Swt.
Ia
yakin bahwa kehidupan dunia ini hanya sesaat dan akhiratlah tempat yang kekal
dan sebaik-baik tempat kembali adalah surga.
Inilah
sebagian kecil sifat dan ciri-ciri bahwa seseorang telah menang di hari fitri
ini dan ia akan mempertahankannya sampai Ramadhan tahun depan.