Setelah melaksanakan puasa Ramadhan sebulan penuh, seluruh umat muslim dari seluruh penjuru dunia merayakan Idul Fitri satu Syawal setiap tahunnya.
Kumandang
takbir sahut menyahut terdengan dari mesjid ke mesjid, dari meunasah ke
meunasah, bahkan disunatkan bagi stiap orang untuk bertakbir mengumandangkan
kebesaran Allah Swt, baik sedang dirumah, dijalan-jalan, di pekan atau dimana
saja berada, kecuali pada tempat yang tidak layak mengumandangkan lafadh
kebesaran Allah ini.
Hari
raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan bagi setiap mukmin yang telah
berjihad selama sebulan penuh, yaitu memerangi hawa nafsunya, sehingga akal dan
imannya menjadi raja kembali.
Walau
secara keseluruhan, semuanya mukmin itu telah menang, namun secara hakikat ini
kembali kepada dirinya sendiri, bagaimana kualitas jihadnya selama bulan
Ramadhan, bagaimana puasanya ketika itu, apakah puasa dhahir dan bathin atau
hanya sekedar menahan haus dan lapar, bagaimana qiyamul lail nya, apakah ia
laksanakan tulus karena Allah Swt atau hanya sekedar mencari sensasi dalam
dririnya untuk ditampakkan kepada orang lain, itu semuanya hanya dirinya dan
Allah saja yang mengetahuinya.
Orang-orang Yang Menang Di Hari Fitri
Orang-orang
yang menang di hari fitri adalah mereka yang telah mendapatkan titel taqwa dan
dosanya telah diampuni selama bulan Ramadhan, yang dengan bersungguh-sungguh
mengambil bagian ‘Itqu Minannar yaitu kemardekaan dari api neraka. Karena
hakikat kemenangan adalah ketika seseorang terlepas dari api neraka kemudian
dimasukkan kedalam surga yang kekal dengan beribu-ribu macam kenikmatan.
Ketawaan
merupakan titel tertinggi bagi seseorang yang sudah sukses melaksankan puadha
Ramadhan dhahir dan batin.
“Wahai
orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kamu berpuasa, sebagaimana
telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, sungguh kamu menjadi orang
yang bertaqwa”, (Q. S. Al-Baqarah: 83).
Orang
yang menang setelah berpuasa Ramadhan adalah orang yang semakin taat kepada
Allah dari sebelumnya, dengan melaksakan perintah Allah Swt dan menjauhi segala
larangan Nya, baik ketika sedang dalam jamaah atau ketika ia sendiri.
Bukanlah
hari raya itu bagi orang yang memakai pakaian baru, tapi hari raya itu bagi
orang yang taatnya kepada Allah makin bertambah dari sebelumnya. Bukan juga
hari raya itu bagi orang yang berhias diri dengan pakaian dan kenderaan, tapi
hari raya itu hanya untuk orang-orang yang diampuni dosanya.
Yang
paling dasar ciri-ciri orang yang mendapat kemenangan pada hari fitri adalah
mereka yang semakin tawadhu’, qana’ah, wara’ dan yakin.
Tawadhu’ merupakan sifat diri
yang bersumber dari dalam diri seseorang, tawadhu’ itu merendah diri dan sadar
bahwa dirinya tidak lebih mulia dari orang lain, dosanya tidak lebih sedikit
dari orang lain dan ia menyadari dengan sepenuh hati bahwa ia adalah orang yang
hina, seandainya Allah tidak menutupi aibnya sungguh ia tidak berarti apapun
dari pandangan manusia.
Orang
yang tawadhu’ ini senantiasa ia mencari kesalahan-kesalahannya untuk
diperbaiki, keburukan perilaku dan sifat-sifat buruk dalam dirinya untuk
ditundukkannya, ainul bashirah pada dirinya untuk intropeksi diri,
menggali dan mengkaji setiap potensi buruk dalam dirinya untuk diperbaikinya.
Ia
senantiasa mengatakan pada dirinya bahwa dirinya tidak lebih baik dari orang
lain. Sehingga ia mendengar orang lain melakukan kesalahan maka yang terlintas
dalam dirinya adalah dosanya yang begitu besar, yang mungkin orang lain
melakukan kesalahan dengan kejahilannya dan ia sendiri melakukan kesalahan
dengan alimnya.
Qana’ah adalah merasa cukup
atas yang Allah berikan kepadanya, setelah ia berusaha dengan cara yang halal.
Orang
qana’ah tidak pernah terlintas sedikit pun untuk menghalalkan segala cara agar
keinginan nafsunya tercapai. Ia sadar bahwa qadar yang telah Allah tetapkan
kepadanya itulah yang terbaik baginya.
Dalam
mencukupi kebutuhan hidupnya, ia senantiasa meninggalkan jalan-jalan syubhat
apalagi jalan itu haram di tempuhnya, setiap rezki dan nafkah yang ia berikan
kepada keluarganya benar-benar dari penghasilan yang halal.
Intinya
orang yang qana’ah itu merasa nyaman dan bahagia atas apa yang telah ia
dapatkan dari hasil usahanya yang halal, tidak terlintas dalam dirinya untuk
menempuh jalan haram apalagi mendhalimi orang lain.
Wara’ adalah orang yang
terpelihara, yaitu terpelihara seluruh inderanya dari yang haram dan tepelihara
perutnya dari makanan dan minuman yang haram serta menjaga kemaluannya dari
perbuatan syaithan.
Dalam
praktek sehari-hari, ia senantiasa menjaga mata, tangan, telinga, mulut, perut,
kemaluan dan kakinya dari sifat dan perbuatan yang syubhat dan haram.
Orang
wara’ sangat memperhatikan atas apa yang ia makan atau minum dari jenis yang
halal dan ia tidak rela bahwa ada makanan dan minuman yang masuk kedalam
tubuhnya dari jenis yang haram atau dari penghasilan yang haram.
Yakin merupakan sifat didalam
hati seseorang untuk benar-benar yakin bahwa hidup didunia ini merupakan ladang
untuk mencari bekal untuk kembali kepada Allah Swt.
Ia
yakin bahwa kehidupan dunia ini hanya sesaat dan akhiratlah tempat yang kekal
dan sebaik-baik tempat kembali adalah surga.
Inilah
sebagian kecil sifat dan ciri-ciri bahwa seseorang telah menang di hari fitri
ini dan ia akan mempertahankannya sampai Ramadhan tahun depan.
0 komentar:
Post a Comment