Alkisah, disebuah desa di pedalaman Aceh Utara, tepatnya didesa Blang Riek Kecamatan Kutamakmur Kabupaten Aceh Utara, tinggal seorang lelaki beserta keluarga kecilnya disebuah pesantren. Lelaki itu bernama Zulkifli atau dengan nama panggilan teungku Joel.
Tengku Joel ini merupakan orang biasa saja yang kegiatan
hari-harinya sebagai guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri 6 Aceh Utara dan guru
pengajian di Dayah Darul Falah Desa Blang Riek Kecamatan Kutamakmur Kabupaten
Aceh Utara.
Sejak menikah dengan seorang gadis desa setempat yang bernama Nur
Akmal pada tahun 2008, beliau telah dikaruniai dua orang putera. Putera
pertamanya bernama Daniel Alqadafi kelahiran tahun 2009 dan putera keduanya
bernama Muhammad Dayyan Al-Asyiy kelahiran tahun 2015.
Awalnya kehidupan tengku Joel ini berjalan biasa saja, sehingga
pada September 2017 ia harus dirawat dirumah sakit Arun Lhokseumawe dengan
gejala vertigo. Ini merupakan pangkal sebabnya yang sakit tak karuan sehingga
sekarang.
Selama setahun setengah beliau keluar masuk rumah sakit dan
konsultasi dengan para spesialis penyakit untuk mendeteksi penyebabnya vertigo
yang dialaminya, namun tidak ada titik temu, bahkan sakitnya semakin
menjadi-jadi, sehingga akhir tahun 2018 beliau tidak tak sanggup lagi nyetir
motor sendiri karena keseimbangannya semakin ambruk.
Ketika itu dengan penuh kerisauan, maka beliau berpindah ke
pengobatan tradisional, dari mengkonsumsi obat-obat herbal sampai pergi ke
tabib-tabib dan orang-orang sakti, namn belum membuahkan hasil, tetap masih
sakit.
Hati yang semakin galau, sakit yang berpanjanga beliau rasakan yang
seandainya tidak pernah mondok dipesantren tentunya akan putus asa dan berpikir
Allah itu tidak adil. Namun dengan bekal iman beliau mencoba tawakkal kepada
Allah walau kadang kala ada bisikan tidak nyaman.
Akhirnya, pada suatu hari ketika sedang bekerja, sakitnya semakin
menjadi dan ketika itu beliau menelpon muridnya yang juga merupakan adik
angkatnya untuk diantarkan ketempat Abu Matang Perlak di Matang Seulimeng
Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen.
Abu Matang Perlak merupakan salah seorang Mursyid Naqsyabandi,
murid langsung Abuya Dr. Muhibuddin Wali. Nama asli Abu Matang Perlak adalah H.
Abdul Wahab bin Hasan dengan alamat Komplek Dayah Darussalam Matang Perlak
Kecamatan Lhok Nibong Kabupaten Aceh Timur.
Setelah berjumpa dengan Abu ketika itu dan bertabaruk dengan Abu,
Abu menganjurkan tengku Joel untuk mengambil tareka Naqsyabandi dan melakuan
ibadah sulok lan Rabiul Awal 1441 H.
Saya ceritakan sedikit tentang sulok ya, sulok merupakan salah satu
ibadat untuk mengobati hati dari bebagai macam sifat-sifat buruk dengan
zikrullah dan bimbingan Mursyid yang didampingi para Munafis dan Khalfah.
Dalam sulok itu ada beberapa pelajaran yang diajarkan kepada si
salik (orang yang sedang sulok) oleh Mursyid, yaitu zikir isim zat, zikir
lathaif sembilan, ziki lathaif sebelas, zikir nafi isbat, zikir wuquf, zikir
muraqabah mutlak, zikir muraqabah wahdatul af’al, zikir muraqabah ma’iyah, dan
zikir tahlil
Dalam setiap zikir-zikir tersebut dari pelajaran satu sampai dengan
pelajaran sembilan semuaya meliki hikmah masing-masing dalam mengobati hati dan
menjadikan Allah sebagai sebenar-benarnya zat wajib wujud yang disembah, yang
tidak boleh tidak ada sesuatu yang lain menganggu ketuhanan dalam hati.
Sebelum melakukan ibadah sulok, maka si salik diajarkan cara-cara
untuk masuk dalam sulok oleh Mursyid atau pun para khalifah.
Singkat cerita, ketika tengku Joel masuk sulok ketika itu dan
setelah melakukan kaifiyat-kaifiyat yang telah diajarkan lewat bimbingan
Mursyid dan para Khalfah melakukan zikir ismul zat, sulok yang dikerjakan
tengku Joel selama sepuluh hari.
Hari demi hari dilewati tengku Joel dalam sulok yang tidak pernah
sunyi dari zikrullah yang walau sakitnya belum juga sembuh dan hanya mengalami
sedikit berkurang, namun didalam jiwa sudah mulai dirasakan berbeda dari
sebelumnya.
Sebelumnya merasa resah dan galau dengan rasa sakit yang dialaminya
yang sudah hampir dua tahun itu, namun berkat zikrullah yang dilakukan dalam
sulok sudah merasa nyaman, tenang dan iklhas atas ketentuan Allah.
Sedikit demi sedikit telah tumbuhlah rasa cintanya kepada Allah Swt
yang melebihi dari sebelum ia sulok, merasa diri sangat hina dan tidak ada
apa-apanya dihadapan Allah Swt, merasa terlalu sibuk sebelumnya dengan
kemegahan dunia dan pangkat jabatan yang pada hakikatnya tidak akan bermanfaat
ketika kembali kepada kepada Allah Swt.
Cintanya kepada Allah Swt semakin larut lewat lantunan zikrullah,
ketengan yang hakiki mulai ditemukan, rasa lezat zikrullah telah melupakan
fisiknya yang sedan sakit, bahkan dua tahun yang lalu dalam keaitan ia rasakan
seolah hanya sesaat.
Setelah menemukan makna hakiki cinta yaitu cinta kepada Allah, maka
hatinya menjadi lembut, merasa diri sangat hina sehingga tak perlu ada rasa
sombong, merasa sangat rindu dan butuh kepada Allah yang menyebabkan melupakan
kerinduan dan kebutuhan kepada dunia yang fana ini.
Cinta yang hakiki adalah cintanya seorang hamba kepada penciptanya
dengan sepenuh hati, ia telah merasa fana ketika belum difanakan, karena
hakikat yang ada adalah zat Allah yang agung lagi kekal.
Ketika kamu sedang resah, ketika kamu merasakan telah ditipu oleh
hiruk pikuknya dunia, merasa tidak diartikan oleh sesama makhluk bahkan merasa
sangat kucil didunia ini, maka berdirilah, menunduk dan sujudlah serta serahkan
diri kepada Allah, karena Allah sangat cinta kepada hamba yang sujud kepada
Nya.
Ketika kamu ingin mencari ketengan hati yang hakiki, maka carilah
Mursyid, bertarekatlah dengan beliau serta arungilah dunia sulok untuk
mendapatkan cinta yang hakiki.
Karena ketika cinta yang hakiki telah ditemukan, kita telah
merasakan menemukan diri kita yang selama ini hilang, yang selama mengumpulkan
kekayaan dan jabatan tapi merasa hampa.
Orang yang mengenali dirinya, maka dia telah mengenali Tuhannya,
inilah hakikat dari pada cinta.
0 komentar:
Post a Comment