Shalat merupakan salah satu dari rukun Islam, siapa yang mendirikan
shalat berarti telah mendirikan Islam dan siapa yang meninggalkan shalat
berarti telah meruntuhkan Islam.
“Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khattab
r.a dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang
berhak disembah selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan
shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan”, (Riwayat
Turmuzi dan Muslim).
Kemudian untuk mendirikan shalat tersebut,
diperintahkan untuk berjama’ah. Ada ulama yang berpendapat perintah shalat
berjama’ah itu fardhu ‘ain, ada yang berpendapat fardhu kifayah, ada yang
berpendapat sunnah muakad, ada yang berpendapat sebagai syarat sahnya shalat.
Namun dari empat pendapat para ulama itu, semuanya
menganjurkan kita untuk melaksanakan shalat berjama’ah dalam lima waktu, karena
keafdhaliyahnya lebih dari shalat sendirian.
“Ada tujuh golongan yang dinaungi kelak, dan salah
satunya adalah orang yang hatinya terpaut dengan mesjid. Seorang pemuda yang
hatinya terikat dengan mesjid, orang itulah yang akan mendapat perlindungan
dari Allah saat kiamat kelak”, (H. R. Bukhari).
Keafdhaliyahan shalat subuh berjama’ah
Diantara shalat fardhu yang lima waktu, maka shalat
fardhu subuh berada ditingkat paling atas untuk keafdhaliyahnya untuk
dikerjakan secara berjama’ah.
Waktu shubuh itu waktu orang-orang sedang lelap
tertidur dengan mimpinya masing-masing, didukung oleh keadaan alam yang sangat
dingin dan cocok untuk melewatinya bersama selimut. Maka sangat berat untuk
melawan rasa ngantuk dan dingin walau telah dijamin dengan fahala yang begitu
besar.
“Seseorang yang melaksanakan shalat subuh berjama’ah,
maka orang itu akan mendapatkan fahala 119 kali dibandingkan shalat sendiri”,
(H. R. Muslim).
Untuk menggerakkan seseorang mampu bangun dari
tidurnya kemudian bergegas menuju mesjid untuk shalat berjama’ah hanyalah iman
seseorang, kekuatan jasmaniyah dan badan yang kekar tidak akan menjaminnya.
Karena itu jumlah jama’ah dimesjid pada waktu subuh itu lebih sedikit dari
jumlah jama’ah pada waktu yang lain.
Padahal awal kebangkitan Islam itu ketika umat Islam
telah melaksanakan shalat subuh berjama’ah dengan jumlah sebanyak shalat fardhu
Jum’at, dan ketika itu orang-orang diluar Islam akan takut dan gentar terhadap
iman dan persatuan umat Islam.
“Saya hanya ingin melihat berapa jumlah orang Islam
yang hadir shalat subuh di mesjid, “kata tentara Israel itu. Syaikh Maulana
Tariq Jamil sambil keheranan bertanya “kenapa?” Dia pun menjawab “di dalam
kitab kami (Taurat) ada tertulis “Jika diseluruh dunia jumlah orang Islam yang
hadir untuk shalat subuh berjama’ah di mesjid sama banyak dengan jumlah jama’ah
shalat Jumat, maka saat itu Israel akan hancur”, (Syaikh Maulana Tariq Jamil).
Orang yang melaksanakan shalat subuh berjama’ah akan
mendapatkan berkah dari Allah, karena shalat subuh berjama’ah merupakan awal
dari pekerjaan yang dilakukan.
“Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu paginya”, (H.
R. Abu Dawud, Tirmizi, dan Ibn Majah).
Keafdhaliyahan shalat subuh berjama’ah adalah akan
mendapatkan cahaya yang sempurna di hari kiamat, karena saat melangkahkan kaki
ke mesjid untuk melaksanakan shalat berjama’ah dalam keadaan gelap.
“Dari Buraidah al-Aslamiy r.a dari Nabi Saw bersabda:
sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang berjalan pada saat gelap
menuju mesjid, dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”, (H. R. Abu Dawud
dan Tirmizi).
Juga yang menjadi kelebihan shalat subuh berjama’ah
adalah seperti telah melaksanakan shalat semalam penuh, sedangkan pada dasarnya
sangat sulit dan jarang ada orang yang melakukan shalat semalam penuh mulai
waktu megrib sampai dengan waktu subuh.
“Barang siapa yang melakukan shalat Isya berjama’ah,
maka dia sama seperti manusia yang melakukan shalat setengah malam. Barang
siapa yang shalat subuh berjama’ah, maka dia sama seperti manusia yang
melakukan shalat sepanjang malam”, (H. R. Muslim).
Shalat subuh berjama’ah sebagai pembersih diri
Waktu yang paling berat untuk melaksanakan shalat
berjama’ah adalah waktu isya dan subuh, karena dalam kedua waktu tersebut kita
sedang beristirahat dan tengah menikmati kelezatannya.
Waktu isya merupakan waktu ketika kita pergunakan
untuk istirahat setelah bekerja seharian, duduk bersama keluarga atau
melepaskan penat bersama teman-teman. Sedangkan waktu subuh merupakan waktu
dimana kita tengah lelap tertidur untuk beristirahat.
Shalat isya dan shalat shubuh berjama’ah juga sebagai
pembersih diri dari sifat kemunafikan, karena kedua waktu itulah waktu yang
sangat berat bagi mereka yang munafik untuk melaksanakan shalat secara
berjama’ah.
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang
munafiq dari pada shalat subuh dan isya. Seandainya mereka tau nilai yang
terkandung didalam kedua shalat itu, pastilah mereka mendatangi kedua shalat
itu meskipun dengan merangkak. Sungguh aka berkeinginan untuk menyuruh
seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang mengimami
manusia, lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar mendatangi suatu
kaum yang tidak menghadiri shalat, lantas aku bakar rumah-rumah mereka”, (H. R.
Bukhari dan Muslim).
Sifat kemunafikan yang berada didalam diri kita yang
perlu kita lawan, basmi dan hancurkan dengan melaksanakan shalat subuh
berjama’ah, ketika shalat subuh berjama’ah mampu ditinggalkan maka tidak
mustahil kemungkaran yang lain pun mampu dilakukan.
Selain pembersihan dari dari sifat munafik, maka
shalat subuh berjama’ah pun sebagai pembersih badan dari api neraka.
“Dari Umarah r.a berkata: aku mendengar Rasulullah Saw
bersabda: Tidak akan masuk neraka seseorang yang shalat sebelum keluar matahari
(subuh) dan sebelum terbenamnya matahari (asar)”, (H. R. Muslim)
“Barang siapa yang shalat subuh dia berada dalam
jaminan Allah. Oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada
kalian dari jaminan Nya. Karena siapa yang Allah menuntutnya dengan sesuatu
dari jaminan Nya, maka Allah pasti akan menemukannya dan akan menelungkupkannya
di atas wajahnya dalam neraka jahannam”, (H. R. Muslim).
Hakikat jihad yang pertama adalah dengan melaksanakan
shalat subuh berjama’ah, karena shalat subuh berjama’ah itu membersihkan
seseorang dari sifat kemunafikan. Dan bila sifat kemunafikan telah mampu
dikalahkan maka ketika itu seseorang akan terbuntuk muslim yang sejati yang
ditakuti oleh orang-orang nonmuslim. Dan shalat subuh berjama’ah merupakan awal
aktivitas ahli sunnah wal jama’ah. Sunnah yang sangat sulit kita tegakkan
diantara sunnah-sunnah yang lain dan sunnah yang mampu membedakan seorang
mukmin sejati denga seorang munafiqun.
Tiada daya dan upaya untuk mengerjakan suatu kebaikan
dan untuk meninggalkan suatu keburukan kecuali dengan pertongan Allah, maka
mari kita berserah diri kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawaqal seraya
memohon kekuatan kepada Allah untuk mampu melaksanakan shalat subuh berjama’ah
dan semoga digolongkan dalam golongan ahli sunnah wal jama’ah (aswaja).